07 : Moved In

7.8K 1.6K 240
                                    

70 comments,
for next, please?

Suasana canggung tatkala suara mengerikan itu datang membuat keduanya duduk berjauhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana canggung tatkala suara mengerikan itu datang membuat keduanya duduk berjauhan. Lucas di ranjang, sementara Hara di sofa ujung ruangan. Sama–sama hening, membuat hanya ada suara samar itu yang memenuhi ruangan kamar. Lucas yang sedari tadi memandangi ponsel berinisiatif untuk memperbaiki keadaan mereka. Mengambil remote televisi, kemudian menyetel benda persegi panjang itu dengan volume cukup keras.

"Ih, apa sih?!" Protes Hara, "berisik, Lucas!"

"Jadi lo lebih suka denger suara dari kamar sebelah?" tanya pria itu, "gue gini biar nutup suara nggak enak itu, biar lo nggak risih."

Hara sedikit tertegun mendengar jawaban Lucas. Wanita itu meletakkan ponselnya, kemudian berjalan dan duduk di sebelah Lucas. Merebut remote di tangan Lucas, Hara mengecilkan volume sampai beberapa tingkat.

"Gini kan lebih enak," ucap Hara seraya menolehkan wajah dan mendapati Lucas yang tengah memperhatikannya dengan terang–terangan, "apa?"

Pria itu menatap Hara dengan tatapan lembut. Terlihat sorot penyesalan di netranya, seolah menyiratkan dia benar–benar bersalah atas semua yang menimpa mereka dan membuat wanita itu terkurung di sini bersamanya. Dari awal seharusnya Lucas tau, satu–satunya tempat yang paling tidak aman adalah di sisinya. Lucas terlalu banyak berurusan dengan pria–pria jahat di luar sana, membuat hidupnya berada di bawah ketakutan dan kegelisahan.

Lucas ingin seperti orang lain, yang setiap pergi ke luar rumah merasakan bebas, bersenang–senang. Tapi lain lagi dengan pria itu yang harus menutup rapat wajahnya agar tidak dikenali, mempercepat semua aktivitasnya di luar, dan sebisa mungkin tidak berkeliaran. Karena Lucas tau, setiap hari dia diawasi. Dan membeli keseluruhan lantai 20 adalah bentuk pertahanannya. Lucas tak ingin mereka dengan mudah meraihnya. Lucas terus melangkah menjauh dari kehidupannya yang normal. Dia sudah terlalu jauh.

"Lucas?"

Suara itu membuat Lucas sadar dari lamunannya. "Hm?"

"Kenapa?"

Lucas menggelengkan kepalanya, lantas menggerakan lengannya untuk menyentuh dahi Hara. "Badan lo anget," ucap Lucas, "masih pusing nggak?"

Hara meraih lengan Lucas yang menyentuh dahinya, kemudian mengarahkan ke dada bidang Lucas. "Khawatirin diri kamu sendiri," ucap wanita itu, "badan kamu yang kemarin masih di perban, nggak apa dibawa lari–lari? Dan tangan kamu juga, tangan kanan kamu kemarin pake gips. Kok udah dilepas?"

Lucas terdiam lagi. Terlalu lama membatasi diri dengan orang–orang membuatnya lupa rasanya diperhatikan seperti ini. Tak ingin terlihat semakin menyedihkan, pria itu beranjak dari ranjang menuju sebuah pintu yang terletak di ujung ruangan. Itu pintu menuju balkon kecil di depan kamar mereka. Pria itu duduk di depan pintu sembari merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan satu batang rokok.

[4] Marriage | Wong LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang