11

1K 194 6
                                    

***

"Apa itu buruk? Terlihat munafik, tidak menjadi diriku sendiri, gadis lemah yang ingin terlihat kuat, menyedihkan, seseorang yang terbiasa menipu diri sendiri, seseorang yang ingin terlihat hebat, memalukan, gadis yang tidak mencintai dirinya sendiri. Anxiety, insecurity, depression bla bla bla, oppa akan mendiagnosisku seperti itu?" tanya Lisa, seolah ia ingin memancing pertengkaran di sana namun Jiyong sama sekali tidak terpancing oleh ucapannya.

"Aku tidak merasa punya hak untuk menilai, aku juga tidak punya kemampuan untuk mendiagnosa," santai Jiyong. "Tapi apa salahnya bersikap berbeda, saat sendiri dan saat ada di depan orang lain? Kenapa itu menyedihkan? Bukankah kau hanya akan terluka kalau terlalu jujur pada dunia? Dunia bukan hanya tempat untuk orang-orang baik. Semakin banyak kau menunjukan dirimu yang rumit, meskipun pada dasarnya manusia memang rumit, akan ada semakin banyak celah untuk dikomentari. Itu yang pelajari selama bertahun-tahun karirku."

Jiyong tidak tahu, mana dirinya yang sebenarnya. Kwon Jiyong kah atau G Dragon adalah jati dirinya yang sebenarnya, pria itu tidak tahu. Keduanya terasa seperti dua sosok yang berbeda, bagi para penggemarnya. G Dragon itu keren, dingin dan sangat berwibawa, sementara Kwon Jiyong adalah pria berbeda yang manis dan sangat lembut. G Dragon yang berdiri keren di depan kamera, adalah orang yang berbeda dengan Kwon Jiyong yang lembut di belakang kamera– begitu kata orang-orang, hingga Jiyong pun merasa seperti itu. Sampai album Kwon Jiyong keluar.

"Tapi sebenarnya aku juga tidak tahu mana diriku yang sebenarnya, G Dragon atau Kwon Jiyong. Aku juga sempat mencari, mana diriku yang sebenarnya."

"Padahal keduanya, baik G Dragon maupun Kwon Jiyong, adalah orang yang sama, keduanya sama-sama oppa," balas Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya. "Masyarakat yang terlalu berekspektasi. Mereka melihat apa yang ingin mereka lihat sebagai sebuah foto, sepotong-sepotong. Mereka melihat foto Kwon Jiyong yang manis saat bermain dengan teman-temannya, kemudian melihat foto G Dragon yang keren di panggung, lalu memutuskan kalau dua orang di foto itu adalah orang yang berbeda, cepat dan sederhana. Lebih mudah daripada mengira-ngira apa saja yang terjadi diantara dua foto itu. Siapa yang peduli kalau sebelum menjadi G Dragon yang keren dipanggung, Kwon Jiyong yang manis harus mengurung diri di kamar hotelnya lebih dulu? Yang mereka tahu oppa hanya dua orang yang berbeda."

Jiyong tertawa, "mengurung diri?" tanyanya sembari terkekeh. "Bukankah terlalu berlebihan kalau kau menyebutnya begitu? Seolah-olah aku harus bertapa dulu sebelum naik ke panggung. Padahal aku hanya tidur dan tidak sadar kalau tidurku terlalu lama," tawa keduanya memenuhi ruang kerja itu.

"Bagaimana aku tahu? Aku tidak pernah menemui oppa sebelum konser," balas Lisa dan Jiyong memutar bola matanya.

Lisa memang tidak pernah datang ke persiapan konsernya. Jiyong bahkan ragu Lisa pernah menonton konsernya atau tidak. Tapi mereka pernah menghabiskan waktu bersama di hotel, di Jeju dan selama di sana Jiyong hanya tidur seperti seorang yang pingsan, seperti Putri Salju yang tidur setelah memakan apel beracun, seperti Putri Tidur yang baru saja tertusuk jarum.

Ditengah obrolan itu, Karina datang. Namun alih-alih bicara di depan Jiyong, dengan ketus Lisa mengajak Karina untuk bicara berdua dengannya di ruang meeting. Gadis itu sudah siap mengomel sekarang, namun begitu pintu ruang meeting tertutup, Karina sudah lebih dulu bicara. "Sajangnim, suamimu datang sebagai perwakilan YG? YG bisa menutup-nutupi kasus ini, tidak ada yang menyebut Hyunsuk, kenapa kau diam saja saat mereka menyebutku perebut kekasih orang lain?!" tanya Karina, terdengar marah juga kesal karena di seret ke agensi saat hatinya sedang terluka.

"Siapa yang membuat mereka menyebutmu begitu?" santai Lisa sembari menunjukan layar handphonenya. Ia letakan handphonenya di atas meja panjang dalam ruangan itu, memperlihatkan beberapa postingan yang Karina tulis di akun pribadinya.

Karina menceritakan kisah cintanya di sana, mengatakan kalau ada seorang pria yang mengencaninya tapi sebenarnya pria itu sudah lebih dulu berkencan dengan wanita lain. Dalam cerita yang Karina tulis itu, Karina ingin orang-orang menghina si pria berengsek yang menjadikannya selingkuhan namun semuanya justru berbalik, menyerang Karina.

"Kalau itu masalahnya, kenapa kau tidak menghapusnya?! Sebenarnya apa yang kau kerjakan di kantor mewah ini? Haha hihi bersama suamimu?! Whoa-"

"Kau benar-benar seperti ibumu," potong Lisa, membuat Karina jadi semakin marah karenanya. Karina yang marah lantas menjerit, mengamuk, dan melampiaskan semua emosinya pada Lisa juga meja di ruang meeting itu.

Ruang meeting yang ada tepat di dalam ruang kerja itu, hanya dibatasi dinding kaca di keempat sisinya. Ruang meeting yang biasanya di gunakan hanya untuk pertemuan-pertemuan penting antara Lisa dengan investornya. Dari sofa tempatnya duduk, Jiyong bisa melihat Karina menangis. Meski ia tidak bisa mendengar pembicaraan keduanya, Jiyong mulai merasa khawatir saat melihat sikap Karina yang berlebihan itu. Namun Lisa sudah lebih dulu melangkah, mendekati dinding kaca yang sedikit buram itu, kemudian menutup tirainya. Lebih baik tidak ada yang menonton mereka sekarang.

Lima belas menit Lisa duduk di salah satu kursi dengan roda, menonton Karina yang marah dan menangis, menyalahkan ibunya atas semua masalah dalam hidupnya.

"Lalu apa yang bisa aku lakukan?!" jerit gadis itu, mengganggu telinga Lisa meski suaranya tetap tidak akan sampai ke telinga Jiyong, Jisoo dan manager yang bertanggung jawab di luar. "Tidak boleh kah aku menulis apa yang aku mau di akun pribadiku sendiri?! Tidak boleh kah aku mengeluh atas hidupku?! Setelah semua hal memalukan yang wanita itu lakukan, tidak bisakah aku mengeluh atau merengek?! Di akun pribadiku sendiri?!" marah Karina, yang tangisannya perlahan-lahan melemah. Alih-alih marah, kini gadis itu menangis karena terlampau terluka.

Terlebih saat Lisa mengatakan kalau ia tidak boleh mengeluh dan merengek. "Ya, tidak boleh. Kau tidak boleh merengek dan mengeluh di akun pribadimu sampai kau cukup kuat untuk mengatasi resikonya. Kau pikir dunia ini baik? Jangan naif, dunia ini kejam. Sangat kejam terutama bagi perempuan. Kau pikir, saat kau mengeluh di akun pribadimu orang-orang akan mengasihanimu? Mendukung, memberi semangat atau membelamu? Jangan mimpi. Mereka hanya menikmati ceritamu, sebagai hiburan lalu mengomentarinya. Semakin banyak cerita yang kau bagi, maka semakin banyak juga komentar yang akan kau dapatkan, kau tidak bisa memahami itu? Mereka akan iri kalau kau senang, mereka akan menyalahkanmu kalau kau sedih."

"Lalu bagaimana? Apa yang harus ku lakukan saat satu-satunya orang yang memahamiku ternyata mengkhianatiku?! Bicara pada wanita memalukan yang mengaku sebagai ibuku itu?! Pada teman-teman di asrama yang hanya akan menertawakanku?! Padamu yang hanya akan memarahiku?! Lalu apa yang harus ku lakukan kalau semuanya membuatku sesak?! Kau ingin aku bunuh diri saja?!" marah Karina, membuat Lisa berdecak kemudian mempertanyakan bagaimana logika sebenarnya logika Karina bekerja.

Kalau ia bahkan tidak bisa mempercayai ibu kandungnya, teman-temannya di asrama, juga CEO agensinya dan orang-orang di sekitarnya, bagaimana ia bisa mempercayai orang-orang di dunia maya yang hanya beberapa kali menulis komentar semangat di akun pribadinya? Ia tidak ingin ditertawakan teman-teman asramanya tapi mengunggah ceritanya di akun pribadinya untuk dinikmati semua orang? Kali ini Lisa tidak bisa memahami bagaimana cara otak Karina bekerja.

"Apa kau tinggal sebatang kara disini? Aku mengerti kalau kau tidak bisa mengandalkan ibumu. Tapi dari semua anak di asrama, tidak adakah satu anak saja yang bisa kau terima sebagai temanmu? Bagaimana dengan teman di sekolahmu? Berkumpul lah dengan banyak orang, sapa orang-orang yang sering kau temui, jangan hanya membatasi dirimu. Kenali banyak orang secara pribadi, bergaul dengan banyak orang, lihat bagaimana mereka hidup dan apa yang membuat mereka hidup seperti itu, belajar dari mereka dan jadilah kuat. Kalau kau kesulitan mempercayai orang-orang di sekitarmu, buat keluhanmu jadi sesuatu yang indah. Gambar, tulisan, musik, apapun itu, buat keluhanmu jadi sesuatu yang bermakna, sesuatu yang jujur tapi bisa dinikmati orang lain. Buat mereka jadi sangat indah sampai orang-orang bisa merasakan apa yang sebenarnya kau rasakan."

"Tapi aku tidak bisa-"

"Kau bahkan belum mencobanya. Apa ada bayi yang bisa langsung berlari setelah lahir? Terus mencoba, terus cari cara paling menyenangkan untuk mengeluh."

***

slice of lifeWhere stories live. Discover now