40. Kehadiran Makhluk Kecil

Start from the beginning
                                    

***

"Gimana kak?" tanya Nathan yang sekarang mereka sudah berdiri di depan gerbang rumah pak Mamat yang kebetulan terbuka.

"Lo awasin aja sekitar, kalo ngelihat ada bapak-bapak berewokan langsung kasih tau gue," jawab Rifki yang mengarahkan bambu yang tak jauh dari mereka ke arah pohon mangga.

"Ck, kenapa gak minta aja dah. Kayak orang maling tau gak sih ini!" ketus Nathan yang melirik-lirik sekitar mengenali ciri-ciri orang yang Rifki sebutkan tadi.

"Kalo dia waras aja, ya mana mau gue gini."

Satu mangga terjatuh tak jauh dari mereka, saat Rifki mau mengambil. Pergerakan Rifki terhenti karena mendengar teriakan Nathan.

"Kak, ada bapak-bapak yang bawak pisau ngarah ke sini," pekik Nathan heboh.

Rifki menoleh, terlihat pak Mamat yang menuju ke mereka dengan pisau di tangannya. Tanpa aba-aba, Rifki langsung menyambar mangga yang jatuh tadi lalu mereka berlari keluar gerbang pak Mamat sekuat tenaga.

Pak Mamat mengejar mereka, untung saja siang ini kawasan di komplek perumahan Rifki sepi. Jadi ia tidak begitu malu kejar-kejaran sama pak Mamat.

Mereka bersembunyi di balik semak-semak, pak Mamat yang sudah tepat berdiri tak jauh dari semak-semak celingak celinguk, mencari keberadaan mereka. Setelahnya, pak Mamat melanjutkan lagi pencariannya. Nathan dan Rifki bernafas lega, mereka selamat dari kejaran pak Mamat.

"Gila ya tuh orang, mainannya gak main-main," ujar Nathan menginggat pisau ditangan pak Mamat tadi.

"Makanya gue gak mau izin minta tadi, bisa-bisa pulang tinggal nama," ucap Rifki.

Sekarang mereka berjalan ke rumah Rifki sebagai tujuan. "Kenapa gak dibawah ke RSJ aja sih kak?" tanya Nathan.

Rifki mengidikan bahunya tidak tau. "Gak tau," jawab Rifki.

"Kalo dibiarin gitu kan bahaya kak," ujar Nathan.

Rifki menatap datar Nathan. "Ck, kenapa lo yang sibuk sih. Ya mana gue tau, sejauh ini dia aman-aman aja, karena dijaga sama bodygourt nya," ucap Rifki datar.

Ceklek

Kini mereka masuk ke kediaman rumah Rifki. Nathan langsung saja merebahkan badannya di sofa kursi ruang tamu Rifki. Rifki melirik Nathan datar lalu mendengus.

"Uh, baru terasa capeknya," ujar Nathan disela-sela rebahannya.

Nisa muncul dari arah dapur, membawa minuman dingin untuk mereka. "Gimana Mas, dapet gak?" tanya Nisa.

"Kamu ngidam gak main-main Nis," ucap Nathan merubah posisinya menjadi duduk dan terkekeh. "pasti repot banget ya jadi kak Rifki," sambung Nathan.

"Demi anak," ucap Nisa tersipu lalu mengusap perutnya.

"Nih," Rifki menyodorkan mangga muda yang ia dapat tadi ke arah Nisa, Nisa berbinar melihat mangga tersebut.

"Tau gak Nis?" ujar Nathan.

"Ngak," yang dijawab cepat oleh Nisa.

"Ck, kan belum cerita!" kesal Nathan. "penuh perjuangan banget kami ngambil satu mangga ini," cerita Nathan.

"Oh iya?" respon Nisa tertarik dengan cerita Nathan.

Nathan mengangguk, lalu ia menceritakan semua kejadian saat mengambil mangga sampai dikejar-kejar oleh pak Mamat. Rifki hanya menatap datar saja ke arah Nathan.

"Wah, makin sayang deh sama kamu Mas." Nisa langsung mengecup pipi Rifki yang berada di sebelahnya.

"Maaf ya kalo aku banyak maunya, love you," lanjut Nisa. Rifki tersenyum, lalu merangkul pinggang Nisa. Mangga tadi sempat ia serahkan dulu ke Art nya.

Nathan yang melihat keuwuan pasangan di depannya pun jengah. "Ck, berasa dunia milik berdua. Dan itu tadi apa? Masa' terimakasihnya sama suami kamu aja sih!" protes Nathan.

Nisa terkekeh. "Ya udah, makasih ya Nathan," ucap Nisa tulus.

"Oke, aku pulang dulu ya. Aku ada kelas jam 3 nanti," pamit Nathan yang dijawab anggukan oleh Rifki dan nisa.

Setelah Nathan berlalu, Rifki langsung saja mengelus perut Nisa. "Anak deddy kalo lagi mau sesuatu jangan yang aneh-aneh dong sayang," ucap Rifki lembut.

Nisa terkekeh. "Ya, namanya juga ngidam Mas," ucap Nisa.

Rifki menghela nafas lelah. "Oke deh, demi kamu dan anak kita," ucap Rifki tersenyum tulus.

Nisa menghambur kepelukan Rifki, Rifki membalas pelukan Nisa. Semenjak hamil, Nisa seperti anak kecil yang selalu nempel bersama Rifki. Akhir-akhir ini juga, Nisa menyukai bau badan Rifki yang menurutnya sangat nyaman untuk di peluk. Ntahlah, mungkin bawaan bayi, pikirnya.

***

TBC!!!

The Gray Love✔Where stories live. Discover now