First Kiss?

41.4K 4.2K 108
                                    

Sebagai permohonan maaf karena kemarin nggak update, konfliknya aku tunda dulu ya..

Happy reading :*

***

Nara melirik jam dinding ruang tengah, menghitung seberapa lama lagi ia mampu menahan kantuk. Rakan janji akan pulang sebelum pukul sebelas, dan ia memintanya menunggu entah untuk urusan apa. Namun nyatanya hingga hampir berganti hari, lelaki itu tak kunjung datang.

Cahaya televisi mengisi ruangan, menemani Nara dengan suara candaan para pemain sinema. Ponsel di genggamannya bergetar, menampilkan nama Kak Rakan pada layar panggilan. Gadis itu masih enggan mengganti nama kontak Rakan.

"Halo?"

"Halo, Ra? Gue kira udah tidur." Suara Rakan dari seberang mampu mencuri perhatian Nara seluruhnya. Suara lelah yang teramat kentara.

"Belum, katanya suruh nungguin."

Gadis itu mengecilkan volume televisi, supaya bisa mendengar suara Rakan dengan jelas.

"Gue sampai rumah 20 menitan lagi."

Kalau Nara tidak salah dengar, ia yakin Rakan terbatuk cukup keras dari seberang.

"Maaf gue telat." Ucap lelaki itu, suaranya masih sedikit serak.

Nara menatap tudung saji di atas meja makan, dua jam yang lalu ia memasak nasi goreng untuk dirinya dan Rakan, barangkali lelaki itu belum makan apa pun di luar sana.

"Nggak papa, gue nggak ngantuk juga kok." Bohongnya pada Rakan.

"Oh yaudah."

"Lo sakit?" Tanya Nara saat mendengar Rakan terbatuk sekali lagi.

"Enggak." Jawab lelaki itu.

"Udah makan?"

"Udah." Nara mengulum senyum, sedikit kecewa. "Gue tutup dulu ya telfonnya, bentar lagi sampai."

Belum sempat menjawab, telepon sudah benar-benar ditutup lebih dulu oleh Rakan. Nara hanya bisa menghela napas kemudian beranjak untuk menyimpan nasi goreng buatannya.

Tidak lama Nara mendengar suara deru mesin mobil memasuki rumah. Tepat saat ia meletakkan penutup di atas piring, Rakan masuk dengan gelagat yang aneh. Pria itu masih terbatuk-batuk, berjalan menunduk dengan kemeja yang sedikit kusut. Tangannya tak pernah lepas berpegangan pada dinding.

"Rakan?" Nara berjalan menghampiri, mempercepat langkahnya saat melihat luka kecil di sudut bibir Rakan.

"Lo kenapa?" Tangannya meraih bahu Rakan yang hampir tumbang.

Nara memapah Rakan menuju ruang tengah, menyandarkan tubuh lelaki itu di sofa. Secepat kilat ia mengambil kapas dan obat-obatan, kemudian kembali.

Matanya menangkap tatapan sayu dari Rakan. Ia tidak bertanya apapun, hanya fokus membersihkan wajah lelaki itu. Mungkin berbagai pertanyaan memenuhi kepalanya saai ini, tapi yang terpenting luka Rakan harus ditangani lebih dulu.

"Ra.." Lirih Rakan, sesekali ia melenguh menahan sakit.

Tidak hanya di sudut bibir, dari dekat Nara bisa mendapati banyak luka di rahang dan pelipis Rakan.

"Gue.."

"Diem dulu." Potong Nara, gadis itu bangkit mengambil air hangat.

Ia duduk berjongkok di depan sofa, perlahan-lahan mengompres luka Rakan, menyentuhnya selembut mungkin.

3600 Seconds from MerapiWhere stories live. Discover now