Orang Baru

34.5K 3.9K 170
                                    

Monmaap malem banget mwehehe

Happy reading:)

***

Nara memperhatikan Rakan yang uring-uringan menyirami tanaman di halaman rumah. Sinar matahari masih menyengat di penghujung siang, membuat lelaki itu sesekali mengernyit menahan silau.

Sambil menikmati sprite dingin di genggamannya, Nara terkekeh singkat ketika Rakan kesulitan mengatur selang yang membelit di sela pot tanaman. Kalau tidak diceramahi habis-habisan oleh mama, Rakan paling anti menyiram tanaman. Terlalu merepotkan menurutnya, mulai dari membersihkan daun-daun kering terlebih dahulu, membuka gulungan selang, mengarahkan air ke tanaman yang jumlahnya tak sedikit, hingga membersihkan kotoran yang membekas, belum lagi jika pakaiannya terkena cipratan air. Ia lebih memilih pekerjaan rumah lain yang lebih mudah dikerjakan seperti mengepel atau mencuci piring. Tapi mau bagaimana lagi? Sejak mama datang ke rumahnya, wanita itu sudah mengeluarkan ultimatum bahwa pekerjaan ringan biar dilakukan Nara, sedangkan lelaki harus mau menyelesaikan pekerjaan yang lebih banyak mengeluarkan tenaga.

"Ngapain senyum-senyum?"

Nara terkejut ketika tiba-tiba Rakan berdiri di depannya. Lelaki itu tidak lagi bergelut dengan selang air. Pakaiannya sedikit basah membuat Nara bisa melihat bentuk perut dibaliknya.

"Kalau udah buruan ganti. Baju lo basah." Ujar Nara sedikit gugup.

Rakan tidak menjawab, lelaki itu merebut kaleng sprite dari tangan Nara. Meneguk sisanya dengan rakus. Jakunnya naik turun membuat Nara cepat-cepat mengalihkan perhatian.

"Mupeng, ya?" Goda Rakan sambil menaik turunkan alisnya. Terasa begitu menyebalkan bagi Nara.

"Apaan dah? Cepetan masuk, ganti baju, lo bikin lantai basah aja." Cerca Nara tak ingin gugupnya diketahui oleh Rakan.

"Iya, iya." Lelaki itu melenggang masuk ke dalam rumah.

Tidak lama Nara ikut masuk untuk merebahkan diri di sofa ternyaman yang pernah ia rasakan. Sejak menghuni rumah Rakan, gadis itu sudah mengklaim sofa ruang tengah sebagai sofa ternyamannya. Ia bisa bertahan di sana selama yang ia mau, toh Rakan juga tidak akan mengusiknya.

Di tengah-tengah menikmati ketenangan, Nara merasakan cipratan air menyentuh mukanya. Ia mendongak mendapati Rakan tengah menyugar rambutnya yang masih basah. Lelaki itu tidak mengenakan kaus, sementara pinggangnya masih dililit handuk putih.

Astaghfirullah. Sadar Ra!

Nara tidak berhenti menyebut ketika Rakan tak kunjung beralih dari tempatnya. Ia pikir laki-laki itu sengaja hendak memamerkan bentuk tubuhnya sepanjang hari ini.

"Mandi sana." Kata Rakan menatap Nara yang masih nyaman merebahkan diri.

"Kok lo cepet amat?"

"Iya lah. Cowo cakep nggak perlu lama-lama mandinya."

Nara memutar bola mata jengah, kadar percaya diri Rakan yang berlebihan membuatnya kesal.

"Cepetan mandi, Ra. Gue mau keluar." Ucap Rakan, lelaki itu bergerak meraih ponselnya yang tergeletak di meja.

"Ke mana?" Nara menegakkan punggungnya, ini weekend dan Rakan tidak harus menghabiskan waktu di ruko.

"Ketemu temen SMA." Jawab Rakan sembari fokus mengetik pada ponselnya.

"Ooh."

"Gue janji setengah 7, lo jangan lama-lama." Ujar Rakan membuat Nara mengernyit kebingungan.

3600 Seconds from MerapiWhere stories live. Discover now