Chapter 5

38.2K 3.8K 241
                                    

Halo siapa yang kangen Mas Budi??
Ehehehe
Jangan lupa vote n komen ya guyss
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥

***

Lalak mendorong tubuh Budi untuk melepaskan ciuman mereka.  Segera ia menolehkan wajahnya ketika Budi kembali memajukan wajahnya untuk ciuman yang lain.

"Udah."

"Lagi." Tutur pria tersebut dengan kembali menyesapi bibir Lalak. Gadis itu lagi-lagi terlena dalam pagutan mereka tapi kembali tersadar bahwa mereka harus segera bersiap. Budi mendesah kecewa ketika Lalak mendorong tubuhnya agar ia menghentikan aksinya. 

Lalak tersenyum melihat wajah Budi yang merungut kesal. Ditangkupnya wajah pria tersebut dengan kedua tangannya.

"Nggak usah ngambek gitu. Ayo cepat mandi, kita mampir dulu ke supermarket terus langsung ke rumah." Dikecupnya sedikit bibir Budi yang manyun. Lalak terkekeh melihat tingkat kekanak-kanakkan manusia di depannya. Dengan bahu yang meluruh kecewa Budi berbalik meninggalkan Lalak untuk mandi.

Lalak yang ditinggal  sendiri di dapur memilih untuk menonton tv sambil merebahkan tubuhnya di sofa. Suara ketukan dari luar memaksanya untuk bangun. 

"Siapa?"

"Aku, Maya."

"Ugh." Mendengar nama yang disebut barusan membuat Lalak semakin malas mengangkat kakinya untuk membuka pintu. Seandainya tadi dia tidak menjawab mungkin wanita itu akan pulang karena mengira tak ada orang di rumah. 

Sebelum membuka pintu, Lalak berkali-kali melatih ibirnya untuk tersenyum yang tulus tapi semakin lama semakin dirasa bahwa senyumnya mengerikan. Dibukanya pintu rumah dan terpampang seorang wanita cantik dengan senyum berbisanya membawa sebuah tas kertas kecil.

"Halo mbak. Ada yang bisa dibantu?"

"Oh ini dek. Mbak cuma mau ngembaliin bajunya Budi yang ketinggalan tadi malam di rumah?"

"Huh? Baju?"

Maya mengangguk dengan antusias, diambilnya tangan Lalak dan ia memberikan tas kertas yang dipegangnya sedari tadi.

"Tadi malam Mas Budi di rumahnya Mbak Maya?"

"Oh iya, soalnya orang tua mbak lagi pulang kampung dua hari ini jadi Mas Budi nemenin tadi malam. Oh iya, Budi sekarang sedang dimana?"

Lalak meremas tas tersebut dengan keras hingga buku jarinya memutih pucat. Jadi hubungan Mas Budi dan Mbak Maya sudah sejauh itu? pikirnya. Lalak semakin memicingkan matanya ketika Maya melewatiya begitu saja memasuki rumah milik Budi layaknya sudah terbiasa. Ia terdiam di pintu menatap punggung Maya yang hilang di balik dapur.

"Budi?" Panggil Maya.

Tepat bersamaan Budi keluar dari kamar mandi dengan sekain handuk yang melilit kencang di pinggulnya. Lalak emperhatikan wajah Maya yang memerah dan berubah menjadi wanita malu-malu tah* kucing. 

"Loh, Maya di sini?"

"Iya nih, mau ngembaliin baju semalam sekalian ngambil mangkuk sop tadi pagi. Oh iya, sama mau bilang kalau nanti malam nggak usah nemenin di rumah lagi soalnya ayah sama ibu udah pulang nanti habis isya'."

"Oh oke kalau begitu. Lagipula nanti aku juga harus ke rumah Eyang."

"Wah aku titip salam ya sama Eyang, udah lama juga nggak ketemu beliau sejak pernikahannya Ayas."

"Siap nanti aku sampaiin. Btw, aku ke kamar dulu ya mau ganti baju kalau mau ngobrol sama Lalak dulu aja."

Menemani seorang wanita malam-malam tanpa ada orang tua? Ditambah lagi baju tertinggal di rumah sang wanita? Lalak menggeleng kecewa, semua pria sama aja. Kini ia merasa jijik telah berciuman dengan pria semacam itu, rasanya ingin muntah saja! 

Siap 86! (Complete)Onde histórias criam vida. Descubra agora