21

1K 179 7
                                    

***

Di jam makan siang, meeting Lisa selesai. Di saat yang sama, Lisa mendapat pesan dari Jiyong. "Lisa-ya, kau jadi pulang kan? Bisakah kau mampir membeli sup yang ringan diperjalanan pulang? Aku tidak bisa menelan apapun," tulis Jiyong dalam pesannya. Lisa mengiyakan permintaan itu, lantas setelahnya gadis bangkit bersama beberapa barang bawaannya– kontrak debut anak-anak pelatihannya.

"Eonni, aku harus pulang lebih awal. Aku akan makan siang dengan Jiyong oppa," ucap Lisa, berpamitan pada sekretaris yang sekarang menemaninya berjalan ke ruang kerjanya. Lisa masih perlu menyimpan kontrak pentingnya, juga mengambil tas serta kunci mobilnya. 

Tiga puluh menit setelahnya, Jiyong menelepon Lisa. Pria itu ingin tahu, sudah sampai dimana kah istrinya itu. "Aku sudah ada di depan gedung, sebentar lagi masuk basement," jawab Lisa yang dengan senang hati mempercepat perjalanannya. Rasa khawatir dan tanggung jawab, membuatnya merasa begitu. Jiyong menyuruh asisten rumah tangga mereka membawa selimutnya ke binatu dan kini pria itu merasa sangat sakit– lapar dan kesepian. Sakit yang Jiyong rasakan meningkat dua kali lipat dari yang ia rasakan pagi tadi.

Sialnya, begitu panggilan Jiyong terputus, Jisoo meneleponnya. Sebuah masalah besar terjadi di agensi mereka dan itu karena Lisa. Lee Know, mengunggah sebuah postingan di akun pribadinya. Ia unggah foto seekor anjing hitam pekat yang menatap sedih pada kamera. "Maafkan aku... Kalian akan tetap baik-baik saja tanpa aku, 'kan? Bla bla bla bla, aku hanya ingin satu hal, tolong ingat aku. Bla bla bla lagi, mari bertemu di tempat yang penuh kebahagiaan tanpa kebencian. Jaga diri kalian, aku mencintai kalian. Titik," ucap Jisoo, membacakan tulisan yang Minho buat dibawah foto anjing hitam itu.

Lisa menghela nafasnya, kemudian bertanya bagaimana reaksi publik mengenai pesan itu dan seperti dugaannya, orang-orang berfikir kalau Minho teramat depresi hingga ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Para fans yang sebenarnya bisa sangat senang hanya dengan mengetahui kalau idolanya masih bernafas kini mulai menulis berbagai komentar. Komentar dan tulisan para fans tidak hanya memenuhi kolom komentar di postingan Minho itu, mereka bahkan menulis di semua akun milik agensi, meminta pihak agensi lebih memperhatikan para pekerjanya.

"Dimana Minho?" tanya Lisa kemudian. Kini gadis itu melangkah menuju rumahnya, meninggalkan mobilnya sembari bicara dengan Jisoo di telepon.

"Menghilang," jawab Jisoo. "Aku sudah menyuruh semua orang mencarinya-"

"Dia hanya mencari perhatian. Hapus postingan itu, buat cerita kalau akun pribadinya diretas," suruh Lisa namun Jisoo tidak bisa melakukannya sebab seseorang melihat dan menyebarkan gambar Minho yang tengah berjalan sendirian di jembatan, di atas Sungai Han.

"Bagaimana kalau kali ini ia bersungguh-sungguh?" tanya Jisoo. "Sebuah akun bahkan membuat cerita kalau pagi ini ia melihat Minho masuk apotek, membeli obat tidur tanpa resep dokter."

"Minho benar-benar membeli obat tidur?"

"Akan ku kirim fotonya dan kurasa itu sungguhan," jawab Jisoo, membuat Lisa harus sedikit berlari karena kini ia mulai merasa gelisah. Khawatir Minho benar-benar akan mati. "Tidak bisa kah kau ke kantor lagi? Perasaanku sangat gelisah sekarang. Ku rasa ini bukan main-main lagi, ada terlalu banyak cerita yang rasanya sungguhan," kali ini Rose yang bicara. Gadis itu merebut handphone Jisoo hanya untuk bicara dengan Lisa. "Sungguhan atau tidak, yang pasti publik marah juga khawatir. Mereka mulai berkumpul di depan agensi seolah ini kasus pembunuhan," gelisah Rose yang akhirnya membuat Lisa langsung menekan bel rumahnya beberapa kali.

Lisa menekan bel rumahnya, kemudian meninggalkan sup yang Jiyong inginkan di pintu. Ia gantung sup itu di gagang pintu, kemudian berlari mengejar lift setelah memberi tanda pada Jiyong untuk segera keluar mengambil makan siangnya.

Singkat cerita, ekspetasi Jiyong hancur bersama dengan jatuhnya sup miliknya ke lantai. Lisa meletakan sup itu di gagang pintu tanpa mengatakan apapun. Gadis itu bahkan menekan bel pintu rumah mereka dengan terburu-buru, hingga Jiyong sama sekali tidak berfikir kalau ia harus membuka pintunya dengan hati-hati. Tuas pintu yang ia tekan, menjatuhkan sup yang Lisa letakan di balik pintu.

"Dimana-"

"Oppa, makanlah sendiri. Tiba-tiba saja aku sibuk," potong Lisa yang secara sepihak mematikan panggilan itu– membuat Jiyong yang sakit jadi semakin marah.

Jiyong menggigit bibirnya, menahan kesal. Ia tidak tahu kenapa ia di perlakukan seperti ini oleh gadis yang dinikahinya. Meski hubungan mereka tidak seberapa romantis, namun meninggalkan sup di depan pintu untuk seorang yang sedang sakit dan butuh makan benar-benar keterlaluan. Jiyong bahkan tidak bisa lagi memakan sup yang tumpah di depan pintu rumahnya itu.

Seharusnya Lisa tidak perlu datang sama sekali. Seharusnya Lisa menolak membantu Jiyong. Seharusnya Jiyong tidak menunggu Lisa. Seharusnya ia tidak mengandalkan gadis itu– Jiyong benar-benar kecewa siang ini. Karena marah, Jiyong yang sebelumnya hanya mengandalkan istrinya, kini meraih kunci mobilnya. Dengan kepala yang jadi semakin pening karena emosi, pria itu menendang bungkusan sup yang jatuh di depan pintunya.

"Tuan Kwon, anda akan-"

"Agensi," potong Jiyong– dengan seluruh tubuh yang kelihatan marah– saat ia kebetulan berpapasan dengan asisten rumah tangganya di lift. Wanita paruh baya itu baru saja kembali dari binatu, mengantar selimut Jiyong yang kotor akibat muntahannya tadi.

Dengan kepala pening dan pandangan yang mulai kabur, Jiyong berencana pergi ke agensinya dengan mobil. Namun begitu ia duduk di kursi mobilnya, tubuh marah pria itu tiba-tiba saja melemah. Emosi membuat detak jantungnya memburu. Lantas membuatnya kehilangan banyak energi setelahnya. Jiyong sudah menyalakan mobilnya, ia hendak menginjak pedal gas di depan kakinya namun perlahan-lahan pandangannya justru memudar.

Sementara itu, Lisa yang baru saja tiba di agensi mendapat panggilan dari pamannya– ayah Minho. Gadis itu baru saja tiba di depan ruang kerja Rose, berencana menyapa Rose yang tengah menunggunya, namun handphonenya lebih dulu bergetar dan mengalihkan perhatiannya.

"Ya, Paman?"

"Ya! Apa yang kau lakukan pada putraku?!" bentak sang paman, mengabaikan pertanyaan Lisa, membuat Lisa langsung masuk ke dalam ruang kerjanya. "Gadis sialan! Bahkan walaupun kau membenci saudaramu sendiri, bagaimana bisa kau membunuh artismu sendiri?! Kau- dimana kau sekarang?! Cepat datang kesini agar aku bisa membunuhmu juga!" marah sang Paman, membuat Lisa justru semakin khawatir.

Setelah panggilan penuh makian itu, Jisoo mengantar Lisa juga Rose ke rumah sakit. Mereka baru saja mendapat informasi kalau Lee Minho dilarikan ke rumah sakit setelah mencoba memotong nadinya sendiri. Minho melakukan itu di rumahnya, di depan ibunya yang kini jadi pengangguran– Lisa tidak bisa terus memperkerjakan benalu di toko pakaiannya.

"Kali ini dia tidak hanya main-main," gumam Rose di tengah perjalanan mereka. Ucapan gadis itu sukses membuat Lisa semakin gelisah karenanya. "Ku pikir dia hanya ingin mencari perhatian dengan postingannya itu. Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Rose yang harus Jisoo abaikan sebab gadis itu perlu berkonsentrasi saat mengemudi dengan kecepatan tinggi.

Lisa pun mengabaikan Rose. Sepertinya ia sudah keterlaluan pagi ini. Minho datang untuk memberinya hadiah– mug pasangan yang ia buat sendiri– namun Lisa justru menyebutnya pencari perhatian. Lisa yang amat gelisah karena Minho saat ini, bahkan melupakan pria sakit yang baru saja ia tinggalkan.

***

slice of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang