Bye-bye Mantan

16K 1.2K 80
                                    

Hai hai!! Thank you buat semua doa yang temen-temen tulis di komentar, aku aamiinkan semoga terkabul. Doa baik kembali ke temen-temen semua 👐

❤❤❤

Malam mencapai puncak. Perbincangan di balai penginapan berangsur buyar. Dengan langkah beriringan, Rakan dan Nara menuju kamar mereka di lantai dua Floria Resort. Sejenak sebelum sampai di pelataran, mereka menoleh bersamaan ketika suara pria memanggil Rakan dari ujung seberang. Galen rupanya.

"Gue bawa jaket, mungkin Nara bisa pakai soalnya dingin banget di sini." Sembari menyodorkan denim miliknya pada Nara.

Dengan senyum yang sedikit tidak bersahabat, Rakan menepis pemberian Galen. "Nggak perlu bro, gue juga bawa."

Galen mengangguk dengan gerak yang tak bisa mereka artikan. Rakan dan Nara masih termangu menunggu Galen yang tak kunjung beranjak dari posisinya. Bukannya urusannya sudah selesai ketika Rakan dengan jelas menolak pemberian itu?

"Lo nggak langsung ke kamar lo aja? Atau masih mau ngapain?" Tanya Rakan memastikan.

Galen tampak menimbang-nimbang. Matanya melirik sekitar, rupanya mereka sudah sampai di ujung lorong, hanya satu kamar tersisa di depannya.

"Kalian tidur di kamar yang sama?"

Rakan dan Nara terdiam. Tapi tak butuh waktu lama bagi Nara untuk menanggapi, "iya".

Satu kata seolah mampu membuat Galen mematung.

"Ra?" hanya itu yang keluar dari bibirnya.

"Aku udah bilang tadi siang, kami udah menikah." Tambahnya.

Galen tersenyum kaku, mencoba memahami situasi yang ada di hadapannya. Mau tak percaya, tapi tidak tampak gurau sedikitpun pada Rakan dan Nara. Dengan keraguan dan kebingungan yang terpendam, ia berpamitan dengan langkah gontai menuju kamar di lantai yang sama.

"Ini kenapa, sih?" Ucap Rakan memecah keheningan.

Enggan melanjutkan pembicaraan tidak jelas di lorong, Rakan segera menarik Nara masuk ke kamarnya. Berbagai ornamen tradisional membuat suasana dan mood secara tidak sadar perlahan membaik. Keduanya bergantian mencuci tangan dan kaki sebelum merasakan empuknya kasur setelah seharian penuh beraktivitas dalam keramaian.

Rakan mengamati wajah Nara yang berbaring menghadap langit-langit. Matanya terpejam menampilkan bulu mata lentik yang terlihat begitu menarik bagi Rakan. Namun, pemandangan yang indah ini tak mampu menghilangkan rasa penasarannya pada interaksi Nara dan Galen yang cukup aneh barusan.

"Ra.." Panggilnya.

Si pemilik nama hanya bergumam, sekadar menunjukkan bahwa ia masih belum terjun ke alam mimpi.

"Boleh aku tanya sesuatu?"

Nara mengerjap, menyipitkan mata beberapa kali karena cahaya lampu yang langsung menyorot. Sambil mengiyakan pertanyaan Rakan.

"Kamu ada apa sebenarnya sama Galen?"

Kalau boleh dikatakan, sebenarnya sudah banyak kali Nara membaca kutipan yang mengatakan bahwa apapun yang disembunyikan pasti akan terungkap. Baru kali ini ia merasakannya. Mau menyembunyikan kebenaran tentang Galen seperti apa pun, kalau memang Rakan ditakdiran untuk tahu maka ia akan tahu. Seperti itu cara dunia bekerja.

Namun, tak langsung menjawab, ia justru bertanya kembali "Aku sama Galen, kenapa memangnya kita?"

Ya.. hitung-hitung mengulur waktu.

"Aku merasa ada yang aneh aja. Kalian kelihatan lebih dekat buat ukuran kakak dan adik kelas yang nggak begitu kenal kayak yang kamu ceritain. Apalagi yang barusan ini. Aku merasa ada yang kamu sembunyiin dari aku, Ra."

3600 Seconds from MerapiWhere stories live. Discover now