Rakan Kok Aneh?

39.8K 4.2K 103
                                    

Selamat Hari Rabu dan selamat membaca :*

***

Beberapa hari berlalu, pertemuan dua keluarga sudah dilakukan. Mas kawin yang sebelumnya berupa hutang juga sudah diserahkan. Dengan beberapa saksi terdekat -termasuk Anya dan Farras yang diyakini bisa menjaga rahasia, mereka melakukan akad ulang untuk memastikan pernikahan itu benar-benar sah.

Kalau belum siap meresmikan secara hukum, kita nggak memaksa. Kalian jalani aja dulu.

Ucapan Farid hari itu mendapat persetujuan dari semua yang hadir. Kedua pihak keluarga merasa mereka perlu waktu untuk meyakinkan diri mengenai pernikahan. Karena bagaimana pun, mereka cukup tahu bahwa pernikahan ini tidak didasari cinta, melainkan keinginan untuk berusaha menerima keadaan.

Rakan keluar kamar dengan jeans dan kaus, serta tas kecil tersampir di bahu kanannya seperti biasa. Aktivitas kampusnya sudah berjalan normal sejak dua hari yang lalu. Ia melihat pintu kamar Nara terbuka, gadis itu pasti sudah siap lebih dulu darinya.

Bicara soal kamar, mereka sepakat untuk tidur terpisah. Nara mengambil satu kamar di lantai dua, berseberangan dengan kamar Rakan. Mereka pikir seperti itu lebih baik daripada memaksa tidur dalam satu kamar, prosesnya tidak secepat itu. Lagipula di rumah Rakan ada 4 kamar kosong yang tersisa, jadi tidak perlu repot-repot mengatur ulang tatanan, hanya perlu memindahkan barang-barang Nara ke satu kamar yang dipilihnya.

Kepindahan Nara ke rumah Rakan setelah akad belum merubah kedekatan mereka. Nara masih terlihat takut dan canggung untuk memulai interaksi. Bahkan di beberapa momen, ia tampak menghindari Rakan. Sementara lelaki itu setia dengan sifat cueknya, membiarkan semua berjalan sesuai alur. Ia memahami perasaan perempuan yang sensitif, teruma dengan perubahan situasi sebesar ini. Yang terpenting ia sudah berusaha membangun obrolan singkat setiap keduanya bertemu.

Rakan melangkah menghampiri Nara yang sibuk berkutat dengan peralatan dapur. Sejak tinggal di sana, Nara selalu membuatkan sarapan untuk mereka berdua. Kasihan lihat mukanya Rakan, tampang orang nggak pernah sarapan, begitu katanya. Dengan bahan makanan seadanya ia membuat nasi goreng di Senin pagi terlihat begitu menggiurkan bagi Rakan.

"Makasih." Ucap Rakan saat Nara menyodorkan sepiring nasi goreng tanpa cabai di hadapannya.

Mereka memakan makanan masing-masing dalam diam. Rakan terus memperhatikan Nara yang duduk di hadapannya. Gadis itu makan tanpa malu-malu, ia malah terlihat menyendokkan terlalu banyak nasi beberapa kali. Bukannya ilfeel, Rakan justru dibuat tersenyum.

Anggap aja rumah sendiri. Omongannya waku itu benar-benar diterapkan Nara rupanya.

Gadis itu mengunyah terus menerus, bahkan tanpa minum sedikitpun. Padahal menurut Rakan manusia normal akan tersedak jika makan dengan cara selahap itu. Tanpa sadar, lelaki itu tersenyum lagi melihat tingkah Nara yang mendadak terasa menggemaskan.

"Kenapa senyum-senyum?"

Rakan terkesiap saat Nara tiba-tiba menanyainya.

Sialan, ketahuan!

Rakan kemudian menggeleng singkat. Untungnya, Nara tidak terlalu mau membahas hal itu.

Mereka melanjutkan sarapan tanpa ada obrolan lagi. Setelah makanan mereka habis, Nara membawa piring ke dapur untuk dicuci. Tidak ada pembantu rumah tangga di sana, jadi selain kuliah, Nara juga harus melakukan banyak pekerjaan rumah setiap harinya.

3600 Seconds from MerapiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang