12. Munculnya konflik

Start from the beginning
                                    

"Jaevir?! Kamu ngapain?! Kenapa dipecahin gelasnya? Tangan kamu jadi sobek gini."

Edric berniat untuk memanggil dokter untuk memeriksa tangan Jaevir, namun pemuda itu menahan langkah bodyguardnya.

"Siapa..siapa yang udah nyiksa adek gue bang?"

Wira dan Edric bergidik ngeri saat mendengar nada Jaevir yang begitu dingin, seakan-akan ia benar-benar akan menghabisi orang yang berani bermain tangan dengan adiknya.

"Saya belum tau Jae, tapi akan saya usahakan untuk mencari tau siapa orang itu," jawab Edric sambil menatap tangan yang masih mengeluarkan darah itu.

"GUE MAU KALIAN BAWA DIA KEDEPAN MATA GUE!!"

Wira terlonjak kaget saat mendengar teriakan Jaevir.

"Eh si ayam ijo kaget gue kampret-E-eh m..maaf saya kaget."

Edric langsung menjitak Wira, bisa-bisanya di kondisi seperti ini anak itu masih bisa membuat lelucon.

"Gue gak bercanda bang..Jeno adek gue satu-satunya, gue sayang sama dia. Gue gak mau kehilangan lagi bang.."

Wira menghela nafasnya, ia merasa bersalah saat melihat Jaevir yang kembali menangis.

Ia kira dengan membuat lelucon seperti itu, Jaevir bisa paling tidak tersenyum. Tapi ternyata anak itu malah semakin terpuruk.

"Jaevir, maafkan saya. Saya janji, saya akan cari anak itu dan membawa anak itu kesini. Sekarang saya mohon, obati dulu tanganmu. Lukanya cukup dalam, kamu bisa kehilangan banyak darah jika tidak segara diobati."

Mendengar permohonan dari Wira membuatnya sadar bahwa darah yang keluar dari telapak tangannya semakin banyak.

"Yang jaga Jeno disini siapa?"

"Biar saya yang menjaga Jeno, kamu pergi temui dokter dengan Edric dan pastikan lukamu di obati."

Jaevir menghela nafasnya kasar, ia hanya menuruti perkataan Wira.

Saat ingin beranjak dari kursi tiba-tiba saja tubuhnya sedikit limbung namun segera ditahan oleh Edric.

"Kamu gapapa?"

Jaevir tersenyum kecil, "Gapapa bang, cuma tadi tiba-tiba pusing."

"Karena darah kamu keluar terlalu banyak, Jae..sekarang kita temui dokter dan obati tanganmu." Jaevir mengangguk dan tersenyum.

Saat melihat kedua laki-laki itu sudah pergi dari hadapannya, Wira memilih duduk disamping Jeno sambil menatap sayu tuannya itu.

"Walaupun lo gak mau ngasih tau gue siapa yang buat lo kayak gini, gue bakal cari tau orang itu sampai dapat. Walau nyawa gue taruhannya."

-

Malam semakin berlalu dan petang semakin mendekat, di saat itu juga nampak seorang laki-laki berkepala 3 sedang berlarian kesana kemari karena panik mencari anaknya yang tiba-tiba saja menghilang.

"Ck, kamu kemana sih nak.."

Langkah lebar kakinya membawanya menuju pinggir sungai yang masih gelap dan sunyi. Ia meneliti setiap sudut tempat itu berharap ia dapat menemukan anaknya.

Tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat melihat tubuh anaknya yang tergeletak di pinggir sungai.

"Marven!!"

Laki-laki yang tak lain bernama Johnny Vargantara itu segera berlari menuju tubuh putranya.

Ia mengangkat tubuh putranya yang terlihat sangat berantakan dan nasal cannula yang dikenakan juga sudah terlepas begitu saja.

Ephemeral [TERBIT]Where stories live. Discover now