Bab 13

353 39 1
                                    

☘️☘️☘️

"Mas Azhar jaga kesehatan ya. Kabari Hani kalau ada apa-apa. Hani enggak mau Mas Azhar hilang kontak kayak waktu itu."

Haniyya yang sedang memasangkan dasi pada kemeja putih suaminya begitu serius memberikan nasihat kepada Azhar. Masalah haid belum usai, eh sekarang giliran Azhar ke luar kota. Jadi kapan bisa bulan madu ini?

"Iya, Sayang. Berapa kali kamu harus peringatkan Mas soal itu? Kamu sedang bicara dengan lulusan cumlaude UI loh yang pinternya bukan main." Azhar menyengat. Lalu mencubit hidung istrinya karena gemas.

"Beneran cumlaude UI, atau bohong lagi?"

Waktu itu Azhar menipu Haniyya, katanya pria itu juara satu lomba pidato se-Indonesia. Haniyya sempat percaya, tapi ternyata cuma guyonan belaka.

"Beneran. Kamu cek aja ijazah Mas di lemari."

Kalau soal cumlaude sepertinya memang benar karena ibu mertua Haniyya pernah memberitahu soal itu. Haniyya selesai memasang dasi. Kini ia mengusap-usap kemeja suaminya, mengusir debu yang menempel di sana.

"Iya. Hani percaya kok sama Mas. Sekarang Hani minta hadiah sebelum Mas pergi."

Biasanya Azhar akan memberikan kecupan di kening. Haniyya merasa bahagia bila suaminya memberikan perhatian semacam itu. Siapa sih wanita yang menolak belaian serta kasih sayang seorang suami? Semua istri tentu mendambakan hal itu.

"Hadiah apa? Mas tidak sedang datang dari supermarket. Mas tidak beli hadiah apapun."

Apakah Azhar pura-pura polos? Bukankah setiap pagi selalu ada hadiah kecil berupa sentuhan manis? Mengapa sekarang bahas hadiah dari supermarket.

"Hani mau hadiah yang harganya tidak bisa diukur dengan uang," kata Haniyya sambil menepuk ujung kepalanya.

Tersengih, Azhar memberikan apa yang diinginkan istrinya. Cup... Ah, manisnya kamu, Azhar! Bikin jantung Haniyya terus berteriak memanggil namamu. Hati wanita itu hanya untuk dirimu, Azhar.

"Mas Azhar hati-hati," ucap Haniyya.

Dia mencium tangan Azhar. Lalu, Azhar mengacak rambutnya yang tidak terbalut dengan kerudung. Kalau berada di rumah sendiri, mengapa harus tutup aurat? Toh, hanya ada Azhar di sana.

"Mas pergi dulu. Assalamu Alaikum."

"Wa Alaikum salam."

Azhar melambaikan tangannya kepada sang istri. Sampai ia benar-benar menghilang dari pandangan Haniyya. Semangat Azhar! Setelah pulang dari luar kota, kamu bisa dapatkan apa yang kamu mau sejak menikahi Haniyya.

Masih dengan perasaan senang Haniyya masuk ke dalam kamar. Dia membereskan ruangan itu. Kemeja-kemeja Azhar yang tergeletak rapi di atas kasur, mulai dimasukkan kembali ke dalam lemari pakaian.

Haniyya melihat tumpukan berkas di dalam lemari. Tadinya ia tidak berpikir mengecek apakah suaminya cumlaude di UI. Tetapi, setelah melihat berkas suaminya itu, Haniyya jadi tergoda melihat-lihat seperti apa prestasi Azhar selama ini.

Dia membongkar berkas yang ada di hadapannya itu. Wanita itu mengecek ijazah suaminya. Haniyya terpesona mendapati nilai Ujian Nasional SMA milik suaminya, rata-rata bernilai sembilan. Wow, pandai sekali Azhar. Tidak heran kalau pria mendapat predikat cumlaude atau lulusan kehormatan di kampus. Mana kampusnya bukan kaleng-kaleng. Ini UI loh.

Apakah cumlaude sungguhan?

Mengambil transkrip nilai suaminya, Haniyya mengecek langsung. Tertulis cumlaude di sana. Azhar tidak bohong. Ada kebanggaan tebersit dalam hati Haniyya. Kalau Azhar pintar, kemungkinan besar anak-anak mereka akan mewarisi kepandaian ayah mereka? Stop, Haniyya. Jangan pikirkan anak dulu sebelum malam bahagia terlaksana. Sabar, Haniyya.

Setelah menyaksikan prestasi suaminya, tangan Haniyya menyentuh diari Azhar. Waktu itu ada di mobil suaminya, lalu sekarang di dalam lemari.

Kemarin diari itu tidak ada di sana. Apa Azhar memasukkannya saat bangun tahajud semalam? Haniyya kembali merasa penasaran membaca diari itu. Apa saja yang ditulis suaminya di sana? Haniyya perlahan membuka buku kecil itu. Dia membukanya di halaman terakhir.

Masih baru... Azhar menulis catatan hati itu satu hari yang lalu.

Cintaku pada Zoya tak kunjung mati. Justru semakin hari malah semakin bertambah besar. Aku tidak mau sakiti Haniyya. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caranya mengendalikan perasaan ini? Aku mematikan ponselku seharian karena tak ingin kebersamaanku dengan Zoya terganggu. Memang, kami membahas pekerjaan. Namun, itu cukup mengobati hatiku yang mencintainya diam-diam.

Haniyya terduduk lemas membaca penggalan demi penggalan kata hati suaminya. Jadi, Azhar bohong soal ponselnya itu? Lelaki itu tidak jujur kalau dirinya sengaja menonaktifkan ponselnya. Azhar masih mencintai kakaknya.

Sebutir air mata membasahi pipi Haniyya. Kebohongan apa yang sudah Azhar tunjukkan padanya? Mengapa lelaki itu bersikap romantis di depan kalau hanya menyiksa hatinya di kemudian hari? Mengapa tidak jujur pada Haniyya soal perasaannya? Kuatlah, Haniyya. Kamu harus siap membaca pikiran suamimu. Tarik napas, lalu lanjutkan seperti apa kata hati suamimu.

Aku tidak memungkiri bahwa ada kesenangan saat bersama Haniyya. Namun jauh dari lubuk hatiku hanya ada Zoya di dalamnya. Haniyya hanyalah pelampiasan hatiku yang terluka. Aku bisa saja menyuruh orang untuk keluar kota. Tetapi aku bertekad pergi sendiri. Aku tidak tega bila harus tunjukkan kepalsuan di hadapan Haniyya. Aku takut Haniyya semakin mencintaiku lalu aku menghancurkan hatinya menjadi sebuah kepingan suatu hari.

Cairan bening membasahi buku diari Azhar. Teganya Azhar membohongi Haniyya. Apakah Hani tidak pantas dapatkan cinta yang tulus? Percuma Haniyya senang kalau itu hanya sebuah kebohongan. Haniyya masih menyabak saat ponselnya berdering. Pesan dari Azhar.

Dari: Azhar
Untuk: Haniyya

Kamu tunggu hadiah dari Mas ya. Sore nanti akan ada kurir yang mengantarkan hadiah dari Mas. Jangan tinggalkan rumah. Jaga kesehatan, jangan lupa sarapan.

Pesan itu sangat mesra. Haniyya akan senang bila pesan itu tulus. Apalah daya, Azhar hanya pura-pura mencintainya. Haniyya mengambil napas. Dia belum siap membalas pesan Azhar. Jadi, ia mematikan ponselnya. Azhar ke luar kota karena menghindarinya, bukan? Maka dia tidak akan ganggu lelaki itu.

"Hani enggak akan mengganggu kamu lagi, Mas. Hani akan pergi jika itu membuat Mas Azhar tenang," batin Haniyya.

Wanita itu menyusun rapi barang-barang yang ada di hadapannya. Dia menyeka air matanya. Awalnya, Azhar memintanya tinggal di rumah orang tuanya untuk sementara. Namun, Haniyya akan tinggal di rumah tersebut lebih lama dari yang direncanakan. Dia harus mengobati hatinya yang luka.

Haniyya tidak bisa membuat Azhar terus terbebani oleh cintanya. Sakitnya hati... Jika hati bisa berteriak, mungkin hati Haniyya salah satunya. Lelaki yang sangat dipuja oleh wanita itu telah sukses melukai hatinya, menghancurkannya menjadi kepingan demi kepingan.

Hadiah?

Mengapa kamu kirim hadiah saat kamu tidak menyukai orang yang akan kau beri hadiah itu, Azhar? Buat apa? Haniyya ingin mengamuk, tapi bagaimana caranya? Sejak awal Azhar jujur mengenai perasaannya. Ini bukanlah hal baru. Namun, kenapa rasanya begitu perih?

Dengan memakai kerudung sekali pakai, Haniyya meninggalkan rumah tempat ia dan suaminya tinggal. Haniyya enggan menunggu datangnya hadiah dari sang suami. Dia butuh waktu tenangkan jiwanya. Kepalsuan Azhar telah merusak kepercayaannya pada ketulusan cinta.

Instagram: Sastrabisu

Sekeping Hati Untuk Azhar (Per Order) Soonحيث تعيش القصص. اكتشف الآن