Part 18 "Tingkah Arlan"

Comincia dall'inizio
                                    

"Lo kenapa ngadep sana?" Tanya Arlan bingung. Kenapa tingkah gadis itu aneh sekali hari ini.

Syila menggelengkan kepalanya. "Pingin aja."

Sedetik kemudian, tangan Arlan memutar badan Syila kembali menghadapnya.

Arlan memperhatikan buku-buku yang Syila ambil. "Belajar apa lo?"

Bukannya menjawab, Syila malah fokus menatap pipi Arlan. Pikirannya berkeliaran kemana-mana. Inilah yang ia takutkan, menatap Arlan hanya akan membuatnya teringat kembali.

"Segitu gantengnya ya gue." Celetuk Arlan menyadari Syila memandanginya dengan lekat. Mata gadis itu sedari tadi tak lepas dari wajahnya. Bahkan Arlan sadar buku di atas meja itu masih di halaman yang sama sejak awal.

Sontak Syila mengalihkan pandangannya, salah tingkah. Pikirannya berekcamuk dipergoki seperti ini. "Nanya apa lo tadi?" Tanyanya mengalihkan topik.

"Lo belajar apa?" Tanya Arlan sekali lagi.

Syila menatap buku-bukunya yang tak lagi ia pedulikan. "Itu, apa namanya ehm Biologi, logaritma."

Arlan terkekeh. "Baru tahu gue ada pelajaran logaritma di Biologi." Anak nakal sih iya, anak IPS juga iya, tapi nama bab masih nyantollah di otaknya sedikit.

Syila melihat halaman bukunya yang terbuka, gelagapan. "Maksud gue belajar sel." Ucap Syila membenari. Bibir bagian dalamnya ia gigit menahan rasa malu.

"Rajin juga ya lo, baca buku tebel banget." Ucap Arlan melihat banyaknya lembar. Boro-boro baca satu buku, satu halaman aja udah bosan. Matanya akan terlebih dahulu gagal fokus dengan mulut yang tak henti-hentinya menguap.

Syila memajukan bibirnya. "Ya iya lah, gue nggak males apalagi tukang tidur kayak lo." Ucap Syila menyombongkan dirinya. Kali ini tolong setidaknya ada satu hal untuk menyelamatkan harga dirinya yang terkoyak sedari tadi.

Arlan menaikkan satu alisnya. Sedetik kemudian, tangannya menarik kursi Syila lebih dekat ke arahnya. Bibirnya ia dekatkan ke telinga gadis itu. Terlihat bulu kuduk gadis itu seketika berdiri ditambah dengan hembusan nafasnya yang dekat.

"Bukannya emang pasangan saling melengkapi ya?" Bisik Arlan dengan suara beratnya.

Syila diam tak berkutik.

Arlan bangkit dari duduknya dengan smirk di wajah. "Gue duluan."

"Aishhh.." Syila menggetok-getok kepalanya kesal, hari ini harusnya ia menghindari Arlan kenapa malah jadi seperti ini.

...

"Baik anak-anak pelajaran ibu sudahi sampai disini. Kita lanjutkan di pertemuan berikutnya." Pamit Bu Diah selaku guru kimia di kelas.

"Oh ya Rara, tolong bawa tugasnya ke ruang guru ya." Perintah Bu Diah sebelum benar-benar meninggalkan kelas.

"Kenapa harus gue sih?" Keluh Rara sebal. Otak dan badannya sudah berada di tempat yang berbeda. Kasur, Rara rindu kasur di kamarnya. Katanya skeolah rumah kedua tapi mau kasir aja harus pura-pura sakit dulu.

"Udah buruan sana, tinggal satu mapel lagi ni sebelum pulang." Tukas Seva mengingatkan.

Rara menepuk pundak orang yang duduk satu bangku di depannya. "Syila, anterin gue mau nggak?" Ujarnya memelas dengan telapak tangan yang disatukan. Ia sungguh ingin membagikan beban ini pada orang lain.

Syila menghela nafas, mau tak mau ia mengiyakannya. Lagipula guru selanjitnya masih belum datang.

Rara langsung bersorak di tempat. "Yuk."

Romansa Remaja Satu Atap (END)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora