"To the point, Kambing!" geram Sheyla menghentakkan kakinya.

Iron dan Aron dengan kompaknya ber-oh ria. "Ada yang melihat kakak sepupu kita nggak? Namanya Ankaa. A-nya dua." tanya Aron.

"Tadi dia ke sana," jawab Alex sambil mengambil botol minum.

"Jadi cowok harus berani tanggung jawab. Sebelum memanggil cewek dengan sayang. Terima kasih telah menjawab. Iron dan Aron sangat senang." ucap Iron dan Aron kembali berpantun.

"Pacar si Sheyla bejibun. Anak Dirgantara makin aktif ya, Bun," balas Alex tertawa kecil.

Sheyla mengambil tas yang terdampar di tanah,  lalu menyandangnya. "Lex, gue ke toilet. Lo kalau mau pulang, pulang aja."

"Ngoghey! Jangan lupa ayamnya ya," peringat Alex dengan telunjuknya yang menunjuk-nunjuk wajah Sheyla.

...

"Gini loh, Om, gue maunya diantar ke rumah teman gue bukan ke rumah gue," kata Sheyla di depan toilet.

Panggilan telepon dari peternak ayam itu membuat Sheyla tidak jadi buang air kecil.

"Iya mbak. Bilang kek daritadi."

Dosa apa gue sampai berurusan dengan ini!  Batin Sheyla berusaha sabar.

"Dari satu abad yang lalu gue sudah bilang, Om, astagfirullah!"

"Sip."

Tut

Sheyla menatap layar dengan panggilan yang sudah diputus oleh peternak ayam itu. Ia mengelus dadanya.

Kresek

Kresek

Telinga Sheyla mengarah ke sumber suara. Kakinya melangkah menuju belakang toilet laki-laki. Kemudian, menemukan cowok yang membelakanginya sedang mengeluarkan sekantong plastik. Naluri kengintahuan Sheyla muncul, ia bersembunyi di balik tembok dan mengintip.

"Ankaa bukan ya?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Mata Sheyla terbuka lebar melihat tangan cowok itu menarik rambut, lalu rambutnya terlepas begitu saja.

"Eh tuyul!" Kaget Sheyla sudah membayangkan cowok itu botak. Ya, yang dilepas adalah rambut palsu.

Ia bernapas lega saat melihat cowok itu ternyata mempunyai rambut. Namun ... ada yang aneh, bukan?

"Sumpah demi apa itu rambut keren banget!" cicit Sheyla.

Cowok itu menarik rambut depan ke belakang dengan sela jemarinya. Mata Sheyla sudah terhipnotis oleh rambut cowok itu, sehingga ia tidak menyadari bahwa cowok itu lama kelamaan menghilang dari pandangannya.

"Hai, Kak."

"Eh." Panggilan dari Iyan membuatnya sadar.

Sekedar informasi bahwa Iyan adalah pacar kelima Sheyla.

Iyan menyodorkan sebuah tiket nonton di bioskop. Mata Sheyla berbinar bersamaan dengan tangannya yang langsung mengambil cepat tiket tersebut.

"Um, Kakak terima ajakan nonton sama aku?" tanya Iyan penuh harap.

"Yap! Gue bakal datang." balasnya cepat.

Kali ini Iyan yang berbinar. "Okey, Kak. Aku tunggu di bioskopnya langsung."

Sheyla mengancungkan jempol. Iyan pun pergi dengan senyuman yang mengembang.

"Hei, Shey."

"Eh, Jimin. Lo belum pulang? Ini sudah jam lima loh."

Nikah Yuk, Kaa! [OTW TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora