13 : Someone Special

7.4K 1.5K 178
                                    

Happy Reading!♡
Jangan lupa tinggalkan jejak, yeorobun!

Happy Reading!♡Jangan lupa tinggalkan jejak, yeorobun!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ra, udah kenyang—"

"Habisin, Lucas."

Lucas menghela nafas, lalu menghabiskan kaleng ketujuh minuman air kelapa yang mereka beli minimarket di dekat apartemen Lucas. Selesai dengan kaleng ketujuhnya, Lucas disuguhkan kembali kaleng kedelapan oleh Hara. Pria itu menghela nafas, sudah tak kuat untuk minum satu dan beberapa yang masih tersisa di kresek belanja yang Hara bawa.

"Ra, perut gue kembung sama air. Udah lah!" Protes Lucas, yang segera dihadiahi tatapan tajam oleh Hara. Wanita itu menyilangkan tangan di depan dadanya, seraya membalas ucapan Lucas. "Ya salah sendiri! Dua bungkus rokok, berarti 32 batang? Eugh," Hara berancang untuk memukul Lucas, tapi tidak jadi. "Udah bosen hidup apa gimana sih?"

"Iya tapi nggak harus gini. Nggak perlu pake acara minum air kelapa sampe sebanyak ini. Lo beli berapa kaleng sih? Astaga—15 kaleng? Yang ada gue mati gara-gara kembung! Udah lah, pulang aja gue." Pria itu beranjak dari tempat duduknya, berjalan lebih dulu meninggalkan Hara yang kini terlihat tengah membersihkan sampah bekas Lucas dan menyusul pria itu.

"Air kelapa itu bagus buat pembersihan paru-paru," Hara tak lelah membujuk Lucas untuk meminum sisa air kelapanya, "lagian masih mending mati gara-gara kembung daripada gara-gara rokok."

"Nggak ada yang namanya mending-mending kalo urusannya sama mati," balas Lucas, terdengar serius.

Hara medengus, mempercepat jalannya mengejar Lucas. "Iya, iya, maaf. Minum lagi ya?" Wanita itu kembali menyodorkan satu kaleng ke depan wajah Lucas, tapi lagi-lagi diacuhkan. Oh, ayolah, perut Lucas sepertinya sudah tak sanggup menerima apapun itu.

Hara akhirnya menyerah. Tak banyak bicara lagi dan berjalan membuntuti Lucas. Tapi kemudian, Hara menautkan jari-jarinya ke jari-jari pria itu. Tak lama, karena niatnya bukan untuk menggenggam tangan Lucas, tapi hanya untuk menyelipkan kresek yang berisi sisa minuman air kelapa yang sudah ia beli. "Ya udah, buat besok. Habisin ya, aku belinya pake uang soalnya."

Raut Lucas terlihat kesal di awal, tapi kini tertawa. Pria itu mengangguk-anggukan kepalanya, berusaha menyanggupi pinta Hara. Dan setelah berjalan selama beberapa menit, sampailah mereka di depan apartemen Lucas. "Gue nggak bisa anter. Nggak apa-apa?"

Hara mengangguk, merasa tidak masalah. "Nggak apa-apa, bisa sendiri." Wanita itu kemudian menepuk lengan Lucas, "baik-baik ya," ucapnya sebagai penutup, sebelum melangkah pergi.

"Hara."

"Hm?" Hara menoleh, mendapati Lucas yang sama-sama menatapnya. Keheningan kemudian menyeruak diantara dua insan yang saling menyuarakan kata dalam pandangan. Hara menarik kedua ujung bibirnya, membentuk senyuman hangat. Seolah mereka saling berbicara lewat netra dan saling mengerti arti dari sorot mata itu. Hara sudah paham, sebentar lagi pasti Lucas akan berterima kasih padanya.

[4] Marriage | Wong LucasWhere stories live. Discover now