Chapter 15

58.6K 3.9K 512
                                    

Please jangan patah hati ya :)
Jangan lupa vote dan komennya dong ehehhe

***

Terimakasih atas semua usaha yang dilakukan oleh Gemintang dan Budi, kasus Lalak selesai dengan tuntas. Semua orang bernafas lega ketika hakim mengetuk palu memutuskan bahwa Lalak tidak bersalah. Meskipun kasus kebakaran rumah dewan masih diusut tapi Lalak bebas karena terbukti tidak bersalah, begitu pula dengan yang lainnya.

Lalak kini sedang menunggu Gemintang di gedung doesn fakultas ekonomi. Semenjak hari di pengadilan itu, Lalak belum sempat berterimakasih secara langsung pada kakak iparnya karena beliau harus pergi ke Australia untuk mengurus pekerjaan. Kakaknya, Ayasha, menyarankan ia untuk langsung bertemu di fakultas saja karena Gemintang pada hari senin hingga kamis akan berada di kampus.

Dari kejauhan ia melihat siluet punggung wanita yang cukup familiea, matanya menyipit ketika mengetahui bahwa wanita itu sedang berbicara- ah tidak! lebih tepatnya, wanita itu sedang berdebat dengan seorang pria tinggi di depannya. Ia tak bisa mengenali keduanya karena keduanya berdiri di cukup jauh darinya.

"And you become our guest lecturer for what? six months? like hell, are you mental? due to my big respect for you, just fuck off Arthur."

"Watch that lil pretty mouth of yours little missy."

"I don't care, i hate you and that's a fact."

"I'm sorry for all the past, i care for you but--"

"But you never love me, right? C'mon Arthur, just treat me like you used to be, a fucking invisible pupil of yours."

"But darling--"

"Kak Sri?"

Entah mengapa Lalak memiliki dorongan untuk memisahkan dua orang tersebut, perdebatan mereka semakin memanas dan Lalak harus menghentikannya karena sebentar lagi para penghuni gedung tersebut kembali dari jam kelas masing-masing.

"Lalak? Kok bisa ada disini? Cari siapa? Ya ampun kamu bagaimana kabarnya? Ayas bilang kamu ...." Sri tak melanjutkan pertanyaannya karena merasa tak enak. Lalak hanya tersenyum dan mendekat.

"Dipenjara? Iya, tapi terbukti nggak bersalah kok. Aku kesini mau ketemu sama Pak Gemi."

"Oh, kalau begitu tunggu di ruanganku aja, mungkin lima belas menit lagi kelas selesai." 

Sri mendorong tubuh Lalak untuk menjauhi pria tersebut, Lalak mengintip sekilas dan melihat pria bule tersebut masih menatap ke arah mereka.

"I'm on my way to dean's building."

Sri tidak membalas, ia tetap mendorong Lalak menjauh sehingga masuk ke ruangan miliknya.

"Sudah official jadi dosen nih?" Lalak memegang papan nama di meja milik Sri. Wanita itu melepaskan jaket denimnya. 

"Udah dong, kenapa? Kamu mau bimbingan skripsi sama aku?"

"Beda fakultas kali, kak. Dan omong-omong, kalau kak Sri terus pakai jaket denim kayak gitu nanti dikiranya mahasiswa loh."

Sri tertawa sekilas dan menawarkan lalak segelas air dingin dari dispenser yang diterima gadis itu dengan ucapan terimakasih.

"Tadi siapa, kak?"

"Hm? cuma kenalan waktu masih di London."

"Oh, cuma saran aja sih kak, jangan dingin-dingin sama cowok nanti mereka pergi, kak Sri yang malah kebingungan nantinya." Sri menyentil hidung Lalak dengan gemas.

Siap 86! (Complete)Where stories live. Discover now