Bab 12:

351 35 0
                                    

☘️☘️☘️

Haniyya mulai aktif kuliah. Pada mulanya, ia dan Azhar masih sempat menyempatkan waktu bersama di siang hari. Setidaknya empat hari sebelumnya masih berjalan dengan baik.

Lalu, entah mengapa hari ini rasanya berbeda. Azhar sulit dihubungi. Perasaan Haniyya terasa hampa. Sesuatu mengusik dari dalam hatinya. Keraguan yang selalu ia tepis hadir kembali.

Betulkah cinta Azhar akan segera berpindah padanya? Apa yang akan terjadi bila suatu hari Zoya dan Azhar berkhianat? Pertanyaan itu selalu mengganggu isi kepalanya. Dia semestinya tak berpikiran aneh-aneh. Zoya jelas menyukai Rayyan sedangkan Azhar berusaha mencintai Haniyya.

"Mungkin ini salah satu efek karena belum terjadi hubungan intim di antara kami."

Dalam hati Haniyya meyakinkan dirinya sendiri. Ah, mengapa bagian penting dalam pernikahan itu sangat membuat frustrasi? Haniyya sudah coba baca beberapa artikel Internet mengenai hubungan suami-istri pertama kali, dan ada beberapa poin yang membuatnya takut. Kalau tidak kunjung dilakukan maka Haniyya akan terus penasaran rasanya.

Haniyya memandang kosong ke arah mahasiswa-mahasiswa yang berseliweran di kampusnya. Ini memang minggu sibuk karena sebentar lagi masa final tiba. Banyak mahasiswa yang lelah dengan kehidupan kuliah, mengira bahwa dengan menikah kehidupan mereka akan jauh lebih baik.

Nyatanya tidak sepenuhnya benar. Justru fokus bberpikir menjadi terbelah antara kehidupan keluarga dan kampus. Lihat saja Haniyya, drama kampus belum usai, ia pun harus hadapi drama keluarga.

Khayalan Haniyya kembali pada topik awal yaitu Azhar.

Kapan ia dan Azhar bisa melakukan kegiatan intim? Kenapa Haniyya harus haid di saat seharusnya Azhar dapatkan haknya sebagai suami.

"Hei. Lagi melamun apa sih, Han?"

Lisa, salah satu teman dekat Haniyya menghampiri. Sendirian di gazebo depan fakultas memang agak aneh. Haniyya seperti menghindari keramaian. Bukannya bergabung bersama teman yang lain, ia malah duduk melamun seorang diri.

"Lagi mikirin suamiku. Mikirin siapa lagi?"

Lisa mencebik. "Mentang-mentang sudah menikah. Pikiran terus terfokus pada suami. Ingat kuliah juga, Han. Sebentar lagi final."

Dua modul dikeluarkan Lisa dari dalam tasnya. Modul itu merupakan mata kuliah umum dari kampus. Satu modul Bahasa Indonesia dan satunya modul Pendidikan Agama.

Lisa memang memilih untuk mengambil mata kuliah umum di semester akhir. Alasannya simpel yaitu supaya otaknya tidak pusing memikirkan sulitnya mata kuliah jurusan di semester akhir. Hufff... membahas dunia kuliah memang memusingkan.

"Iya, iya... Semester depan 'kan sudah skripsi. Enggak masalah santai-santai dulu. Mumpung masih ada beberapa bulan waktu libur. Semester depan itu masa sulit loh buat kita."

Semoga Azhar bisa jadi teman konsultasi skripsinya. Haniyya cuma mengharapkan Azhar. Tante Sofiyah bilang Azhar dulunya lulus dengan predikat cumlaude, itu artinya pria itu cerdas saat berada di kampus.

"Kita pasti bisa lalui masa itu." Haniyya mengamini kalimat sahabatnya.

Tak ingin terpaku pada kuliah, Lisa berujar, "Dengerin lagu ini deh, Han. Aku suka banget sama lagu ini."

Lisa menyodorkan earphone yang tengah memutar lagu "Blackpink" berjudul "Ice Cream", mentang-mentang namanya Lisa, ia jadi suka lagunya Blackpink. Sok-sok mirip sama Lisa Blackpink ya?

"Maaf, Lis. Aku udah enggak dengar lagu semenjak menikah sama Mas Azhar. Kamu dengerin sendiri aja ya. Aku mau hijrah."

Gara-gara sering melihat Azhar berdzikir di pagi hari, Haniyya jadi ingin mendalami Islam. Memang berat awalnya. Dia harus menghapus lagu Korea di ponselnya dan menggantinya murottal Al-Qur'an. Biasanya ia mengoleksi video klip BTS, kemudian menghapus video tersebut lalu menambahkan banyak video ceramah.

Hijrah itu pilihan. Dilakukan tanpa tekanan. Haniyya memilih untuk tidak menyentuh hal-hal duniawi. Rasanya malu sama Allah kalau membayangkan setiap hari dengar musik. Namun, jarang dengarkan bacaan digital Al-Qur'an.

"Kamu gimana sih, Han. Enggak keren banget. Kamu kok jadi fanatik gitu sih? Sebulan lalu juga masih suka sama K-Pop. Kenapa jadi tiba-tiba enggak mau denger lagu K-Pop? Aneh banget." Lisa mencibir.

"Kata Pak Ustadz, dunia dan akhirat harus seimbang. Jujur, aku jarang denger murottal di HP. Bagaimana bisa aku dengar lagu Korea? Bagusnya itu, lebih banyak dengar mp3 Al-Qur'an ketimbang denger lagu K-Pop."

"Enggak asyik tahu enggak sih. Masa denger lagu aja enggak boleh."

"Aku enggak larang kamu denger lagu ya. Aku larang diri aku sendiri. Kenapa jadi ngambek sih, Lisa Blackpink?" Lisa memutar bola matanya.

"Aku tuh enggak ngambek. Cuma kecewa aja. Masa gara-gara Azhar kamu jadi berubah."

Sudahlah. Lisa memang begitu. Suka marah akan hal-hal sepele. Haniyya hanya perlu mendiaminya untuk saat ini. Kalau berdebat dengan anak pecinta K-Pop mah enggak pernah ada habisnya. Haniyya paham itu sebab ia pernah jadi pecinta lagu K-Pop.

☘️☘️☘️

Perasaan Haniyya benar mengenai hubungannya yang kini terpisah jarak? Saat ia kembali ke rumah. Azhar belum pulang. Biasanya, Azhar akan kembali jam delapan malam. Kini, pria itu kembali pada rutinitas awalnya sebelum menikah yaitu pulang jam sepuluh malam. Kalau Azhar semakin sibuk bekerja, kapan mereka bisa bermesraan lagi.

Alhasil, Haniyya menunggu suaminya sampai Azhar kini berdiri di hadapannya.

"Kamu belum tidur, Sayang? Kenapa harus tunggu Mas pulang?"

Azhar berbicara sambil membuka jas kerjanya. Haniyya membantu suaminya melepas dasi, dan juga kemeja yang terpasang di tubuh sang suami.

"Aku khawatir sama kamu, Mas. Seharian ini aku terus mikirin kamu. Kenapa tidak hubungi Hani sekali pun hari ini?"

Biasanya Azhar akan memberitahu keadaannya lewat WA. Namun, hari ini tak ada kabar satu pun dari lelaki itu. Dia tidak mengirim pesan satu kali pun.

"Oh, Maaf ya, Sayang. Mas lupa charger HP sebelum pergi. Ponselnya beneran mati total seharian. Selain itu kerjaan Mas juga bertumpuk. Jadi lupa sama kamu."

Azhar memijat pelipisnya. Sepertinya pria itu memang sangat sibuk. Haniyya menghampiri suaminya. Dia membantu suaminya memijit kepalanya itu. "Mas Azhar jangan paksakan diri bekerja. Jaga kesehatan. Hani lima kali mengirim pesan ke Mas tapi pesannya tertunda. Jangan hilang kontak. Hani khawatir sama Mas Azhar."

Ketulusan Haniyya membuat Azhar tersentuh. Azhar merenung sesaat. Dia masih orang yang sama yang mencintai Zoya. Bagaimana caranya membunuh perasaan itu? Azhar sungguh kehabisan ide. Apakah kepingan hati Haniyya tak cukup menghancurkan perasaan untuk Zoya?

Cup...

Azhar memberikan kecupan di kening istrinya sebagai kado istimewa hari ini. "Makasih ya, Sayang sudah perhatian sama Mas." Sebagai seorang lelaki, Azhar tentu merasakan gairah di hadapan istrinya. Pria itu membisikkan di telinga Haniyya mengenai jatahnya.

"Sabar ya Mas. Sepertinya besok baru Haniyya benar-benar bersih. 24 jam lagi. Hani janji akan berikan pelayanan terbaik untuk Mas Azhar. Tunggu saja."

Azhar mengembuskan napas agak kasar. "Masalahnya Mas Azhar ada meeting penting di kota lain selama dua hari. Jadi Mas harus menunggu 3 kali 24 jam."

"Orang sabar disayang Allah."

Takdir, oh takdir. Mengapa begitu senang mempermainkan kehidupan rumah tangga Haniyya dan Azhar. Bukan cuma Haniyya yang frustrasi. Kini Azhar juga. Baiklah. Saat tiba masanya. Mereka akan benar-benar bersenang-senang.

Instagram: Sastrabisu

Sekeping Hati Untuk Azhar (Per Order) SoonWhere stories live. Discover now