Damn!

33.4K 4.4K 266
                                    

Halooo!

Mau minta maaf dulu kalo telat updatenya hwehee..

Ada yang nungguin?

Ini short part buat yang kepo gimana kelanjutan Rakan dan Nara "malam itu".

MOHON CUAP-CUAPKU DI BAWAH NANTI DIBACA YAAA

Happy reading :*

***

Di kamar gue nggak ada sofanya.

Nara memandang pintu kamar mandi sambil terus mengingat perkataan Rakan. Ia mengedarkan pandang ke seluruh penjuru kamar, dan benar saja hanya ada sebuah tempat tidur, meja komputer, dan sebuah kamar mandi di ujung. Untung saja ukuran kasurnya terbilang cukup besar untuk ditiduri Rakan seorang diri biasanya.

"Bawa baju ganti nggak?" Nara menoleh menatap Rakan yang sudah berganti pakaian. Masih dengan sisa air yang membasahi wajahnya.

"Enggak ada."

Nara berjalan menuju kamar mandi, meninggalkan Rakan yang mulai mencari pakaian lamanya untuk dikenakan Nara malam ini.

"Ra, ini bajunya." Tangannya terulur memberikan sepasang kaus dan celana training serta handuk kecil ke depan pintu toilet.

Tanpa menunggu lama pintu kamar mandi terbuka, menampilkan wajah Nara yang masih penuh oleh busa sabun yang selalu ia bawa kemana pun. Secepat kilat diraihnya pakaian itu kemudian segera ia menutup pintu rapat-rapat. Menyisakan Rakan yang masih tidak tahu harus berbuat apa. Sebagai lelaki dingin dan masa bodo dengan wanita, ini pertama kalinya ia merasa gugup berada di satu kamar yang sama dengan perempuan. Dengan semua mantannya, ia tidak pernah sekali pun merasa demikian.

Aduh lo kenapa, sih? Geramnya dalam hati.

Tenang..

Ia menarik napas dalam-dalam kemudian mencoba mengalihkan perhatian pada ponselnya. Belum sempat menelusuri apa pun, pintu kamar mandi terbuka. Nara masih lengkap mengenakan pakaiannya tadi, bahkan tidak satu kancing pun terbuka. Membuat Rakan mengernyit bingung.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Itu.." Nara tampak ragu mengatakan. "Gue baru aja dapet."

"Hah?" Rakan mengernyit bingung. Lelaki itu sering lemot menanggapi ucapan Nara.

"Datang bulan."

Rakan terdiam beberapa saat. Memandang Nara tanpa ekspresi, sambil mengutuk kasar dalam hati.

Sialan!! Nggak pas banget sih, momennya?!

Bukannya apa-apa, Rakan juga seorang laki-laki normal yang sedang dalam masa menuju dewasa. Di usianya itu, terkadang hormon dalam dirinya butuh pelampiasan. Berhubung statusnya sudah menikah, dan memiliki istri yang nyata di depan mata, kenapa harus dianggurin?

"Rakan?" Cicit Nara tak lama kemudian.

"Ah, iya." Lelaki itu terkesiap masih sembari memendam rasa kesal. "Nggak malam ini juga nggak apa-apa, kok." Lanjutnya sambil tersenyum paksa.

"Apanya?" Kini Nara ganti yang terlihat bingung.

"Ya itu.. Kan lo lagi halangan."

Nara bergidik ngeri pada Rakan yang melontarkan tatapan ambigu ke arahnya. "Ngaco mulu!"

3600 Seconds from MerapiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang