Chapter 6

37.5K 3.9K 148
                                    

Happy readings!!!
Janlul vote dan komennyaaa
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥

***

Lalak tahu bahwa ia akan kehilangan mas Budi untuk selamanya. Bukan dalam artian Budi tak akan mendatangi rumah ini lagi atau bagaimana tapi hubungan mereka tak akan sedekat dulu lagi.

Mungkin Mas Budi akan tetap berhubungan baik dengan kakanya ataupun Eyang tapi tidak dengannya. Lalak pun juga tak ingin berhubungan dengan pria yang tak bisa setia.

Apa semua pria seperti itu? Tidak bisa setia dengan satu wanita saja? Apa karena ia masih muda jadi Mas Budi hanya bermain-main dengannya. Kalau seperti itu mengapa justru Mas Budi yang jauh lebih marah darinya?

Lalak masih tak habis pikir.

Ia masuk ke rumah dan dalam ruang tamu sudah ada suami kakaknya yang sedang duduk menonton berita ekonomi di televisi. Ponakannya, Lilo, melihat kehadirannya dan Lalak segera membentangkan tangannya untuk menggendong Lilo.

"Halo bagaimana kabarnya?"

"Baik tanteee."

"Kakak Malika sama bunda mana?"

"Dapur."

Lalak menggendong Lilo ke dapur, ketika melewati Gemintang hanya sebuah anggukan kecil yang gadis itu berikan. Ia tak terlalu dekat dengan kakak iparnya karena memang mereka berdua itu setipe, sama-sama irit bicara jadi keduanya tidak ahli dalam berbasa-basi.

"Assalamualaikum, Eyang."

"Waalaikumsalam, Dek. Mas Budi datang?"

Ayas mendatangi adiknya untuk mengambil tas belanjaan di tangan gadis itu. Ia memeluk Lalak karena rindu.

Disana Malika sedang membantu Eyang mengulas buah apel. Ia melambaikan tangan pada Lalak yang hanya dibalas dengan senyum lebar.

"Mas Budi datang?" Tanyanya lagi karena Lalak tidak menjawab.

"Enggak."

"Loooh ... Terus kamu pulang sendiri? Ih, Budi nih gimana sih sama adeknya sendiri kok tega banget." Sergah Eyang tak terima.

"Aku diantar sama mas kok, tapi orangnya pergi lagi."

"Loh kok bisa? Ya ampun itu anak kenapa sih? Lak tolong ambilin hp eyang di meja makan. Eyang telpon orangnya langsung."

"Nggak usah Eyang, orangnya nggak mau datang."

"Ck. Kamu apain lagi masmu, dek?"

Lalak tersinggung dengan pertanyaan Eyang barusan. Memangnya salahnya apa? Apa karena Mas Budi ngambek semua adalah salahnya? Apa salahnya juga ketika ia merasa tak suka bahwa dia bukanlah perempuan satu-satunya bagi Mas Budi? Apa dia tidak berhak untuk merasa cemburu?

Lalak diam tak mengeluarkan uneg-uneg yang ia simpan saat ini.

Ia memilih untuk membawa Lilo keluar dapur.

"Lilo mau ke kamar tante? Tante punya fotonya bunda banyak looo."

"Mauuu..."

Eyang mengurut dadanya menahan sabar menghadapi sikap cucu keduanya yang seenaknya sendiri. Ia sudah mewanti-wanti pada anak itu bahwa terkadang sikap dinginnya itu keterlaluan tapi watak sangatlah susah diubah. Wanita tua itu sangat yakin bahwa Budi dan Lalak sedang bertengkar.

"Eyang, aku ke kamar Lalak sebentar ya. Nanti aku turun bantu lagi. Sama Malika juga bantu ayut yaa"

"Siap, Bun!"

Siap 86! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang