02 : Not a Hero

13.3K 2.1K 238
                                    

Komentar tembus 40+,
aku update lagi besok^^

𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒗𝒐𝒕𝒆 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓!♡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒗𝒐𝒕𝒆 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓!♡
.
.
.

Lucas mengikuti langkah Hara. Pria itu nyaris mengumpat-karena rumah Hara tak sedekat yang dia pikir-tapi tertahan karena wanita itu tiba-tiba berbalik. Lucas takut kalau dirinya emosi, Hara pun ikut emosi dan tubuhnya jadi sasaran lagi. Sudah cukup punggungnya yang nyeri dan lengannya yang keseleo.

"Rumah lo yang mana?" Tanya Lucas.

Hara meringis kecil. Wanita itu melirik Lucas dengan sorot mata yang ragu. "Kamu... tunggu di sini dulu. Aku ada tamu."

Hara bergegas. Sementara Lucas tetap terdiam sementara arah pandangnya mengikuti ke mana Hara berjalan. Sebuah rumah yang tidak terlalu besar berdiri di ujung jalan sana. Lucas melihat Hara berjalan menghampiri beberapa pria berbaju serba hitam-sama sepertinya, terlihat seperti... renternir? Entahlah, Lucas sendiri pun tak tahu. Hara terlihat tak banyak bicara, bahkan saat salah seorang dari pria-pria itu menyentuh wajahnya. Hara tetap diam.

Lucas tentu bingung sekaligus tak habis pikir. Bagaimana mungkin Lucas yang hanya berjalan dibelakangnya sampai dibanting dan dipukuli sementara pria yang menyentuhnya malah dibiarkan.

Lucas sedikit terhenyak begitu melihat sentuhan di wajah Hara berubah menjadi cengkeraman. Pria yang berdiri paling depan mencengkeram wajah Hara dan sedikit mengangkatnya, membuat Hara sedikit mendongak ke atas.

Gue susulin jangan ya? Batin Lucas. Pria itu terlihat frustasi. Kalau dia ke sana, Lucas terkesan terlalu ikut campur dan dia sendiri takut bila tubuhnya dipukuli lagi. Kalau satu orang sih Lucas masih punya keberanian, sayangnya yang berhadapan dengan Hara itu ada empat orang, Lucas bisa mati gara-gara dikeroyok masal. Tapi jika Lucas hanya diam di sini, apa masih layak dirinya disebut pria? Pria macam apa yang membiarkan seorang wanita dalam masalah sementara dirinya malah bersembunyi di sini?

"Ah, sialan!" Lucas menggerutu, lebih tepatnya bermonolog sembari menggerutu. "Mati mati lah sekalian, Cas."

Lucas akhirnya memutuskan untuk maju. Pria itu memasang wajah garang, agar terlihat lebih berkarisma-begitu. Lucas langsung menepis lengan pria yang mencengkeram wajah Hara, lalu menarik Hara bersembunyi di belakangnya. "Ada urusan apa sama temen gue?" Tanya Lucas. Suaranya yang berat itu membuat pria-pria di hadapannya sedikit mundur.

"Lo mau nyeret orang lagi, Hara?" Tanya salah seorang pria di hadapannya. "Belum cukup apa adek lo yang cuma satu-satunya itu jadi korban? Lo mau nambah korban lagi?"

Hara menggeleng pelan. Wanita itu kembali maju, tapi lengannya dicekal Lucas. Tapi bukan Hara namanya kalau tidak melawan. Wanita itu menepis lengan Lucas dan kini maju mendekat ke empat pria yang masih saja mengancamnya. "Nggak, jangan," ucap wanita itu. "Dia nggak ada hubungannya. A-aku minta waktu lagi. Aku janji aku bayar lunas semuanya, Bang Yuta."

Yuta, pria gondrong yang berdiri paling depan itu menghela nafas. "Seminggu. Gue nggak kasih toleran lagi setelah satu minggu."

Hara mengangguk. "O-oke, Bang. Aku janji."

"Awas aja kalo kabur! Bos bakal bikin lo senasib sama adek lo!" Ancamnya. "Yo, cabut!"

Sepeninggal empat pria tadi, Lucas menatap Hara dengan tatapan iba. Pria itu mendekat, berusaha menghibur Hara yang masih saja menunduk dan tak bicara. "Lo nggak apa-apa?" Tanya Lucas.

Tak ada balasan dari Hara. Wanita itu masih saja menunduk dan masih saja tak mengeluarkan suara.

"Har-Bugh!-ANJIIINGG!!!"

Satu pukulan telak menusuk perut Lucas. Pukulan sekuat tenaga yang terayun dari lengan Hara yang kini terlihat emosi. Tangannya terkepal kuat, matanya yang sedikit berkaca-kaca itu menatap Lucas dengan tajam. "UDAH AKU BILANG TUNGGU AJA DI SANA!" Pekik Hara emosi.

Lucas yang setengah tersungkur itu kembali bangkit. Tak kalah tajam mata pria itu menatap Hara, pelaku yang membuat perutnya terasa sakit bukan main. "Lo udah dibantuin bukannya makasih makasih-"

"Aku nggak minta bantuan!" Potong Hara cepat. "Nggak usah ikut campur! Nggak usah sok mau jadi pahlawan! Kamu nggak tau apa-apa!"

Hara menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kembali ucapannya."-dan kita bukan temen."

Wanita itu memutar badan meninggalkan Lucas dan masuk ke dalam rumahnya. Sementara Lucas, wajahnya sudah memerah menahan amarah. Urat di lehernya tercetak sempurna, Lucas benar-benar emosi.

"Tahan, Cas, tahan," pria itu kembali bermonolog sambil mengatur deru nafasnya. "Nanti di rumah lo seneng-seneng."

🌛🌛🌛

Four hours later,
in other side.

Drrrttt... drrrttt...

Lucas is calling...

Drrrttt... Drrrttt...

"Siapa sih malem-malem?" Pria itu menyingkap selimut yang ia pakai kemudian mengambil ponselnya. Melihat nama Lucas di layar ponselnya, pria itu menggulir layarnya ke sebelah kanan untuk mengangkat telepon. "Kenapa, Cas?"

"Apakah benar saya bicara dengan saudara Seo Johnny?"

Johnny, pria itu mengerutkan dahi. Suaranya tidak terdengar seperti suara Lucas, melainkan suara seorang wanita.

"Ya, saya sendiri."

"Saudara Lucas berada di Rumah Sakit Doldam dan meminta saya menelepon saudara Johnny sebagai walinya. Bisakah saudara datang? Kami butuh beberapa informasi mengenai pasien."

"O-oke. Saya ke sana."

🌛🌛🌛

Hayolo Lucas kenapa?

[4] Marriage | Wong LucasWhere stories live. Discover now