15

1K 187 9
                                    

***

Sarapan pagi itu di akhiri dengan perginya Lisa ke kantor sementara Jiyong mengatakan kalau ia akan memanggil orang untuk memperbaiki kunci lemari mereka. Sebelum Lisa benar-benar pergi, Jiyong mengingatkan gadis itu kalau nanti malam mereka ada janji– pergi ke pusat kota untuk rekaman sebuah acara ragam. Lisa hanya akan merekam setengah episode, membantu Daesung yang untuk pertama kalinya mencoba memproduseri sebuah acara ragam.

"Apa yang harus aku pakai untuk acaranya?" tanya Lisa, sebelum gadis itu benar-benar pergi dari rumah– sedangkan Jiyong masih memilih kunci mobilnya, memilih mobil mana yang akan ia pakai pagi ini.

"Pakaianmu biasanya," santai Jiyong. "Acaranya hanya tentang berbelanja dan tempat-tempat yang sering dikunjungi orang terkenal– maksudnya cara kami para idol bersenang-senang. Episode minggu lalu Seunghyun hyung pergi ke galeri, membuat tembikar di sana. Lalu episode yang akan ditayangkan minggu ini Seungri dan Daesung pergi ke taman bermain di dekat rumah Daesung lalu ke gereja. Minggu depan Yongbae dan Hyorin pergi berbelanja ke supermarket. Aku tidak tahu kapan episodeku di tayangkan-"

"Dua minggu lagi," ucap Lisa sembari menghitung minggu-minggu yang Jiyong bicarakan tadi. "Jadi apa yang akan kita lakukan di pusat kota? Membeli pakaian di pusat perbelanjaan? Atau ke toko buku membeli cat? Aku perlu informasi untuk memutuskan pakaianku... Aku ingin memakai rok tapi kalau kita ke toko buku akan ku ganti dengan celana... Sulit berjongkok dengan rok tapi buku-buku kesukaanku selalu di taruh di rak bawah," oceh gadis itu yang kini keluar rumah bersama suaminya, berjalan ke lift kemudian ke tempat parkir bersama.

"Bagaimana kalau membeli ubur-ubur saja?" tawar Jiyong. "Tapi aku masih tidak mengerti kenapa kau tiba-tiba ingin memelihara ubur-ubur."

"Shin Minah memelihara ubur-ubur di film Diva. Ubur-uburnya kelihatan cantik sekali, jadi aku juga ingin memelihara satu... Siapa tahu ubur-uburnya bisa membuat jelly seperti ubur-ubur di Spongebob?" balas Lisa, di dalam lift, membuat seorang anak yang berdiri bersama orangtuanya langsung menoleh pada Lisa– bertanya apakah ubur-ubur di Spongebob itu nyata. "Ubur-ubur benar-benar ada, tapi bentuknya pink atau tidak, aku tidak tahu. Coba cari di sana, tulis saja apa itu ubur-ubur atau bagaimana bentuk ubur-ubur, kau sudah bisa membaca kan? Semua yang ingin kau ketahui ada di handphonemu, di smart phone-mu, kalau kau juga smart," jawab Lisa, pada si anak laki-laki pendek yang sudah mengalungi sebuah handphone. Gadis itu bicara sembari menunjuk handphone yang mengalung di leher si anak TK.

"Aku bisa membaca, aku juga belajar bahasa Inggris, smart– pintar. Hanya orang pintar yang memakai smart phone, iya kan?" balas si anak membuat Lisa langsung tersenyum kemudian mengacungkan dua ibu jarinya, memuji anak itu.

Lift terbuka di lantai dasar dan si anak tadi keluar di sana. Mobil jemputan dari sekolahnya sudah menunggu di depan pintu utama. Orangtua anak itu berpamitan pada Jiyong dan Lisa yang masih harus ke basement, demi sopan santun mereka bertukar sapa juga senyuman– sesama tetangga– lantas berpisah di lantai dasar. Kini lift hanya untuk Lisa dan Jiyong yang harus ke basement.

"Jadi, aku boleh memelihara ubur-ubur? Di pelihara di ruang tengah?" tanya Lisa, sekali lagi, memastikan kalau ia bisa benar-benar senang atau hanya dipermainkan.

"Ya, asal kau tidak akan mogok makan kalau tiba-tiba peliharaanmu mati," jawab Jiyong, samar-samar pria itu ingat kalau Lisa pernah mogok makan karena anjing peliharaannya mati. Kejadian itu terjadi kira-kira dua puluh tahun lalu.

"Heish... Siapa yang bilang kalau aku mogok makan?" gerutu Lisa yang kemudian mengirim pesan pada Jisoo, meminta Jisoo untuk mencarikannya pakaian santai yang bisa ia pakai untuk syuting nanti malam. "Tapi siapa saja yang akan pergi dengan kita nanti malam? Berapa banyak kameranya?"

Jiyong menggeleng, ia tidak pernah benar-benar memperhatikan berapa orang yang akan ikut bersama mereka. Satu hal yang pasti, Daesung akan ada di sana sebagai produser acara itu. Alih-alih pergi berkencan, Lisa yakin kalau acaranya justru akan seperti acara anak-anak. Daesung dan Jiyong akan sibuk bermain, sementara ia harus menahan diri agar tidak melewati batas. Karena acaranya di rekam, Lisa tidak bisa bertingkah semaunya, gadis itu perlu memikirkan kesan yang mungkin akan dilihat rekan-rekan bisnisnya nanti, saat acara itu di tayangkan.

"Akan ku beri tahu kalau kameranya sudah dimatikan dan kau bisa bertingkah semaumu setelah itu," ucap Jiyong seolah bisa membaca pikiran Lisa. "Atau kau ingin kita pergi lagi setelah syuting? Tanpa kamera?"

"Kemana? Pergi membeli sepatu? Oppa menyuruhku membeli sepatu olahraga," tanya Lisa, bersamaan dengan pintu lift yang baru saja terbuka. Keduanya keluar, sembari Jiyong mengiyakan pertanyaan itu.

Mereka punya tempat parkir khusus di basement, dimana mobil Jiyong yang berjajar manis sementara satu mobil Lisa ada di antaranya. Kalau Jiyong mengoleksi mobilnya, Lisa justru menjual yang lama sebelum ia membeli yang baru. Gadis itu enggan mengeluarkan tenaga dan perhatian untuk mengurus beberapa mobil sekaligus. Terlebih karena ia tidak ingin memakai beberapa menit waktunya untuk memilih mobil mana yang akan ia pakai.

"Kalau ku pikir-pikir, sepertinya aku tidak perlu membeli mobil," komentar Lisa. "Sudah ada banyak pilihan di sini," candanya sembari menunjuk beberapa mobil Jiyong dengan tangannya.

"Kalau kau mau memakai jasa supir profesional, akan ku pinjamkan," jawab Jiyong sembari menunjuk bagian depan mobil Lisa yang baru saja lecet kemarin sore. "Tidak akan kubiarkan kesayangan-kesayanganku jadi seperti itu," susulnya, mengomentari mobil Lisa yang sudah beberapa kali masuk bengkel karena lecet setelah menyerempet dinding di pintu masuk basement.

"Ah menyebalkan," gerutu Lisa karena mengingat bagaimana terkejutnya ia kemarin sore– saat tiba-tiba ada serangga di depan kaca mobilnya, mengejutkannya kemudian membuatnya menyerempet dinding. "Tempat ini harus rutin disemprot insektisida," keluhnya.

Jiyong tertawa sembari masuk ke dalam mobil hitamnya. Sementara Lisa masih harus berjalan beberapa meter untuk sampai ke mobil putihnya di sudut basement. Jiyong memang masuk lebih dulu ke mobilnya, namun pria itu duduk diam di mobilnya, sengaja menunggu Lisa agar lewat di depannya lebih dulu. Lisa yang akhirnya lewat di depannya, menekan klakson mobilnya untuk menyapa. Jiyong melakukan hal yang sama, lantas mereka keluar dari basement, beriringan.

Di jalan, Jiyong tidak berusaha mendahului Lisa. Pria itu terus mengemudi di belakang Lisa– tepat di belakangnya, seolah mereka sengaja berjalan bersama. Sampai di persimpangan, barulah keduanya berpisah. Lisa terus melaju ke depan, sementara Jiyong harus menunggu lampu hijau untuk melaju ke kanan. Jalanan tidak seberapa padat dan Lisa yang lebih dulu tiba di agensinya mengirim pesan pada Jiyong kalau ia sudah ada di kantor. Selang sepuluh menit kemudian, Jiyong baru membalas pesan itu dengan informasi yang sama– kalau ia juga sudah tiba di agensinya dan siap bekerja.

Setibanya si agensi, Lisa melangkah ke ruang kerja Rose alih-alih ke ruangannya sendiri. Gadis itu masuk tanpa pemberitahuan kemudian melihat Rose tengah bicara dengan seorang pria yang terlihat sangat sederhana.

"Siapa?" tanya Lisa, sembari berjalan ke meja kerja Rose, mengambil beberapa berkas di sana sementara pemilik berkasnya tengah duduk di sofa bersama tamunya.

"Pelukis yang dikenalkan Dan-ah eonni, Lee Yonghwa," jawab Rose yang kemudian menyuruh Lisa untuk mengecek laporan di laptopnya. Rose bilang laporannya terlalu sempurna, seolah seseorang sengaja memanipulasinya.

"Oh... Hai," sapa Lisa pada pria sederhana itu. "Kau yang akan membantu membuat desain untuk dindingku? Sebenarnya suamiku juga mulai menggambar di dinding, tapi aku tidak suka gambar buatannya. Terlalu hip hop, bisa kau membuat sesuatu yang lebih manis? Aku ingin membuat suasana seperti hutan tropis yang tenang, atau suasana seperti musim gugur yang hangat. Tempat yang membuat orang-orang ingin berfoto di sana," oceh Lisa sembari matanya membaca laporan yang Rose bicarakan. "Siapa yang membuat laporan ini? Sepertinya aku pernah membaca laporan ini di suatu tempat," susul Lisa seolah otaknya bisa mengerjakan dua hal sekaligus.

"Anda sudah melihat lukisanku?" tanya pria itu dan Lisa menganggukan kepalanya.

"Sudah, di kantor Dan-ah eonni," jawab Lisa. "Kalau aku belum melihatnya, aku tidak akan menghubungimu, bukan? Aku lebih kaya dari Dan-ah eonni. Sebagian besar peralatan elektronik di rumahmu, pasti dibeli dari perusahaan ayahku, iya kan? Jadi berapa bayaran yang kau inginkan untuk melukis di dindingku?"

***

slice of lifeWhere stories live. Discover now