Membingungkan

50.5K 4.5K 760
                                    

Part ini nggak dikoreksi ulang, kalau ada typo atau kesalahan boleh ditandain.

Happy reading malam malam!!

***

Kenapa seorang Rakan yang jadwalnya padat setengah mampus masih suka nambah kesibukannya sama hal nggak penting?

Kenapa seorang Rakan yang jelas-jelas udah punya rumah bagus, rapi, adem, masih suka kelayapan ke sana-sini?

Dan kenapa seorang Rakan harus banget ngajak Nara untuk ikut kelayapan buat nambah kesibukannya?

Kenapa??

Nara mematikan musik dari audio mobil ketika kepalanya semakin panas menahan kekesalan. Selalu seperti itu.

"Kok dimatiin?" Dan Rakan selalu bertanya demikian.

Ditatapnya wajah Rakan yang tak menunjukkan sedikit pun rasa bersalah. Siang itu sepulang kuliah, di rumah sudah ada 2 backpack dengan isi tertata rapi di ruang tamu. Rakan bilang mereka harus segera pergi ke Indramayu untuk menemui teman sepergunungan Rakan. Entah untuk apa itu Nara enggan menanyakan. Perempuan itu suka kejutan, tapi tidak untuk urusan pergi mendadak tanpa persiapan apa-apa.

"Aku tuh masih kesel ya!"

Rakan menggigit bibir bawahnya. Persis seperti anak kecil yang sedikit lagi menangis karena omelan ibu. Pemandangannya melemahkan sekali bagi Nara. Maka ia membuang muka ke jendela, tidak aman bagi hatinya untuk tetap menatap.

"Maafin aku.."

Mulai!

"Bisa nggak sih nggak usah keluarin jurus andalan kayak gitu?"

Rakan nyengir kecil, ia bingung menoleh ke sana dan ke mari membagi dua fokusnya untuk jalan raya dan istrinya yang merajuk.

"Iya aku tahu ini dadakan banget, temen aku nggak bilang kalau bakal datang dalam waktu dekat."

Suara kendaraan jalan raya terlalu keras, mengalihkan suara Rakan seolah lenyap begitu saja. Tanpa balas dari lawan bicaranya. Rakan tidak suka situasi ini, tapi mau bagaimana lagi. Memang salahnya tidak memastikan kapan kawannya itu akan datang. Dan jangan lupakan pula Rakan yang tidak memberitahu rencananya untuk mengajak Nara ikut serta.

"Ra.."

"Hmm?"

"Aku sayang banget sama kamu."

Nara melempar tatapan bingungnya, lengkap dengan tautan alis yang menyatu sempurna.

"Apaan deh tiba-tiba banget!"

Dan sial untuk Nara! Sekali lagi mimik menggemaskan itu entah mengapa bisa muncul pada wajah Rakan.

Ke mana Si Muka Beku yang gue temuin waktu itu? Kenapa jadi lucu banget begini?

"Sesayang itu sampai ke mana pun aku pergi rasanya aku harus bawa kamu. Nggak boleh jauh-jauh."

Oh, dia serius kali ya? Batin Nara.

Mereka telah melewati puluhan kilometer dan bisa-bisanya terselip momen seperti ini di tengahnya. Oh, andai saja ada Bintaro-Indramayu yang lainnya, sudah pasti Nara akan sedia masker untuk menutupi merah pipinya yang tak bisa dikondisikan.

"Rasanya.. nggak bisa sehari aja aku jalanin tanpa memastikan kamu baik-baik aja."

Nara sungguh tidak tahu harus menjawab apa. Kali ini, dia tidak bodoh untuk membedakan mana Rakan yang bergurau dan serius. Dari kalimat terakhir yang diucapkan Rakan, ia yakin tidak ada sedikit pun candaan dalam kata-katanya. Nada bicaranya lembut seolah benar-benar dikirimkan ke telinga Nara untuk masuk ke hatinya.

3600 Seconds from MerapiWhere stories live. Discover now