The Wedding Plan

9.1K 732 32
                                    

HAIIIII 🔥

Aku tuh pengen banget banget banget update cepet tapi kok TUGAS KULIAH UDAH KAYAK RENTENIR NGEJAR NGEJAR TERUS TIAP MINGGU HIKSS CRAYYY

Buat last update aku sempet tawarin grup buat sharing tulisan atau buat ngespam aku misal udah ga update terlalu lama hahahaha! Buat yang mau join silakan ke link ini yaa

https://chat.whatsapp.com/FdoPdWWjPTs5bUOPvzwzxs

Chapter ini bakal fluffy fluffy sebelum nantii aku bakar emosi kalian di chapter-chapter selanjutnya hehehe. Jangan lupa vote n comment 🔥🔥

***

Salahkan Rakan yang selalu super cepat dan cekatan untuk mengatasi semua hal sendiri, sampai-sampai Nara dibuat pusing dengan persiapan resepsi yang harus dijalani bertubi-tubi. Seperti saat ini, nyeri di kepalanya masih belum reda akibat diskusi mengenai pilihan all in package dari The Holy Wedding Planner beberapa saat lalu. Tapi mobil Rakan sudah melaju menuju Butik Marthadinaya, Kemang untuk request desain gaun pengantin. Rakan sih sadar kalau jadwal bertemu dengan kedua pihak dalam satu hari itu pasti sangat melelahkan, tapi selagi bisa ia akan tarik gas terus. Sebelum disibukkan oleh realita pekerjaannya yang menumpuk di DWS, ditambah dengan revisi skripsi dan persyaratan yudisium yang cukup mengobrak-abrik kesehatan mentalnya.

"Ini kira-kira masih lama nggak ya?"

Lantunan lagu Marjorie dari Taylor Swift nyatanya tidak berhasil membuat perempuan itu relax dalam perjalanan. Pikirannya masih dipenuhi oleh tanggal resepsi yang mungkin akan diselenggarakan satu atau dua minggu setelah wisuda Rakan. Yang artinya kurang dari tiga bulan lagi menuju pernikahan impiannya.

"Sedikit lagi sampai, kalau nggak macet." Jawaban yang baru Nara dengar setelah jeda cukup lama, memberi ruang yang cukup bagi Rakan untuk memberikan respon yang tepat.

Belum habis empat lagu berputar, Rakan menepikan mobilnya memasuki area parkir setelah membaca plang akrilik bertuliskan Marthadinaya Boutique. Bangunan bernuansa putih itu menyuguhkan beberapa gaun yang terpajang elegan di mannequin, menarik siapa saja untuk terus memandangnya lamat-lamat. Bahkan Nara tidak mengelak jika matanya sudah berbinar dengan jarak pandang hampir sepuluh meter dari dalam mobil.

"Ah... itu Bu Martha kayaknya." Hampir berbisik, Rakan cukup ragu dengan seseorang yang tampak menunggu mereka di lobby utama. Tangannya bergerak cepat untuk menemukan kontak Bu Martha, memastikan bahwa yang sedang dilihatnya adalah orang yang ia cari.

Setelah yakin dengan dugaannya, Rakan menarik Nara untuk ikut melangkah masuk. Baru mencapai pelataran keduanya disambut ramah oleh wanita yang kemungkinan usianya sepuluh tahun lebih tua darinya. Bu Martha, desainer gaun pengantin sekaligus pemilik butik yang dipercaya untuk menjadi penata busana di acara pernikahannya mendatang. Yang Rakan suka dari butik ini adalah kesempatannya untuk berkomunikasi langsung dengan desainer utama sejak awal, memudahkan segalanya apalagi untuk pernikahan kilat yang ia rancang. Tidak salah, rekomendasi dari Farras selalu tepat setelah melihat langsung kinerja dan tanggung jawab Butik Marthadinaya di pernikahan kakak perempuannya.

"Wah.. ini pasti Kak Nara ya? Senang akhirnya bisa bertemu langsung, saya sudah siapkan beberapa desain yang tersedia sesuai kriteria yang Kak Rakan sampaikan di telepon minggu lalu."

Sambil berjalan ia tiada hentinya menatap takjub gaun-gaun yang terpajang di display. Juga menyimpan kagum bagaimana Rakan begitu memahami keinginannya dan benar-benar menepati janji dengan berbagai kejutan ini. Mereka menuju ke lantai 3 gedung, tempat Bu Martha biasa mengadakan meeting dengan para customer seperti ini. Dengan gugup Nara mengekor saja, membiarkan keheningan di antaranya mulai diisil oleh percakapan antara Rakan dan Bu Martha. Membahas konsep pernikahan yang tadi disepakati bersama dengan Mas Kahlil, event manager di The Holy Wedding Planner. Mengusung klasik romans, Nara tetap menginginkan sentuhan gold pada backdrop dan furniture pelaminan. Membiarkan warna putih menjadi warna dasar utama dan mengisi seluruh ambient dengan kesan elegan. Rakan sih nurut-nurut saja, selama konsepnya masuk akal dan tidak membuat sakit mata. Dan yang terpenting, Nara menyukainya. Sangat.

3600 Seconds from MerapiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang