Chapter 11

44.4K 4K 546
                                    

Vote dan komennya juseyoooo :)

***

Lalak mengerang pelan saat dosen tak kunjung menyelesaikan kelas sore hari ini. Aldan bisa melihat dengan jelas bahwa gadis tersebut sedang fokus karena sedari tadia ia bergerak-gerak tak jelas seperti sedang resah. 

"Lo kenapa sih Lak?" Tanya Aldan yang penasaran akan sikap aneh Lalak tersebut.

"Gue pengen cepet pulang nih?"

"Emangnya di rumah ada apa?"

"Ya nggak ada apa-apa sih, capek aja pengen tidur." Aldan memincingkan matanya tanda tak percaya. Karena tahu Lalak yang tak akan memberi jawaban jujur meskipun ia berlutut sekalipun maka Aldan hanya mengedikkan bahunya dan lanjut mengetik poin-poin penting dari pemaparan sang dosen. 

Lalak bersyukur Aldan tak lagi bertanya, sejujurnya yang ia resahkan dari tadi adalah sesuatu yang mungkin bisa dikatan sangat sepele. Karena ia ada kuliah penuh hari ini maka Eyang meminta bantuan Ayasha dan Maya untuk menjemput Budi dari rumah sakit.

Ia tak ingin berpikir macam-macam akan tetapi firasatnya mengatakan bahwa wanita tersebut semakin gencar mencari perhatian Budi dan yang menjengkelkan bagi Lalak adalah sang pria juga selalu memberikan apa yang wanita tersebut minta. Ia selalu saja tertawa atas guyonan garing yang Maya buat, dia juga selalu menerima kedatangan Maya yang berkunjung setiap hari dengan ramah membuat Lalak bingung akan hubungan mereka berdua. 

Lalak merasa digantung. Padahal ia sudah siap mengatakan perasannya pada sore itu akan tetapi dokter datang disaat tidak tepat untuk melakukan pemeriksaan sore. Dan yang membuat Lalak semakin tak ingin mengungkapkannya adalah interaksi Budi dengan para bidan yang menurut Lalak sangatlah genit.

"Saya cukupkan kelas sore ini, sampai jumpa minggu depan."

"Aldan gue duluan ya!"

"Hati ... hati." Aldan mengernyit melihat Lalak yang pergi dengan tergesa-gesa. Memangnya ada urusan penting apa hingga membuat gadis itu berlari pikirnya.

Dengan tetap mengutamakan keselamatan, Lalak menarik gas motor sedikit lebih kencang membuat motornya berjalan dengan  kecepatan di atas rata-rata. yang biasanya tiga puluh menit untuk sampai rumah kini hanya membutuhkan lima belas menit saja. Memang untuk beberapa hari kedepan Budi akan hidup di rumahnya karena bisa dijaga Eyang.

Ia memarkirkan motornya dengan rapi di samping mobil milik suami kakaknya, kakinya melangkah dengan santai dan di dalam sudah banyak orang. keluarganya dan keluarga Maya, Maya serta kedua orang tauanya.

"Assalamuaikum."

"Waalaikumsalam," jawab semuanya dengan serempak.

Lalak mendekat dan menyalimi semua orang di sana, ia melihat Maya yang duduk di samping Budi sambil melilitkan perban baru di perut Budi. Tiba-tiba saja Lalak merasa emosi, ia memiliki banyak pertanyaan salah satunya adalah mengapa Budi sudah ganti perban baru lagi padahal ia baru balik dari rumah sakit yang seharusnya sebelum kepulangannya sudah diperban baru dulu.

"Sini dek, duduk sini." Budi memanggil Lalak untuk duduk di sampingnya tapi gadis itu hanya melirik dan memanggil Lilo serta Malika untuk ikut dengannya. Ia mengajak kedua ponakannya untuk melihat ikan-ikan di kolam. Budi memperhatikan punggung kecil itu yang menghilang di balik pintu.

"Gimana Bud, perbannya kekencengan atau perlu dilonggarin lagi?"

"Ah nggak kok udah cukup."

Budi mencoba menggerakkan tubuhnya dan kembali mengangguk, tak lupa juga ia berterimakasih pada Maya karena sedah membantunya.

Siap 86! (Complete)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें