Bab 2: Terjebak Bersama

544 48 0
                                    

☘️☘️☘️

Ayesha Haniyya terperangkap di tengah perjalanan. Mobilnya mogok saat hujan begitu derasnya turun membasahi bumi. Gadis itu menengok jam tangan berwarna pink yang melingkar di tangannya. Sekarang pukul 10:35 malam. Dia tidak tahu harus melakukan apa.

Memesan taksi? Tidak, dia pernah dengar cerita seorang gadis dilecehkan dalam taksi. Dia seorang perempuan. Dia tak akan biarkan sesuatu yang buruk terjadi padanya. Siapa yang tahu niat lelaki? Lebih baik menghindari, bukan?

Haniyya mengambil telepon selulernya kemudian menghubungi kakaknya. Zoya selalu bisa diandalkan. Butuh dua kali gadis itu menelepon baru kakaknya mengangkat panggilan telepon itu. Akhirnya... Haniyya bisa bernapas lega sekarang.

"Assalamu alaikum. Kenapa belum pulang jam segini, Dek?"

Terdengar nada khawatir dari bibir kakaknya. Zoya memang hanya memiliki satu adik perempuan. Dia tak akan biarkan adiknya dalam bahaya. Apalagi adiknya tak kunjung sampai rumah saat jam menunjukkan setengah sebelas malam.

"Wa alaikum salam, Kak. Hani udah jalan pulang. Tapi, terhalang karena mobil Hani mogok Kak. Gimana dong Kak. Hani enggak mau bermalam di jalanan."

Haniyya berencana tinggal di rumah kakaknya hari ini. Dia merasa sepi bila terus tinggal dengan orang tua mereka. Haniyya suka berdebat dengan anak laki-laki kakaknya. Gadis itu senang melihat Imran marah-marah. Lucu sekali ekspresi anak itu ketika diganggu.

"Kamu tenang dulu ya, Dek. Kakak telpon Mas Rayyan dulu. Kebetulan dia di perjalanan pulang. Kamu kirim lokasi kamu ke nomor WA kakak aja ya, nanti kuberitahu Mas Rayyan."

"Oke, Kak."

Panggilan mereka berakhir setelah mengucapkan salam. Beruntung Zoya mau membantu. Haniyya melihat ke arah luar jendela mobil. Hujan semakin deras. Jalanan mulai sepi. Dia mulai paranoid. Kalau ada begal, bisa bahaya. Dia bisa menjadi korban yang sempurna. Haniyya mengetuk-ngetuk jemarinya di setir mobil, berharap setitik ide terngiang di kepalanya.

Apa Haniyya pesan taksi online saja? Atau jalan kaki menerobos hujan? Jangan! Ada petir juga. Bisa-bisa Haniyya tersambar petir lalu mati sebelum merasakan indahnya pernikahan. Ih, Haniyya menggeleng keras sambil beristighfar.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Nada dering Haniyya yang merupakan lantunan basmalah membuyarkan lamunan wanita muda itu. Secepat kilat dia mengangkat panggilan teleponnya. Ini mungkin bala bantuan yang akan datang padanya. Benar, ada nama Zoya terpampang di layar ponsel itu. Haniyya menggeser tombol hijau dan mulai mendengarkan ucapan kakaknya.

"Assalamu'alaikum. Bagaimana Kak?"

"Wa alaikum salam, Dek. Mas Rayyan bilang lokasinya terlalu jauh sama kamu. Mas Rayyan naik motor, lupa bawa jas hujan. Kebetulan lokasimu tidak jauh dari rumah Azhar. Mas Rayyan bilang Azhar akan menjemputmu."

"Loh, kok bisa begitu sih, Kak? Mas Rayyan kok enggak bertanggung jawab sih? Masih mikirin jarak pula."

Bukan apa-apa. Haniyya gugup kalau berada di dekat Azhar. Malu-lah duduk bersebelahan dengan crush-nya. Bisa-bisa jantung Haniyya meledak saat itu juga.

"Bukan begitu, Dek. Kalau nunggu Mas Rayyan kamu bakalan nunggunya kelamaan. Mas Rayyan sudah menawarkan putar balik. Tapi, kakak yang larang. Kamu gak kasian sama suami kakak. Dia baru pulang kerja harus bolak-balik ke luar rumah demi kebutuhan anak saat dirinya butuh istirahat?"

Rayyan memang ayah yang baik. Haniyya sudah sering melihat betapa sayangnya lelaki itu pada keluarganya.

"Iya... Iya... Hani paham kok."

Sekeping Hati Untuk Azhar (Per Order) SoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang