21 : Coming Home

6.8K 1.4K 137
                                    

Adakah yang nunggu?👉👈
Btw, chapter ini panjang, boleh sambil ngemil apa ajalah bebas😬

Adakah yang nunggu?👉👈Btw, chapter ini panjang, boleh sambil ngemil apa ajalah bebas😬

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

"Lho?"

Lucas tersenyum seraya menganggukkan kepalanya pelan. "Ini Lucas, Pak." Pria itu menyimpan helm di atas motornya, lalu melangkah lebih dekat ke gerbang. "Papa ada?"

"B–belum lama berangkat."

Lucas mengangguk–anggukan kepalanya, mengerti. "Saya mau masuk ke rumah," Lucas bertutur sopan pada pria paruh baya yang telah lama menjadi penjaga rumahnya. Salah satu orang yang membantu Lucas keluar dari rumah saat itu. "Kuncinya ada di sini, kan?"

Setelah mendapat kunci rumah, Lucas langsung masuk ke dalam rumahnya. Rumah yang telah lima tahun ia tinggalkan. Tak terlihat banyak berubah, masih berdiri kokoh tanpa cacat. Pintu rumahnya terbuka lebar, tanpa ragu Lucas melangkahkan kaki masuk ke dalam, menyusuri tiap ruang yang dulu menyimpan banyak kenangan.

Sepertinya hari ini hari yang sibuk bagi keluarga yang menempati rumah ini. Terbukti tak ada seorangpun yang menetap di rumah, benar–benar kosong tanpa penghuni. Kakinya menginjak  ruang tengah yang hening, terlihat terawat meski banyak ditinggalkan penghuninya. Foto–foto yang tertempel di dinding menarik atensi Lucas.  Wajah kecutnya mulai kentara terlihat, merasa tak suka karena foto tempo dulu keluarga kecilnya sudah tergantikan. Tak ada lagi wajah mending ibunya, bahkan foto dirinya pun tak terlihat di dinding yang kini dipenuhi foto ibu dan kakak tirinya itu.

Ingin sekali rasanya Lucas mengacau di sini. Menjatuhkan semua bingkai foto itu ke lantai hingga pecah tak bersisa, menghancurkan semua yang menyulut emosinya. Lucas benci rumah ini, termasuk semua orang yang singgah di dalamnya. Tak ia rasakan lagi kehangatan dari rumah yang dahulu adalah tempat favoritnya.

Untuk apa ia pulang? Lucas pikir, dengan ketidakadaannya di rumah ini, bukankah akan lebih baik? Ibu tirinya bisa leluasa, begitupun Jooheon.

Lucas masih ingat, bagaimana papanya lebih memilih anak tirinya untuk dijadikan penerus pemimpin perusahaan. Papanya tak lagi berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir mending ibunya, karena terlalu asik bersama istri baru dan anaknya. Papanya benar–benar melupakan Lucas dan mendiang sang ibu karena mempunyai seseorang yang baru.

Dan sejak saat itu, Lucas mulai berulah. Ia benci papanya, benci ibu tirinya, dan benci Jooheon. Lucas mulai mencari pelampiasan. Awalnya hanya pergi ke bar, mabuk nyaris setiap hari sampai tidak sadar. Jooheon selalu menjemputnya selepas pulang bekerja. Bagi siapapun yang berpikir jika Jooheon adalah pribadi yang baik karena dengan senang hati menjemput adiknya, kalian salah besar. Karena sebelum singgah di rumah, Jooheon memukuli Lucas sambil mengumpatinya. Lucas bahkan masih ingat, celaan yang Jooheon lontarkan padanya. Katanya Lucas terlalu merepotkan, jika tidak ingin hidup lebih baik mati saja.

Hampir setiap hari seperti itu dan hampir setiap hari Jooheon berbohong pada sang Papa, ia bilang Lucas habis berkelahi makanya wajahnya penuh lebam. Dan setiap hari pula, Lucas menelan bulan pahitnya hidup karena sang papa lebih percaya pada anak tirinya.

[4] Marriage | Wong LucasOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz