32 : Midnight Call

5.4K 1.1K 87
                                    

Salah satu cara untuk terlihat baik-baik saja adalah dengan menyibukkan diri

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.


Salah satu cara untuk terlihat baik-baik saja adalah dengan menyibukkan diri. Bekerja seperti biasanya dan bertingkah layaknya tidak terjadi apa-apa. Hal itu yang kini tengah dilakukan oleh Hara. Wanita itu terlihat sibuk hilir mudik kesana dan kemari untuk membantu siapapun dan apapun yang yang ia bisa bantu. Senyumnya terlihat tulus, tapi di dalam hati ia mati-matian menahan gelisah karena Lucas tak kunjung mengabarinya, padahal sudah berselang lebih dari 12 jam sejak pertemuan terakhir mereka.

Pemikiran-pemikiran tak berdasar terus mengisi kepalanya. Hara takut ini hanya alasan Lucas saja untuk pergi dan bebas dari kekangan, karena dari awal wanita itu tahu bahwa Lucas sama sekali tak menginginkan ini. Bagaimana mungkin dalam rentang waktu beberapa minggu pria itu bisa berubah pikiran dan akhirnya menyetujui untuk berangkat, padahal dari awal ia sangat menentang hal ini mati-matian.

Karena tidak ada kabar, Hara pikir Lucas tidak benar-benar pergi untuk pengobatannya. Pria itu mungkin memilih hidup bebas dan bersenang-senang di luaran sana, karena sekarang tidak ada yang akan bisa melarangnya. Lihat? Belum genap 24 jam ditinggal, Hara sudah banyak berpikiran buruk tentang Lucas. Bagaimana jika satu minggu lamanya? Satu bulan? Satu tahun? Atau bertahun-tahun? Hara pikir ia tak akan bisa.

Nada dering yang terdengar nyaring dari ponselnya membuat Hara bersemangat. Namun, begitu mendapati nama lain di layar ponselnya, semangat Hara meluruh tanpa sisa. Wanita itu dengan ogah-ogahan menggeser tombol berwarna hijau ke arah kanan, mengangkat panggilan dari rekan kerjanya-Brian.

"Apa?"

"Lo di mana?"

"Di kantin."

"Enak banget! Ini acara belum beres, lho!"

"Iya, bentar doang. Cuma beli roti, habis itu balik ke studio," ucap Hara, "emang kenapa sih? Di sana kan banyak orang, heran kalau mau nyuruh ini itu ke aku terus!"

Helaan nafas terdengar dari seberang telepon. "Bukan gitu," katanya, "lo kan yang pegang rundown, jadi gue telepon lo. Gladi bersih udah beres, produser juga udah dateng."

"Tadi aku titipin ke Kun, kalau nggak di Kun coba ke Fay," ucap Hara, "plan dua bukan aku yang pegang, tanyain ke anak baru."

"Oke, lo cepet balik."

"Iya!"

Hara menjauhkan ponselnya dari telinga, lalu menghela nafas gusar. Baru lima menit wanita itu mendudukkan diri di kursi kantin, kini ia harus segera beranjak dan kembali lagi ke dalam studio. Kakinya melangkah dengan cepat, kembali menyambangi kedai makanan tempat ia memesan.

"Mas, makanannya dibungkus aja."

🌜🌜🌜

Hara baru bisa membaringkan diri di atas kasur pukul satu malam, setelah pekerjaannya hari ini telah tuntas tanpa kecuali. Notifikasi yang masuk ke ponselnya hari ini memang cukup banyak, tetapi tak ada satupun dari Lucas. Hari ini pria itu belum mengabarinya dan tak bisa dihubungi karena ponselnya dalam mode non-aktif. Gue telepon setiap enam jam! Hara bahkan masih ingat ucapan Lucas saat itu, tetapi melihat situasi saat ini; enam jam apanya?

[4] Marriage | Wong LucasDär berättelser lever. Upptäck nu