Bab 7: Proses Lamaran

357 31 1
                                    

☘️☘️☘️

Penantian Haniyya akhirnya terbayar, kesabaran gadis itu menunggu Azhar sudah terbalaskan. Ta'aruf yang mereka jalankan berlanjut ke tahap lamaran. Gadis itu memang belum resmi jadi istri Azhar. Namun, sebentar lagi ia mencapai level itu.

Azhar beserta ibu dan pamannya datang baik-baik untuk meminang Haniyya hari ini. Segala urusan lamaran berjalan dengan baik. Tidak ada kesepakatan yang memberatkan sepihak. Sofiyah bertekad melakukan apa saja demi menjadikan Haniyya sebagai menantu. Pokoknya wanita itu tidak mau melirik gadis lain lagi. Sudah cocok dengan perangai Haniyya.

"Setelah enam bulan menikah, Hani cuti kuliah satu semester dulu ya. Biar bisa fokus urus Azhar."

Sofiyah membisikkan kalimat itu saat ada kesempatan mengobrol dengan calon menantunya. Sebenarnya niat wanita itu tak lain supaya Haniyya dan Azhar segera punya anak sehabis menikah.

Sudah lama ia menantikan cucu. Hanya saja, ia tidak mungkin mengatakan kalau dia kebelet ingin punya cucu dari pernikahan Azhar dan Haniyya. Kasian juga Haniyya terbebani oleh keinginannya itu. Alhasil, ia gunakan bahasa halus, yang maknanya belum bisa diinterpretasikan dengan baik.

"Hani lihat keadaan dulu ya, Ma. Semoga Hani sanggup mengurus Azhar sambil kuliah. Hani pengin cepat lulus kuliah biar waktu untuk Azhar lebih banyak."

Nyaman juga panggil Sofiyah dengan panggilan Mama. Sehabis menikah tak akan ada rasa canggung lagi di antara mereka. "Iya. Kamu benar. Kuliah itu penting. Maafin Mama kalau terlalu mengekang ya, Sayang. Kamu bereskan kuliahmu segera. Tanya Azhar kalau ada yang tidak diketahui ya."

"Iya, Ma."

Sofiyah merangkul Haniyya dengan begitu mesra selayaknya anak dan ibu. Sofiyah memang agak tomboi. Semenjak suaminya meninggal. Dia sering mengerjakan pekerjaan pria seperti mengganti lampu, mengecat tembok rumah, bahkan pernah sekali ia mengganti seng tanpa sepengetahuan Azhar. Dia sangat keras kepala. Azhar selalu memarahinya kalau melakukan sesuatu yang berbahaya. Apalah gunanya Azhar sebagai anak lelaki kalau tidak dibutuhkan.

"Jadi, bagaimana? Semua kesepakatan sudah disetujui?"

Abdullah, ayah Haniyya bertanya memastikan tak ada masalah dalam lamaran hari ini. Zoya melirik Azhar dengan tatapan serius. Dia menanti sahabatnya mengatakan semua proses lamaran sudah kelar.

"Apa lagi? Tak ada masalah sejak tadi, 'kan?"

Sofiyah balik bertanya dengan nada candaan. Di sampingnya, ada Haniyya yang tersengih. Oh, betapa bahagianya bisa menikahi idola sendiri. Selama ini Azhar tidak pernah menunjukkan sikap buruk. Dia begitu perhatiaan, dan sangat aktif proses ta'aruf mereka. Perhatiannya telah meluluhkan hati Haniyya.

"Baiklah. Proses lamaran ini di akhiri dengan keputusan acara berlangsung pada tanggal 21 bulan ini. Mahar dibayar dengan hafalan surah Ar-Rahman dan surah Al-Kahfi. "

Kebetulan Azhar hanya sanggup dua surah saja. Dia sudah hafal surah Ar-Rahman dan seperempat surah Al-Kahfi. Azhar masih punya tantangan menamatkan hafalan surah Al-Kahfi sebelum hari pernikahannya tiba. Semangat Azhar. Kamu pasti bisa melewati itu semua.

Mengapa harus membuat diri susah?

Sebab Azhar tidak mau menggampangkan pernikahan. Dia bisa saja memberi mahar mobil termahal di Indonesia seandainya dia mau. Hanya termahal di Indonesia karena Azhar belum sanggup membeli yang paling mahal di dunia.

Bagi Azhar, ini bukan tentang harta tetapi bagaimana cara menghargai sebuah pernikahan serta komitmen di dalamnya.

"Kita doakan acaranya lancar tanpa kendala ya."

Semua orang mengamini perkataan Sofiyah. Proses lamaran diakhiri dengan acara makan bersama. Alhamdulillah tak ada halangan. Akhirnya acara awal sudah berlalu.

☘️☘️☘️

Saat semua orang masih sibuk makan, Azhar meminta waktu Haniyya sebentar. Ada hal yang ingin dibicarakan lelaki itu pada calon istrinya. Kalau tidak dikatakan nanti Haniyya merasa dibohongi. Azhar ingin jujur akan sesuatu.

"Hei. Pasangan calon pengantin tidak boleh bertemu satu sama lain dulu," ujar Zoya menghalangi Azhar.

Wanita itu sengaja menggoda pasangan yang akan menikah di hadapannya. Haniyya merasa rona merah berkibar di pipinya. Mana Azhar malah semakin memperhatikannya. Semakin gugup-lah perasaan gadis itu.

"Hanya sebentar. Aku pinjam dulu ya adikmu."

Zoya cekikikan. "Ya sudah. Jangan lama-lama."

Azhar menarik tangan calon istrinya. Mereka bicara di tempat sepi dari orang-orang. Sepi dalam artian tak ada yang dengarkan pembicaraan mereka. Namun, masih bisa dilihat oleh orang-orang.

Kerabat mereka kini memandangi sambil berbisik. Kenapa beberapa orang tertarik membahas kisah cinta orang lain ya? Padahal 'kan niat Azhar bukan bermesraan.

"Apa yang mau Mas katakan? Katakan saja Mas, Hani dengan senang hati akan mendengarkan."

Jantung Haniyya kini berdenyut-denyut manja. Ya Allah, semoga Azhar tidak mendengar denyutan itu. Hani bisa jadi malu membayangkannya. Semoga Azhar tidak punya kekuatan super, yang mampu mendeteksi getaran hati seseorang.

"Mas tidak mau bohong sama kamu, Hani. Mas ingin katakan sesuatu sejujur-jujurnya. Sebetulnya, Mas punya penyakit serius."

Penyakit serius? Haniyya tersentak mendengarnya. Penyakit apa? Baru juga senang dipinang, eh sekarang ada kabar mengejutkan. Apa sekarang ia akan patah hati sebelum kepingan hatinya bersatu dengan Azhar? Ya Tuhan, cobaan apa ini?

"Penyakit apa, Mas? Masa bohong 'kan? Apa Mas baik-baik saja?"

Haniyya terlihat sangat khawatir. Kalau benar Azhar sakit parah maka hati gadis itu akan terluka sebelum waktunya dibuat senang.

"Jangan terlalu cemas. Sebenarnya tidak terlalu parah. Tetapi kalau sakitnya kambuh itu yang jadi masalah serius."

"Katakan saja, Mas."

"Ginjal Mas bermasalah. Kini Mas hanya bergantung pada satu ginjal. Sekarang memang tidak apa-apa. Tetapi Mas takut kamu merasa ditipu suatu hari. Terkadang satu ginjal ini kadang sakit tiba-tiba. Dokter bilang tidak apa-apa. Tapi, Mas takut mereka sembunyikan sesuatu."

"Kalau kau mau mundur. Tak apa, Hani. Mas tidak akan marah. Mungkin Mas memang tidak berjodoh dengan siapapun. Tadi, Mas ingin menyela, tetapi tatapan Zoya menghentikan Mas. Kakakmu sudah tahu sakit, Mas ini."

Haniyya menggeleng. "Hani enggak akan mundur, Mas. Tenang saja, Hani akan pastikan kesehatan Mas di masa depan akan terjaga. Jangan cemaskan apapun. Tidak akan ada yang berubah. Hani tidak akan mundur, Mas."

"Kamu yakin? Mas tidak sempurna, Hani? Kamu siap hadapi risikonya?"

"Siap, Mas. Kita akan jalani semua ini bersama-sama, yang terpenting jangan berhenti berdoa dan berusaha."

"Iya. Mas akan berusaha jalani terapi juga. Terima kasih sudah menerima Mas apa adanya ya. Mas janji tak akan membuatmu kecewa di masa depan. Mas akan melakukan apapun agar rumah tangga kita bahagia."

"Aku pegang janji, Mas."

Haniya tersenyum. Azhar mengusap jilbab calon istrinya. Kalau saja mereka sudah sah jadi suami istri, Azhar ingin sekali mendekap tubuh Haniyya saat ini, sebagai wujud dari rasa syukurnya.

Instagram: Sastrabisu

Sekeping Hati Untuk Azhar (Per Order) SoonWhere stories live. Discover now