Bab 6: Ulang tahun Imran

292 30 2
                                    

☘️☘️☘️

Sebenarnya ada perasaan kecewa di dalam hati Haniyya setelah mengetahui bahwa dahulu kala, Azhar begitu mencintai Zoya. Untuk saat ini, ia tidak tahu bagaimana keadaan hati Azhar, apakah hati itu masih untuk Zoya atau tidak.

Lalu, apakah masih ada sedikit rasa untuk Haniyya. Apalah artinya sebuah kenyamanan kalau tidak dibarengi dengan cinta. Haniyya khawatir kalau cinta Azhar kepada Zoya tak akan pernah pudar.

"Kamu sudah hubungi kue tar-nya, Dek?"

Pikiran Haniyya masih melanglang buana ke tempat lain. Dia berusaha memikirkan perasaan Azhar. Sebetulnya cara memahami lelaki itu seperti apa sih? Kemarin Haniyya sampai mengetik di papan pencaharian google untuk menemukan jawabannya.

Alih-alih dapatkan apa yang ia mau, google malah menyarankan hal tak senonoh, katanya pria itu suka kalau cewek tampil seksi. Ah.... Masalahnya Azhar bukan pria mesum. Kalau chat sama Haniyya tidak pernah minta foto seksi. Justru malah menasihatinya pakai jilbab.

"Halo.... Hani, kamu sudah sampai di mana mengkhayalnya?"

Zoya menepuk bahu adiknya membuat gadis itu kaget bukan main. Dia sampai menjerit karena terlalu kaget. "Ya ampun Kak Zoya ini bikin kaget!" seru Haniyya sambil mengelus dadanya.

"Memangnya mengkhayal apa? Lagi mikirin Rizky Nazar menikahi kamu, begitu?" canda Zoya.

"Enggak. Hani kalau suka artis mah enggak pernah halu."

Pernah sih waktu zaman masih SMA. Tapi 'kan kalau banyak berkhayal terus-menerus juga tidak baik. Itu termasuk pola hidup tidak sehat. Haniyya sekarang cenderung sama yang pasti-pasti saja. Dia mesti fokus pada perjodohannya dengan Azhar yang tidak lama lagi. Tante Sofiyah sudah beritahu Haniyya kalau pihak keluarga Azhar sebentar lagi akan datang melamar.

"Terus kenapa?"

Zoya mencari sesuatu di wajah adiknya. Jawabannya sudah jelas waktu Haniyya tersenyum malu-malu. "Kakak tahu. Kamu mikirin Mas Azhar lagi ya?" selidik Zoya.

"Memang."

Haniyya memperhatikan kakaknya yang ikut tergelak. Gadis itu berusaha mengeluarkan pertanyaan yang sejak tadi mengganjal di kepalanya.

"Waktu Kak Rayyan sama Kak Zoya akan menikah. Apa kakak juga memikirkan calon suami kakak?"

Zoya menampilkan mimik datar. Tak lama dia menggeleng. "Kakak memikirkan orang lain. Saat mau menikah dengan Mas Rayyan, kakak masih bingung dengan perasaan kakak. Ada seseorang yang kakak sukai diam-diam."

Orang lain itu siapa? Haniyya hanya berpikir kalau dulu kakaknya juga mencintai Azhar? Mereka bisa menikah seandainya saling jujur sebab Haniyya pernah baca diari Azhar yang menuliskan betapa lelaki itu menyukai kakaknya.

"Mengapa kakak menerima lamaran orang lain saat kakak bisa menunggu orang yang kakak cintai. Kalau kakak bingung, harusnya kakak meminta waktu."

"Kamu tidak mengerti, Hani. Cinta itu membingungkan."

Zoya menghela napas. "Sudahlah. Jangan bahas lagi. Sekarang kakak sudah nyaman dengan Mas Rayyan." Cinta itu memang membingungkan. Kini, Zoya sudah sangat mencintai suaminya.

"Jadi, gimana pesanan kue tar-nya?"

Imran, putra kedua Zoya dan Rayyan sedang ulang tahun. Rencananya nanti sore akan ada acara kecil-kecilan untuk merayakan hari kelahiran anak itu, setidaknya dengan menyenangkan teman-teman Imran juga. Kapan lagi, bisa makan kue lagi?

"Oh, itu. Sudah, Kak. Ini Hani minta tolong Mas Azhar jemput kue-nya."

"Oke. Makasih ya, Dek. Kakak telpon Mas Rayyan juga. Harusnya dia pulang sekarang. Takutnya di Imran nanyain dia kalau tidak datang di acara spesialnya."

Namanya anak-anak pasti menginginkan hati kelahirannya menjadi sangat spesial. Apalagi Imran cerewetnya bukan main. Dia selalu punya pertanyaan kalau tidak mengerti sesuatu.

☘️☘️☘️

Imran terlihat begitu bersemangat ketika teman-temannya serta kerabat dekat menyanyikan lagu ulang tahun untuknya. Kemudian ada Zoya, Rayyan, serta Fattah yang membuat keluarga itu terlihat lebih harmonis.

Azhar hanya jadi penonton. Perasaan cemburu yang telah lama ia kubur di dalam hati tiba-tiba menyeruak setelah menyaksikan betapa bahagia Zoya dan Rayyan bersama. Mata Azhar tak berhenti memandangi mereka. Dia membiarkan hatinya terluka dengan mengamati sahabatnya itu.

Semakin dipandang, Azhar semakin tidak tahan. Dia berusaha keluar dari kerumunan walau acara anak Zoya dan Rayyan belum usai. Lagipula, tidak ada siapapun yang menyadari kehadirannya. Kenapa perasaan itu timbul lagi? Kenapa cinta untuk Zoya tak pernah pudar.

Azhar duduk menyendiri di taman. Dia merenung dalam kesendirian. Entah bagaimana caranya untuk menghukum hatinya ini? Bagaimana menghancurkan perasaan yang timbul dalam hatinya ini. Azhar meninggalkan taman. Dia masuk ke dalam mobil, dan mendapati diari yang ia tulis bertahun-tahun lalu ada di jok belakang mobil. Benda itu sudah lama di sana.

Pria itu memutuskan membaca diari lamanya itu. Bukannya melupakan Zoya, rasa terhadap wanita itu malah semakin dalam. Terlalu banyak momen indah bersama Zoya di masa lalu. Kenangan yang dulu Azhar lupakan justru teringat kembali dengan membaca diari miliknya. Kalau tahu akan begini, Azhar tak akan pernah menulis diari itu.

"Mas...."

Ketukan di kaca mobil menghentikan Azhar yang tengah sibuk membaca diari. Pria itu menaruh diari tersebut ke kursi belakang. Satu helaan napas sebelum lelaki itu membuka kaca mobil. Menyaksikan Haniyya yang kini menampakkan tatapan cemas.

"Mas Azhar mau langsung pulang? Enggak tinggal makan dulu, Kak? Ada banyak kue di dalam rumah."

Haniyya memberikan tatapan penuh harap. Sejak tadi, ia mengamati bagaimana ekspresi Azhar melihat kemesraan Zoya dan Rayyan. Haniyya tidak apa-apa menjadi pengalihan hati Azhar. Lama-lama mereka juga terbiasa. Mungkin bisa saling jatuh hati.

"Mas pulang saja ya. Ada sesuatu yang harus Mas lakukan."

"Apa sesuatu itu sangat penting, Mas? Kalau tidak, maka tinggal sebentar saja. Demi Hani, calon istri Mas Azhar. Kalau Mas mau dengarkan Hani, maka Hani akan merasa sangat dihargai."

Kalau Azhar pulang sekarang, Haniyya bakalan merasa terabaikan. Dia akan berpikir kalau Azhar tak akan pernah membuka hati untuknya. Bahwa Haniyya bukanlah orang penting dalam kehidupan pria itu.

"Sebenarnya tidak terlalu mendesak. Kalau kamu yang minta maka Mas akan tinggal sebentar lagi. 30 menit tidak apa-apa 'kan?"

"Iya, Mas. Yang penting Mas Azhar tinggal sebentar saja."

Alhamdulillah. Calon suami Haniyya masih bisa diajak berkompromi. Kalau Azhar selalu seperti ini, Haniyya tidak akan merasa perjuangannya sia-sia. Memang butuh proses lama. Sekeping demi sekeping cinta itu akan diberikan kepada Haniyya.

Sebagai calon istri Haniyya tak mau Azhar merasa terabaikan. Jadi, dia melayani calon suaminya dengan begitu baik. Dia menyiapkan beberapa piring kue kepada pria itu. Azhar tak ingin makan sendirian sehingga Haniyya mau tidak mau menemani. Mereka makan berdua, lalu anak-anak memergoki mereka, dan mulai menyoraki mereka.

Haniyya jadi merona. Tatapan matanya tak berhenti menatap Azhar yang sedang tergelak. Tampaknya inilah permulaan yang baik untuk mereka. Haniyya ingin menyembuhkan luka hati Azhar yang pernah terluka. Semoga belum terlambat.

Instagram: Sastrabisu

Sekeping Hati Untuk Azhar (Per Order) SoonWhere stories live. Discover now