40 : Now That's for Sure

6.1K 1.1K 120
                                    

Holaaa, aku update karena
ayangiee lagi ultah yeaay!♡

"Halo tante, saya Lucas, waktu itu pernah dateng juga ke sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo tante, saya Lucas, waktu itu pernah dateng juga ke sini. Jadi saya ke sini m-mau... em... a-apa ya-"

Brak!

"SIALAN! Ketuk dulu dong kalau mau masuk!" Lucas mendumel kesal karena pintu dibuka begitu keras dan membuatnya terkejut. "Main banting-banting pintu, dipikir rumah sendiri apa?"

"Apa sih? Kok sensi?" tukas Hara. Wanita itu berjalan mendekat dan berdiri di sebelah Lucas. "Lagian ini ngapain coba? Berdiri di depan kaca, narsis banget jadi orang!"

Lucas mendengus seraya menjawil hidung Hara, merasa gemas bercampur kesal. "Bukan narsis!" pekiknya, "ini juga mau nyamperin lo ke depan. Ngaca bentar, dibilang narsis."

Hara mengedikkan bahu, lalu menarik lengan Lucas pergi ke luar kamar. Semua orang telah pergi sejak dua jam yang lalu. Kini hanya tertinggal Lucas dan Hara saja di villa. Masalahnya, ya tentu ada pada Lucas. Pria itu mengeluh masih mengantuk meski telah tertidur selama berjam-jam, selain itu Lucas juga mengeluhkan sakit pada lehernya karena salah tidur sehingga memerlukan waktu untuk memulihkan lehernya yang sakit itu. Dan pada akhirnya, Lucas beserta seribu alasannya membuat Hara harus menunggu selama dua jam lamanya.

"Lehernya masih sakit nggak?"

"Em, sedikit," jawab Lucas, "gara-gara lo nih, kan semalem gue minta ganti posisi."

"Lho? Kok nyalahin?"

"Dih, pura-pura nggak berdosa lagi! Gue semalem kan udah bangunin lo, minta ganti posisi tidur. Gue yang di sebelah kanan, lo di kiri. Tapi lo nya nggak mau. Mana bantalnya tinggi banget lagi! Gimana nggak sakit leher gue?"

"Ish, ribet banget! Ia tinggal balik badan aja Cas, nggak usah pake pindah posisi."

"Kalau gitu gue munggungin lo dong? Nggak bisa peluk~"

Alih-alih gemas, Hara malah berjengit ngeri karena melihat tingkah Lucas yang seperti itu. Wanita itu menyegerakan langkah kakinya, pergi lebih cepat meninggalkan Lucas yang kini terlihat merajuk. Hara menyimpan kartu akses masuk villa dengan baik di dalam tasnya, sesaat sebelum ia melingkarkan lengannya pada lengan Lucas.

"Sekarang mau kemana?" tanya Hara, sedikit mendongak untuk menatap wajah Lucas.

"Kemana ya? Yang lain pada kemana?"

"Ya nggak tau!" timpal Hara, "salah siapa bangun siang? Kan ditinggalin."

Lucas mendengus, lalu mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. "Gue telepon Johnny dulu." Pria itu langsung mencari nama Johnny di kontak ponselnya dan menelepon pria itu. Namun, sayang sekali, meski terdengar nada panggilan terhubung, panggilannya tak dijawab oleh pria itu. "Nggak diangkat," ucap Lucas, "telepon Jaehyun, deh!"

Sama halnya dengan Johnny, Jaehyun pun rupanya tak mengangkat panggilan Lucas. Sekali lagi, Lucas berdecak kesal karena panggilannya tak diangkat. "Nggak diangkat juga!" kesalnya. Namun, tak selesai sampai di situ karena kini Taeyong jadi sasaran terakhirnya. Lucas mencari nama Taeyong dengan cepat, lalu menelepon pria itu. "Sial! Ini semua orang bersekutu untuk nggak angkat telepon dari gue apa gimana sih?"

"Coba lo telepon Bitna, Jian, atau Keyla," ucap Lucas lagi.

Menuruti perkataan Lucas, Hara mengambil ponselnya dan menelepon ketiganya satu per satu, dimulai dari Bitna, Jian, sampai Keyla. Namun, sama halnya dengan Lucas, tak ada satupun dari mereka yang mengangkat panggilan Hara. Wanita itu memberengut, turut merasa kesal. "Nggak ada yang angkat, Cas."

Lucas mendengus. Pandangannya lalu tak sengaja menilik pada jari manis Hara. Pita berharga pemberiannya yang semalam ia ikat dengan cantik masih tersemat di jari lentik wanita itu. Lucas terkekeh pelan, melihat kekonyolannya yang memprihatinkan. Seketika, ia mendapat sebuah ide perihal kemana mereka harus pergi saat ini.

"Gue ada ide!" pekik Lucas, "ayo beli cincin nikah sekarang!"

🌛🌛🌛

Hara menggigit bibir bawahnya begitu menerima bungkusan berisi satu pasang cincin yang telah keduanya pilih beberapa saat lalu. Entahlah, rasanya ada yang mengganjal hatinya. Wanita itu segera menghampiri Lucas yang telah menunggunya setelah membayar di kasir.

"Udah?" tanya Lucas, dibalas anggukan kecil oleh Hara. Pria itu kembali menautkan lengannya di pinggang Hara, tak membiarkan wanita itu jauh-jauh darinya. "Cincin udah. Mau sekalian foto pre-wedding di sini?"

"Sembarangan!" Hara menyikut perut Lucas, membuat pria itu sedikit kehilangan keseimbangannya. "Kan belum izin mama. Kalau mama nggak kasih izin nikah gimana?"

Lucas terkekeh pelan. "Masa mama nggak mau punya menantu kayak gue?"

Hara ikut terkekeh. Benar-benar, pikirnya. Rasa percaya diri Lucas yang selalu berlebih ternyata belum hilang dari diri pria itu. "Ya... kayaknya mama mikir dua kali sih, soalnya yang ngajak nikah udah ninggalin anaknya tiga tahun. Takutnya setelah nikah nanti anaknya ditinggal lagi."

Lucas refleks menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh dengan raut wajah melongo bercampur panik. "Mama tau?!"

"Ya tau lah! Mama nanyain kamu, ya aku jawab aja kamu pergi ke Hongkong. Awalnya biasa aja, tapi lama-lama mama protes, katanya kenapa kamu perginya lama banget, mana nggak bisa dihubungi lagi!" Hara mendengus pelan, mengingat betapa frustasinya ia saat itu. "Terus mama sampe mau nikahin aku sama orang lain. Orangnya ganteng, udah mapan, baik, nggak petakilan, orangnya sopan, bicaranya lembut-"

"Dipuji aja teruusss!" Lucas menyela dengan wajah kesal. "Itu lo nyindir gue maksudnya?"

"Bukaaaan!" Hara terkekeh pelan karena Lucas merasa tersinggung atas fakta yang ia ucapkan tentang seseorang yang nyaris dinikahkan dengannya tahun lalu. "Emang gitu faktanya. Aku udah pernah ketemu sekali dan emang bener. Namanya Taeil. Kata mama Taeil itu menantu idaman, tapi waktu itu nggak aku terima lamarannya."

"Kenapa?"

"Kenapa, kenapa! Ya nunggu ini orang nih!" Hara memeluk tubuh Lucas erat, tak membiarkan pria ini pergi lagi apapun itu alasannya. "Udah ada yang pasti, malah nunggu yang nggak pasti. Mama aja sampe heran."

Lucas mendengus pelan, memamerkan cengiran kecilnya atas rasa lega yang ia rasakan saat ini. "Sekarang kan udah pasti, gue udah pulang, gue di sini. Nanti gue berusaha gantiin posisi Taeil Taeil itu jadi menantu idaman mama lo, Ra. Tunggu aja tanggal mainnya!"

"Let me see!"

🌛🌛🌛

Tunggu tanggal mainnya, ceunah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tunggu tanggal mainnya, ceunah.

See you!♡

[4] Marriage | Wong LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang