Part 2 | I'm Lost

Start from the beginning
                                        

Matanya menatap langit malam yang ditaburi kerlap-kerlip cahaya bintang. Rigel jadi ingat namanya saat melihat bintang, Rigel Auriga Altair. Bundanya bilang namanya adalah nama bintang. Bahkan tiga kata namanya semuanya sama-sama nama bintang. Rigel tersenyum mengingat itu, bundanya memang orang yang sangat manis, haha.

Tok~tok~tok

Mendengar suara pintu yang di ketuk, Rigel segera masuk ke kamarnya untuk membukakan pintu. Tapi sebelumnya ia menutup dahulu pintu kaca menuju balkon. Tidak biasanya ada yang mengetuk pintu kamarnya malam-malam.

Saat membuka pintu, tampaklah gadis cantik yang kira-kira tingginya sekitar pinggangnya.

"Hey princess, kok belum tidur?" tanya Rigel yang sudah berjongkok di depan anak itu.

"Ica pengen tidur sama kakak," ucapnya sendu.

"Kenapa? Bukannya tadi Ica udah tidur ya? Ini udah malem, emang Ica gak ngantuk?" tanyanya lagi, dengan mengelus-ngelus kepala sang adik.

Rigel mempunyai satu adik perempuan yang umurnya lumayan jauh dengannya. Gadis kecil itu masih berumur sekitar lima tahun. Rissa Putri Adara, namanya.

"Ica haus, jadi Ica bangun. Tapi pas liat samping, bunda gaada," jelas gadis cilik itu.

Bundanya memang izin untuk pergi setelah Isya tadi, setelah Ica tertidur tentunya. Entah urusan apa Rigel tidak tahu, yang jelas berurusan dengan cabang butik yang bundanya kerjakan.

"Yaudah kita ambil minum, tapi abis ini Ica tidur, nanti bunda marah," ujar Rigel yang diangguki Ica.

Rigel mengendong Rissa, membawanya turun ke dapur bawah karena letak kamar Rigel berada di lantai atas.

Selesai mengantarkan Ica yang meminta minum, Rigel membawa Ica kembali ke kamar adiknya itu. Rigel juga membawa satu botol air minum yang akan ia letakan di nakas. Takut-takut Rissa terbangun lagi akibat kehausan.

"Udah yah tidur, besok Ica sekolah, kaka juga sekolah. Gausah bandel, cepetan tidur ya cantik," ujar Rigel lembut.

Ica hanya mengangguk saja. Adik Rigel ini untungnya tipe anak yang penurut, jadi tidak terlalu susah membujuknya. Kecuali, jika sedang kumat. Bisa hancur barang-barang di rumah akibat teriakan dan tangisannya.

Tidak menunggu lama, Rissa sudah tertidur. Rigel memandang wajah Rissa yang teduh ketika sedang tertidur, menyelimutinya, dan berakhir mencium kening adiknya itu.

Entah kenapa ia malah teringat gadis itu. Cewek menyebalkan yang menjadi partnernya di OSIS. Rintik. Rigel sedikit bingung jika ingat sikap Rintik tadi. Cewek itu menunjukan sikap seperti takut saat melihat ke arah rumahnya tadi. Sebenarnya ia penasaran saat mendengar keributan di dalam rumah Rintik saat ia mengantarnya pulang sore tadi. Tidak jelas mereka berbicara apa, hanya terdengar samar.

Tadi, saat memarkirkan mobilnya, telinganya tidak sengaja mendengar keributan di dalam rumah Rintik. Tapi saat dirasa itu adalah hal privasi, Rigel segera pergi dari rumah Rintik.

-----

Disinilah Rintik sekarang. Di sebuah kamar dengan cat berwarna biru langit yang sudah sedikit pudar, dan lampu yang sengaja ia matikan. Jika kalian bertanya, bukankah Rintik takut dengan kegelapan? Ya, jawabannya benar. Rintik sengaja mematikan lampu kamarnya, melawan rasa takut yang ia rasakan, walaupun nyatanya ia tetap takut, tapi itu semua ia lakukan agar dirinya bisa menangis sepuasnya, mengungkapkan semua beban dalam gelap dan kesunyian. Hanya dengan itu Rintik bisa tenang.

Seperti sekarang, Rintik tengah menangis didalam kamarnya. Memeluk guling dan menelungkupkan wajahnya di guling itu.

Kadang Rintik berfikir, kenapa takdir begitu jahat padanya? Kenapa ia harus lahir jika semuanya akan seperti ini? Jika katanya 'Tuhan tahu yang terbaik untukmu' kenapa Tuhan memberikam Rintik takdir seperti ini? Rintik sakit, Rintik takut, Rintik lelah.

Jika bisa memilih, Rintik memilih untuk tidak di lahirkan. Kenapa? Karena percuma bukan, jika ia lahir ke dunia tapi tidak ada yang menginginkannya. Rintik selalu berpikir, jika ia sebuah kesalahan lantas mengapa ia di pertahankan hidup?

Kilasan memori yang mengerikan mulai berputar di otaknya. Suatu kejadian yang sangat buruk di hidupnya dan menjadi trauma yang sangat gila. Kilasan itu, tangan-tangan itu, orang-orang itu, Rintik ingat semuanya.

Tanpa sadar tubuhnya mulai gemetar. Tangisnya semakin sakit didengar, dadanya sesak, tangannya membekap telinganya berharap suara-suara itu tidak terdengar. Sentuhan tangan kotor itu seolah terasa nyata, Rintik menggeleng kuat.

"Ja-jangan, tolong, hiks."

Kedua tangannya di ikat kencang, mulutnya di bekap oleh kain, kedua kakinya pun sama begitu. Rintik tidak bisa melawan.

Semuanya berputar bak kaset rusak dipikirannya. Suara-suara nakal, tangan- tangan kotor yang berani menyentuhnya, wajah-wajah itu. Semuanya terasa lebih jelas jika diingat.

"Tolonggg, tolong jangan, tolong siapapun tolong."

Hatinya berteriak meminta tolong, tapi mulutnya dibekap kain kencang. Semua pemberontakan yang ia lakukan seorang percuma. Tiga laki-laki itu berhasil menjamah tubunya.

Sakit, remuk, sesak, sedih, marah, kecewa, semuanya terasa campur aduk. Rintik menyerah, ia ingin mati saja, tapi nyatanya dirinya tetap hidup sampai sekarang.

Kesadarannya kembali kala mendengar suara dari pengeras suara di mushola. Suara seorang yang mengaji terdengar merdu sebelum waktunya adzan subuh di kumandangkan.

Tubuhnya masih gemetar hebat, tangisnya masih belum reda. Rintik lelah, selama itu ia hanyut dalam masa lalunya. Selama itu ia hanyut dalam traumanya.

Tangisnya kembali merembak, Rintik menangis kencang. Tidak peduli jika ada yang mendengar, lagipula rumah ini hanya berisi ia saja, ayahnya sudah pasti pergi sejak malam.

Rintik mengusap bahunya sendiri, berusaha menenangkan dirinya. Sampai akhirnya suara tangis gadis itu tidak lagi terdengar. Dia tertidur dengan memeluk dirinya sendiri.

Rintik lelah dengan semuanya.

--------

Selesai di revisi,
Rabu 20 September 2023

Tertanda
Rena Rasuci.

• R I N T I K • [ END] proses revisiWhere stories live. Discover now