14. TERTUNDA

128 23 0
                                    

Semakin ke sini, semua terasa semakin mengerat, semakin hangat. Mula yang dibangun atas dasar kesepakatan, kini mulai keluar dari batas asanya.


Lalu bagaimana selanjutnya? Tentang Geby dan Azerio yang terlihat lebih leluasa dalam hal mencintai.

Lalu bagaimana selanjutnya? Tentang Geby dan Azerio yang terlihat lebih leluasa dalam hal mencintai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Azerio

🐝🐝🐝

Happy Reading
—GebRio—

Terkadang, situasi menyebabkan takarannya tak sesuai porsi.

Hari ini adalah hari terberat bagi para pendiri Rafindom. Azerio memasuki pekarangan rumah Nadhira bersama Geby di belakangnya. Geby yang kebingungan pun hanya menurut.

Pemuda itu setengah berlari memasuki rumah bernuansa kayu yang sudah dipasangi bendera kuning. Di sana sudah berjejer motor pendiri Rafindom lainnya.

Tubuh Azerio membeku melihat pemuda yang kini sudah dibungkus kain putih bersih. Semua mata nampak menatap ke arahnya. Air matanya lolos begitu saja.

Azerio melangkah pelan meninggalkan Geby yang masih tak paham. Dilihatnya Nadhira yang tengah terduduk dengan tatapan kosong. Pemuda itu berdiri persis di samping Nadhira. "Ra?"

Nadhira mendongak menatap Azerio penuh luka. Tatapan protes yang seakan ia tujukan pada semesta. Sepertinya air mata gadis itu sudah lebih dulu habis, sirat itu menggambarkan sakit yang tak bisa orang lain mengerti.

Nadhira tersenyum, "Jangan nangis, Yo."

Azerio semakin terluka mendengarnya. Nadhira bangun dan memeluk Azerio erat. "Dia sudah pulang."

Air mata Azerio mengalir lebih deras. "Ia akan dipeluk erat bentala, tidak akan dingin, tidak akan sendiri, dan tidak akan sakit. Dia akan terus hidup, Yo. Legendanya tidak akan mati," kata Nadhira dalam peluknya.

Allano, Sagara, dan Farrel hanya diam menyaksikan perempuan rapuh yang semesta kuatkan melalui kepergian. Nadhira yang mengabaikan lukanya untuk menutup luka yang lainnya.

Sedangkan di tempat lain ada Geby yang memperhatikan dengan saksama. Jauh di lubuk hatinya ada sedih dan kecewa yang sedikit mengguncang raganya, namun ia tepis agar lenyap.

Tiba-tiba satu tangan menyentuh pundaknya. Gadis itu menoleh, dan wajah Sabrina lah yang tercetak di matanya.

Sabrina memeluk tubuh Geby dari samping, "Pelan-pelan. Gak harus semuanya lo tau sekarang."

GEBRIOWhere stories live. Discover now