14 Jealous

466 69 5
                                    

Gadis itu turun dari tangga dengan riangnya seraya menyapa orang-orang yang berada di meja makan. Entah kenapa perasaanya pagi ini sangat bahagia.

"Pagi Paman, Bibi, Soobin," sapa gadis itu. Kemudian memposisikan tubuhnya disamping Soobin. Akhirnya setelah sekian lama mereka berempat bisa makan bersama, lagi. Penyebabnya hanya satu, pendidikan mereka menyita waktu untuk pulang ke Korea.

"Pagi juga," jawab mereka bersama.

"Nanti kau akan pergi kemana?" tanya Hea seraya mengoleskan selai cokelat pada roti kemudian memberikannya kepada Youra.

"Terimakasih, Bi." Youra tersenyum, "Mungkin jalan-jalan, aku rindu kota ini."

"Ajak Adik mu juga," tukas HyunJae. Dia sedang memakan roti selai cokelat juga.

"Tidak, Paman. Aku akan ke play game bersama temanku nanti," sergah Soobin. Benar, teman Sekolah menengah pertamanya dulu mengajak reuni karena memang hanya Soobin yang sangat susah sekali untuk datang.

"Kalau begitu, pakai mobil Paman saja."

"Siap, Paman!" jawab Soobin dengan sikap hormat nya. Kemudian mereka tertawa melihat si Bungsu bertingkah seperti anak kecil.

Sarapan berjalan dengan baik, semuanya makan dengan lahap, sampai Youra beranjak dari duduknya mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja makan itu.

"Kau yakin hanya berkeliling? Tidak berniat mencari Ayah mu, kan?" tanya HyunJae membuat pergerakan Youra berhenti. Rasa takut tiba-tiba datang menerpa tubuh nya, rasa sedih bercampur harapan menjadi satu dalam benaknya.

Youra tak menjawab, menunggu sang Paman mengatakan kalimat selanjutnya, berharap tidak mengatakan hal buruk tentang Ayah nya.

"Sudahlah, Youra. Untuk apa kau mencari 'dia' yang jelas-jelas tidak menyayangi mu? Apa kau tidak cukup dengan kami berdua? Apa selama ini kau belum bahagia berada di sisi kami? Apa yang kau harapkan darinya?"

Youra mematung. Apa salah dia berharap Ayah nya kembali? Apa benar Ayah nya tidak menyayangi dirinya? Memang benar, ia tidak cukup bahagia tanpa Ayah di sisinya.

Tanpa perintah, bulir bening jatuh dengan sendirinya dari iris mata biru itu, bahunya bergetar menandakan dia menahan tangisan hebat. Tanpa berucap ia beranjak mengambil mantel dan pergi dari rumah itu.

Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, tanpa tujuan, kepalanya berputar tak karuan, persetan dengan kecelakaan atau apalah yang penting dirinya ingin menenangkan diri.

Mobil hitam ber-plat Korea berhenti di parkiran salah satu taman dekat sungai Han, hanya tempat ini yang terlintas di pikiran Youra, tidak terlalu ramai tempat ini sangat cocok untuk menenangkan hati nya yang gelisah.

Pikiran nya melayang jauh mengingat sang adik, ia sudah berjanji pada adiknya bahwa dia akan mencari Ayah mereka, tetapi sepertinya itu tidak akan terjadi.

"Maafkan Aku, Soobin," lirih nya dengan bahu naik turun, air mata jatuh dengan derasnya. Seperti inilah dia, selalu terpuruk sendirian.

"Permisi." Suara pria yang terdengar rendah membuyarkan lamunan Youra, seketika ia langsung menepis air matanya.

Tanpa di suruh, pria itu duduk di sebelah nya. Youra bisa merasakan kalau pria itu sedang menatapnya khawatir.

"Hey, kau menangis?" tanya pria itu mengubah posisinya menjadi berjongkok di tanah, wajahnya mendongkak menatap gadis yang sedang menangis itu dengan intens. Youra tidak menjawab, tetapi suara tangisan itu semakin menjadi adalah sebuah jawaban kalau ia tengah menangis.

"Noona, kenapa?" tanya pria itu, lagi. Pria itu tanpa sengaja mengusap pucuk kepala gadis yang sedang menangis, memaksa agar wajahnya terlihat oleh manik hitam nya.

Wonderful Manager | BTS✔Where stories live. Discover now