16

1.1K 171 15
                                    

***

Rose mengerutkan dahinya, sementara gadis yang tengah bicara padanya hanya tersenyum tanpa mengkhawatirkan apapun. Pertama, karena Lisa tahu siapa yang membuat laporan asal tadi. Seorang yang di rekomendasikan pamannya– ayah Minho– yang membuatnya. Lisa dan pamannya itu memang tidak akur, hampir bermusuhan, namun Rose tidak habis pikir kalau si paman punya rencana untuk menghancurkan agensi milik keponakannya. Atau setidaknya mengganggu agensi milik keponakannya– kalau kata menghancurkan terlalu berlebihan.

Hal kedua yang membuat Rose mengerutkan dahinya adalah sikap Lisa terhadap kejadian itu, yang menurut Rose terlalu tenang. Satu kelebihan Lisa– menurut Rose– memanglah ketenangan itu, namun kali ini Lisa seharusnya marah, bukannya justru tersenyum kemudian memamerkan rencana memelihara ubur-uburnya.

"Jadi ubur-ubur lebih penting daripada laporan itu?" tanya Rose, masih tidak percaya dengan sikap acuh sang CEO.

"Uhm... Tidak lebih penting, tapi masalah laporan sudah selesai, aku sudah menyuruh orang itu membuat laporan yang baru. Sekarang, karena masalah laporan sudah selesai, bantu aku memilih ubur-ubur... Aku benar-benar ingin memelihara ubur-ubur," ucap Lisa, bukan pada wakil CEO-nya, melainkan pada teman kuliahnya Roseanne Park. "Lihat! Australian Spotted cantik sekali, kau pernah tinggal di sana, kau pernah memelihara ubur-ubur cantik ini?"

Rose menghela nafasnya. Ia memang pernah tinggal di Australia, bahkan sejak ia kecil, tapi ia tidak pernah melihat hewan transparan itu, sekali pun tidak pernah, Rose berani bersumpah. "Apa menurutmu ubur-ubur seperti ikan yang bisa dibeli di pasar? Mana mungkin aku pernah melihatnya, aku tidak tertarik pada hewan laut!"

"Kau memelihara ikan," ralat Lisa membuat Rose kembali memutar bola matanya.

"Itu ikan air tawar," ralat Rose tidak mau kalah. "Lagi pula dimana kau akan membeli ubur-ubur? Siapa yang menjual ubur-ubur di sini?"

"Ada," ucap Lisa yang kemudian menunjukan alamat yang sudah ia cari berhari-hari. "Mau ke sana bersamaku?" tawar Lisa namun Rose langsung menolaknya. Lisa akan pergi ke sana dengan suaminya, untuk apa Rose ikut bersama mereka. "Kalau begitu bantu aku memilih... Aku ingin Australian Spotted, Moon Jellyfish, Blue Cannonball, Flame Jellyfish- tapi ubur-ubur panjang juga cantik... Lihat, Purple Stripped cantik kan?"

"Beli saja semuanya, kau yang paling kaya di sini, ayahmu punya perusahaan elektronik yang produknya dipakai semua orang," cibir Rose, membuat Lisa mengeluh kecewa– padahal ini masih pagi.

"Tidak boleh, mereka akan mati kalau dipelihara bersamaan," keluh Lisa. "Karena itu aku kesulitan memilih satu," gerutunya yang kemudian melangkah keluar dari ruangan Rose, mencegat Jisoo yang baru saja kembali setelah mencari pakaian untuk Lisa malam ini. "Eonni-"

"Moon Jellyfish. Beli Moon Jellyfish saja, yang paling murah," potong Jisoo yang sudah dua hari mendengarkan keluhan Lisa tentang ubur-uburnya. "Tapi suamimu mengizinkanmu memelihara ubur-ubur di ruang tengah? Mau tidak mau dia harus ikut mengurus ubur-uburnya."

"Ahh! Kau ingin memelihara sesuatu bersama suamimu? Buat anak saja, lalu pelihara bersama! Lebih berguna daripada ubur- ya! Lisa! Aku belum selesai bicara!" teriak Rose, di saat Lisa dengan sengaja membanting pintu ruang kerja Rose sampai tertutup rapat. Beberapa staff yang tidak tahu kalau mereka bertiga bersahabat, pasti mengira kejadian itu adalah pertengkaran hebat.

"Tidak," ucap Lisa kemudian. Bukan pada Rose, tapi pada Jisoo yang menatapnya dengan tatapan penuh kecurigaan. "Aku tidak dengan sengaja ingin memelihara sesuatu bersama Jiyong oppa. Aku hanya ingin ubur-ubur dan kebetulan ruang tengah rumahku kosong jadi... Ah! Jiyong oppa setuju, kami akan mencari ubur-uburnya nanti malam," cerita Lisa yang setelahnya menggandeng Jisoo, mengajaknya ke dalam ruang CEO agar asisten pribadinya itu mau mendengarkan semua ocehannya tentang ubur-ubur.

slice of lifeWhere stories live. Discover now