20 : All the Man Can Cry

7.7K 1.5K 181
                                    

Jangan lupa beri jejak, teman–teman.
Chapter ini cukup panjang, boleh dibawa dulu cemilan daging sapinya buat menemani kalian baca. Hehe!

Happy reading!<3

"Cas, ponselnya bunyi terus tuh!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cas, ponselnya bunyi terus tuh!"

"Biarin aja."

"Siapa tau penting, liat dulu."

"Ya udah, ambilin."

Hara menghela nafas frustasi, tapi tetap menuruti kata Lucas untuk mengambilkan ponselnya yang berada di depan meja. Sejak Lucas bermigrasi ke rumahnya, Lucas benar–benar menyingkirkan posisi Hara yang awalnya adalah penguasa di sini. Sofa kesayangannya bahkan kini jadi tempat favorit Lucas. Entah pagi, siang, bahkan malam, Lucas selalu menyempatkan diri untuk sekedar berbaring di sofa itu sambil bermain bersama Gucci. Kakinya sengaja diluruskan agar tak ada seorangpun yang ikut menempati sofa itu bersamanya. Lucas memang kurang ajar!

"Makasih, babu."

"Heh?"

"Bercanda," Lucas tertawa seraya merubah posisi duduknya, "makasih cinta, maksud gue gitu."

"Cinta, cinta!" Hara mendumel, lalu kembali memfokuskan diri ke layar laptopnya. Tapi tak berselang lama, wanita itu kembali menolehkan kepala untuk menatap Lucas. "Kok nggak diangkat?"

Lucas mengedikkan bahu, terlihat acuh. "Bokap, nanti aja gue angkatnya," ucap pria itu, kemudian kembali berbaring di atas sofa.

"Nelepon lagi tuh!" Hara kembali menyodorkan ponsel ke depan Lucas. "Angkat, siapa tau penting."

Tak ada tanggapan dari Lucas. Pria itu kembali ke posisi duduk, lalu memandangi layar ponselnya tanpa ada niat untuk menjawab panggilan itu. Dering bunyi dari ponselnya terdengar berhenti, tapi tak lama kembali berbunyi tanda ada satu panggilan masuk lagi. Masih dari orang yang sama dan Lucas masih menatap layar ponselnya itu tanpa ada aksi. Sampai tiga kali berulang dan tak ada panggilan masuk lagi. Si penelepon menyerah karena Lucas selalu mengabaikan panggilan itu.

Terlepas dari panggilan yang masuk, ponsel Lucas kini kembali berdering. Kali ini ada satu pesan masuk, masih dari orang yang sama. Dengan hati–hati, Lucas membuka dinding percakapan antara dirinya dan sang ayah. Banyak pesan masuk dari ayahnya yang sejak lima tahun berlalu tak pernah ia gubris. Dan ini, yang pertama sejak lima bulan yang lalu.

Lucas mendengus, lalu mengacak rambutnya. Terlihat amat frustasi. "Anjing!" Ia menggerutu begitu selesai membaca pesan.

"Kenapa?"

"Apartemen gue mau dijual bokap kalau gue nggak pulang," ucap Lucas, "uang gue semua ada di kartu, kalau sampai di blokir fix gue jadi gembel. Masa harus jual motor, baru juga beli kemarin!"

"Ya udah, pulang."

Pandangan Lucas langsung menajam, bersamaan dengan decakan keras yang keluar dari mulutnya. "Gila aja lo."

[4] Marriage | Wong LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang