18. SIBUK

83 11 1
                                    

Terkadang manisnya hubungan yang dibangun dengan bahagia membuat kita lupa akan hukum alam raya.

Jika kalian memilih jatuh cinta, maka kalian harus siap untuk terluka.
Karena tidak ada cinta tanpa darah.
Sesempurna apapun kisah, pasti tetap ada jalan menuju berpisah.

Sudah siap untuk jatuh cinta?
Sudah siap untuk luka yang kembali basah?

Happy Reading
-GebRio-

🐝🐝🐝

Azerio kini tengah mengendarai motornya cepat ke rumah Geby. Tadi Nadhira meneleponnya dan mengatakan bahwa beberapa hari ini Geby terlalu memforsir dirinya untuk menjadikan acara di bawah komandonya itu sempurna.

Nadhira yakin bahwa malam ini Geby akan kembali begadang mengingat esok ialah presentasi terakhirnya untuk acara pemilihan ketua OSIS yang semarak dalam empat hari lagi. Gadis itu pasti sibuk memperbaiki konsep proposalnya agar terlihat lebih perfect.

Azerio memang tak memberi tahu Geby mengenai kedatangannya, tapi Azerio sudah meminta izin Arsan. Dan Arsan memperbolehkan Azerio datang untuk menemani putrinya yang tengah bersemangat mengemban tanggung jawab. Geby si perfeksionis.

Azerio memarkirkan motornya di halaman rumah Geby. Pemuda itu berjalan memasuki bangunan bernuansa putih klasik lalu duduk di ruang tamu.

Ya, Azerio sudah menganggap rumah Geby sebagai rumah ke dua nya. Azerio yang sangat mudah mengambil hati orang pun mampu membuat ayah Geby seutuhnya percaya pada pemuda itu. Bahkan tak jarang ketika Arsan pergi ke luar kota, Azerio lah yang ia amanahkan untuk menemani Geby dari sepulang sekolah hingga gadis itu hendak beranjak tidur. Setelah itu Azerio akan pulang dan kembali pada rutinitas sama seperti di hari sebelumnya.

Azerio dapat melihat gadis dengan baju tidur berwarna merah muda tengah menuruni tangga dengan laptop dan tumpukkan kertas di atasnya. Azerio dengan sigap bangun dan mengambil alih kertas-kertas itu lalu meletakkannya di atas meja.

"Gila aja kamu, gak lihat ini jam berapa?" omel Geby melirik jam dinding yang jarumnya lurus ke arah angka sepuluh.

Azerio hanya tertawa. "Makanya kalau ngerjain ginian juga inget waktu," balas Azerio menatap ke arah tumpukkan kertas di atas meja.

Geby mendudukkan dirinya di bawah sofa dengan kesal. Dapat di pastikan jika Azerio di sini, pasti fokusnya akan hilang.

"Lagian besok presentasi terakhir, dan masih banyak usulan-usulan acara yang harus aku pelajari, apakah itu worth it atau nggak."

Azerio hanya mengangguk malas mendengar celotehan Geby. Terkadang gadis itu terlihat sebagai gadis biasa saja, tapi terkadang juga terlihat sangat ambisius seperti sekarang ini.

Tiba-tiba di tengah ocehan Geby, Arsan keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum di meja makan. Ia hanya menggeleng samar mendengar Geby yang cerewet sedangkan Azerio sebagai lawan bicaranya dengan sabar menyimak atau beberapa kali menyahuti.

"Kamu udah makan, Yo?"

Azerio menoleh ke arah bagian dalam rumah yang langsung mengarah pada meja makan. Di sana ada Arsan yang tersenyum memperhatikan mereka. Sedangkan Geby masih fokus terhadap laptopnya.

"Aman, om."

"Ya sudah, nanti kalau kamu mau makan tinggal ambil ya. Kalau mau bikin mi atau minuman bikin sendiri aja kayak biasa. Om lanjut tidur dulu," pamit Arsan berlalu pergi sedangkan Azerio hanya mengangguk-angguk. Entahlah, sepertinya pemuda itu sudah lebih dulu kehabisan energi meladeni Geby.

GEBRIOWhere stories live. Discover now