Terserah Kamu

37.4K 3.9K 94
                                    

Halo gaisss.
Maafkan aku yang skip update hari sabtu kemarin huhuu..

Happy reading:*

***

"Makanya kalau sibuk tuh jangan sampai lupa makan."

Rakan menghampiri Nara yang terbaring di atas kasur. Jadwal padat kuliah ditambah aktivitas rumah membuatnya kelelahan dan kurang memperhatikan pola makan. Sebagai seseorang yang memiliki riwayat maag akut, suatu kesalahan fatal bagi Nara untuk mengabaikan jadwal makan tiga kali seharinya.

"Kalau sakit gini kan siapa yang rugi?"

Rakan mendudukkan dirinya di tepi kasur. Tangannya memegang mangkuk berisi bubur ayam yang dibelinya di perjalanan pulang. Begitu Anya menelepon dan memberitahu bahwa Nara pingsan di kampus, Rakan cepat-cepat mengakhiri aktivitasnya di ruko untuk segera pulang mengecek keadaan gadis itu.

"Maaf ya gue ngerepotin." Ujar Nara, nada bicaranya terdengar begitu lemah.

Rakan menghentikan kegiatannya mengaduk bubur. "Bukan itu, gue nggak ngerasa direpotin sama lo. Tapi kalau lo sakit kan lo sendiri yang rugi, Ra."

Nara memanyunkan bibirnya tapi mengangguk membenarkan ucapan Rakan.

"Nih, makan dulu."

Rakan membantu Nara membenarkan posisi duduknya, supaya gadis itu bisa makan dengan nyaman.

"Obatnya udah diminum kan?" Nara mengangguk singkat, meraih gelas di atas nakas untuk meneguk air putih terlebih dahulu.

"Sini." Tangan Nara tergerak untuk meraih mangkuk di pegangan Rakan ketika lelaki itu tidak kunjung menyerahkan.

"Lo bisa sendiri?"

Nara memutar bola matanya, "gue cuma maag kali."

Rakan bergumam kemudian menyerahkan mangkuk pada Nara. Membiarkan gadis itu menyuapkan bubur untuk dirinya sendiri.

Beberapa menit berlalu, Rakan masih setia menatap Nara dan gaya makannya yang masih sama seperti kemarin. Nggak ada jaim-jaimnya sama sekali. Bahkan Rakan menilai gadis itu terlalu terburu-buru, hingga beberapa kali terbatuk karena tersedak.

"Ngapain buru-buru banget sih, Ra?" Tanyanya sambil terkekeh dan menyerahkan segelas air pada Nara.

Setelah meneguk air hingga tersisa seperempat, Nara menatap Rakan dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Membuat Rakan mengernyit bingung sendirian.

"Kenapa?"

Nara menggeleng dan kembali melanjutkan makannya.

"Slow aja kali, gue nggak minta kok." Rakan berujar lagi ketika Nara menyuapkan bubur terlalu banyak untuk terakhir kalinya.

"Lo nggak ngerti ya?" Tanya Nara setelah menelan habis makanannya.

"Apanya?"

Gue salting dilihatin kayak gitu yaampun! Pekik Nara dalam hati, berharap Tuhan membantunya memekakan lelaki di hadapannya.

Rakan mengambil balik mangkuk kosong dari tangan Nara, berdiri sejenak menunggu kelanjutan pertanyaan Nara yang kurang jelas.

"Nggak ada, udah sana." Tangannya mendorong Rakan untuk berbalik.

"Yah ini anak nggak tau terima kasih."

Nara menatap punggung Rakan yang meninggalkan kamarnya. Merasa bersalah setelah mendengar ucapan Rakan. Kalau dipikir-pikir memang ia cukup tidak tahu diri. Merepotkan Rakan karena tumbang di pertengahan matkul pokok, membuat Rakan mengakhiri pekerjaannya saat itu juga.

3600 Seconds from MerapiWhere stories live. Discover now