12

1K 194 4
                                    

***

Setelah hampir empat puluh menit mereka bicara- mungkin lebih tepatnya memarahi dan dimarahi. Lisa keluar dari ruang meeting tadi, gadis itu keluar sembari melakukan beberapa hal di handphone Karina kemudian mengembalikan handphone itu pada gadis yang berjalan di belakangnya sembari mengusap air mata serta ingusnya dengan tisu. "Sampai nanti kau sudah cukup kuat dan bijaksana untuk menggunakan lagi akun pribadimu, aku melarangmu menggunakan akun pribadimu," tegas Lisa yang setelahnya mengatakan pada manager para anak-anak pelatihan untuk selalu mengecek handphone Karina, memastikan gadis itu berhenti membuka akun pribadinya.

"Aku tidak akan menghukummu kalau kau melanggar. Kau yang akan menghukum dirimu sendiri kalau ketahuan melakukan hal seperti ini lagi, bukan begitu?" susul Lisa yang setelahnya menyuruh Jisoo untuk membuat sebuah cerita baru.

Demi memperbaiki nama Karina, Jisoo terpaksa menulis beberapa lirik lagu di kertas, mengambil gambar kertas itu kemudian mengunggahnya di akun pribadi Karina. Jisoo membuat cerita seolah-olah Karina tengah mencoba untuk menulis sebuah lagu dan mengunggah liriknya.

"Lalu bagaimana dengan Hyunsuk oppa?" tanya Karina, sementara Jiyong sedang berusaha untuk tidak mengomentari tulisan tangan Jisoo dan Lisa yang tengah menghubungi seorang temannya melalui telepon. Lisa menggunakan koneksinya untuk menyingkirkan berita tentang Karina dan ibunya- yang menurut beritanya sama-sama perusak hubungan orang lain. Meski begitu, Lisa tidak perlu berbuat banyak karena ayah kaya raya Karina sudah lebih dulu mengurus berita-berita itu.

"Haruskah aku mengurus masalah asmaramu juga, Karina? Kau yang mengenalnya, kau yang berhubungan dengannya, kau yang berkencan dengannya, kalian yang menikmati hubungan itu, haruskah aku yang menyelesaikannya juga? Apa kau tidak bisa menyelesaikannya sendiri?" ketus Lisa setelah ia selesai menelepon.

Karina menggeleng, kemudian menatap Jiyong yang sedang gemas ingin merebut pena Jisoo. Rasanya pria itu ingin menggantikan Jisoo menulis. Ia resah karena Jisoo yang terlihat tidak begitu berpengalaman terus mencoret dan merubah tulisannya, bukannya jadi semakin bagus tulisan itu justru jadi seperti omong kosong- nilai Jiyong, yang duduk di sofa bersama Jisoo.

"Kau tahu kekasihmu berselingkuh, apa lagi yang harus kau lakukan? Tentu saja berhenti berhubungan dengannya. Akhiri hubungan kalian dan berhenti mencintainya," santai Lisa yang kemudian mengembalikan handphone Karina, menunjukan panggilan dari ibu gadis itu yang langsung Karina tolak. Karina membenci ibunya, sebab wanita yang sering keluar masuk pusat perbelanjaan itu memanfaatkan keberadaan Karina untuk memeras uang si CEO kaya raya yang menghamilinya.

Karina berencana untuk pergi setelah ia tidak mendapatkan saran apapun untuk masalah asmaranya. Gadis itu berpamitan pada Lisa, kemudian pada Jiyong yang menyerah karena Jisoo tidak mau mendengarkannya. Ya, pada akhirnya Jiyong dan Jisoo berdebat tentang lirik yang mereka tulis. Jiyong merasa lirik buatan Jisoo sangat kacau, sementara menurut Jisoo mustahil kalau Karina bisa menulis lirik yang terlalu bagus seperti kata-kata dari Jiyong.

"Ah... Ya, pulang dan beristirahat lah," balas Jiyong yang menyerah berdebat dengan Jisoo. "Tapi dimana wig mengerikanmu tadi? Jangan memakainya lagi... Menakutkan. Ku pikir kau akan menerkamku tadi."

"Maafkan aku," ucap Karina yang kemudian membungkuk, beberapa meter di depan Jiyong, terhalang sebuah meja kaca.

"Aku terima permintaan maafmu," balas Jiyong. "Tapi tentang pertanyaanmu, aku akan menjawabnya. Kenapa kalian tidak boleh berkencan sementara kami bisa menikah, itu karena kalian masih sangat naif. Hidup sebagai anak pelatihan sangat berat, bukan? Tapi kalian masih anak-anak, belum boleh merokok atau minum-minum, apa lagi hiburan kalian selain menyukai lawan jenis? Hampir tidak ada-"

"Kalau tahu kami tidak punya hiburan lain selain lawan jenis, selain menyukai seseorang, kenapa kami tidak boleh berkencan? Kami tidak boleh terhibur?" potong Karina, tipe anak konglomerat yang terbiasa mengeluarkan isi kepalanya.

"Boleh. Kalian boleh terhibur dan menyukai seseorang, tapi jangan sampai berkencan karena kami khawatir kalian akan tenggelam dalam penghiburan itu. Pria-pria seusiamu sekarang sedang berada dalam fase menuju dewasa, mereka mulai menonton film porno bahkan mulai membayangkan bersetubuh dengan seseorang. Sementara wanita-wanita seusiamu sedang berada dalam fase mendambakan cinta sejati. Apa yang akan terjadi kalau mereka berkencan? Seorang gadis yang mendambakan pangeran bertemu dengan seorang pria yang sedang luar biasa penasaran tentang rasanya bersetubuh. Aku mencintaimu, kita akan selamanya bersama, kita sudah berkencan, setelah ini kita akan menikah dan hidup bahagia. Kalau seorang pria mengatakan itu pada gadis naif yang sangat ingin dicintai, menurutmu apa yang akan terjadi? Mereka bisa saja bersetubuh, bukan masalah kalau tidak ada kehamilan setelahnya. Tapi bagaimana kalau sampai hamil? Siapa yang sudi merelakan rencana masa depannya untuk mengurus anak? Karena itu, sukai semua pria yang kau suka, hibur dirimu dengan menyukai mereka, tapi jangan membuat ikatan apapun di antara kalian. Supaya tidak ada pihak yang menuntut atau di tuntut, supaya kalian tidak perlu membuktikan cinta itu. Nanti setelah kalian cukup dewasa dan tidak lagi naif, berkencan dan menikah, lakukan semuanya."

"Kapan aku cukup dewasa dan tidak lagi naif?"

"Entahlah..." balas Jiyong. "Kau yang akan tahu saat kau sudah sampai di sana."

Karina meninggalkan ruangan itu, Jisoo melaporkan hasil kerjanya pada Lisa kemudian ikut meninggalkan ruangan dan kini kembali Lisa dan Jiyong yang duduk berdua di dalam ruang itu.

"Di sini menyenangkan," komentar Jiyong masih duduk di sofa sembari memperhatikan Lisa yang duduk di kursi kerjanya. "Apa pekerjaanmu selalu begini? Pekerjaanku hanya tentang musik. Anak-anak trainee di agensiku, tidak membicarakan masalah pribadi mereka padaku. Mereka hanya menanyakan tentang musik dan musik lagi. Itu menyenangkan tapi berada di sini jauh lebih menyenangkan. Mungkin karena ini pengalaman baru? Melihat anak-anak pelatihan yang bisa bicara dengan CEO agensinya?"

Lisa memutar bola matanya. Entah ada di bagian mana yang menurut Jiyong menarik, namun menurut Lisa pekerjaannya tidak sehebat itu. Agensinya bukan agensi besar seperti YG. Kalau tadi Jiyong bilang agensi itu bukan tempat penitipan anak, bagi Lisa agensinya adalah tempat penitipan anak. Ia harus jadi pengasuh anak-anak konglomerat itu agar orang tua mereka terus berinvestasi pada perusahaannya. Ia butuh anak-anak naungannya- kali ini SKZ- untuk mempromosikan pakaian dari bisnis utamanya. Para seniman yang bekerja di agensinya pun cukup menguntungkan bagi perusahaan milik ayahnya, juga milik kakak laki-lakinya.

"Oppa ingin datang lagi besok?" tawar Lisa, sembari menumpu dagunya dengan kedua tangannya, menatap Jiyong yang harus memutar tubuhnya agar bisa menatap gadis itu.

"Hm... Entahlah? Malam ini aku ada pemotretan, sepatu kemarin- ah! Ku rasa malam ini aku tidak pulang... Karena pemotretan. Apa tidak apa-apa?" tanya Jiyong, terdengar sangat canggung di akhir. Padahal sebelumnya ia tidak pernah menanyakan pendapat Lisa tentang jadwal kerjanya. Hanya pemberitahuan yang ia katakan pada Lisa. "Eommaku bilang, aku harus mulai membicarakan segalanya denganmu. Jadwal, penghasilan, kontrak kerjaku di agensi, pekerjaan, rekan kerjaku, semuanya. Tapi aku tidak tahu harus mulai darimana."

"Kalau begitu... Aku juga harus memberitahu oppa hal yang sama? Pekerjaanku di sini, penghasilanku, rekan kerjaku, jadwalku, semuanya?" tanya Lisa dan Jiyong hanya bisa menaikan bahunya.

"Kalau itu terlalu berat, bagaimana kalau hanya hal-hal yang ingin kau beritahu? Kalau ada masalah pekerjaan atau keseharianmu yang ingin kau bicarakan denganku, kau bisa membicarakannya. Kalau tidak ingin, kau tidak perlu membicarakan. Aku juga akan memberitahumu kalau aku ingin, dan diam saja kalau aku tidak ingin. Kita memang bekerja di industri yang sama, tapi bidang yang kita kuasai berbeda, jadi membicarakan masalah manajemen agensimu padaku juga belum tentu berguna, belum tentu aku bisa menyelesaikan masalahmu," ucap Jiyong, masih terdengar canggung. Bahkan setelah seharian mereka bisa bicara dengan sangat santai, masalah rumah tangga mereka tetap saja membuat canggung.

"Kita bisa melakukannya pelan-pelan kan?"

"Tentu."

***

slice of lifeWhere stories live. Discover now