Chapter 13

40.9K 4K 374
                                    

Update BuLak yeayyy!!! Dan bagi para bucinnya Gemintang, ini aku kasih plus-plus lebih banyak adegannya Gemintang ehehehe

***

Budi menghentikan kakinya  melihat jeruji besi di depannya. Gadis itu duduk bersimpuh denganbeberapa teman wanitanya di balik besi. Ia tidak bisa menerima sikap semena-mena atas penangkapan Lalak. Tak ada proses penyelidikan bahkan status Lalak belumlah tersangka tapi ia sudah di tempatkan di dalam penjara.

Ia hampir memukul koleganya sendiri ketika mendapatkan alasan yang tak jelas. Perintah alasan kata mereka. Bahkan malam ini kantor polisi dipenuhi para orang tua yang menemani anak mereka yang ditahan tiba-tiba. Mereka protes, tentu saja, siapa yang tidak protes ketika anak kalian ditahan tanpa ada alasan yang valid.

Budi rela membayar petugas sipir penjara agar membiarkannya masuk, bahkan tanda anggotanya tak bisa digunakannya untuk masuk menemui Lalak. 

"Dek."

Lalak terkejut melihat Budi yang kini berjongkok dari luar jeruji. Ia tak memperdulikan teman-temannya yang lain, sgera ia merangsek ke depan untuk mendekati Budi.

"Mas, aku nggak ngelakuin apa-apa." ujarnya dengan melas yang membuat Budi merasa sesak melihat kondisi Lalak. Lampu temaran berwarna kuning menjadi satu-satunya penerangan di ruang berukuran tersebut. Sebuah penjara ukuran 3 x 3 digunakan untuk sepuluh orang. Budi memperhatkan beberapa gadis yang menangis di ruangan tersebut.

"Mas ... aku sama sekali nggak ada hubungannya dengan kejadian kebakaran rumah itu tapi kenapa aku ditangkap? Aku masih belum bisa ngerti sama alasan mereka, bahkan mereka nggak pakai interogasi tapi aku langsung dijebloskan di sini, salahku apa?"

Budi mengulurkan tangannya dan mengelus kepala Lalak untuk menyalurkan energinya, "Tunggu ya, Dek. Mas yang akan urus semuanya. Kamu sabar sebentar lagi."

Tangannya segera menghapus air mata Lalak yang turun.

"Jangan nangis, mana Lalak yang kuat dan tegar?" Lalak tidak mendengarkan pertanyaan Budi, diambilnya telapak tangan Budi yang masih mengelus rambutnya. Ia menggenggam tangan itu sangat erat tak ingin melepaskannya.

"Mas ... aku takut ...." isaknya.

Jeruji besi tak menjadi halangan Budi untuk menarik Lalak ke pelukannya. Bahkan tatapan dari seluruh penghuni penjara pun tak ia hiraukan. Yang menjadi prioritasnya saat ini adalah bagaimana caranya Lalak segera keluar dari tempat ini. Ia harus segera menghubungi Gemintang untuk membantunya mencarikan pengacara. Jika bisa, Coolman Paris pun harus turun tangan menangani kasus para remaja ini.

"Mas Budi, Eyang sudah tahu kalau aku di sini? Tolong jangan kasih tahu ya, aku takut Eyang semakin kecewa sama aku." Lalak melepaskan diri dari pelukan pria itu, dilapnya air matanya dengan kasar. Meskipun matanya terlihat sembab tapi Lalak mencoba setengah mati untuk tidak lagi menangis. 

"A-aku cucu yang kurang ajar, aku nggak mau Eyang sakit cuma gara-gara aku, boleh aku minta jangan kasih tahu Eyang?" 

Budi tak menjawab, mengangguk ataupun menggeleng sekali pun. Ia hany tersenyum dan menyentuh pipi Lalak dengan lembut.

"Bud, udahan, kepala sipir bentar lagi datang." 

Setelah mendapatkan peringatan dari temannya, Budi mencium dahi Lalak dan menyuruh gadis itu untuk bersabar sebelum pergi meninggalkan Lalak dengan berat hati.

***

Kesalahan terbesar Budi adalah menyepelekan kondisi fisik Eyang. Malam itu juga Budi menyusul ke rumah gemintang untuk memberitahu Eyang atas apa yang telah terjadi pada Lalak. Tepat saat Budi menceritakan kondisi Lalak, Eyang pingsan di tempat membuat Ayas dan Gemintang menghubungi dokter pribadi utnuk segera datang menangani Eyang.

Siap 86! (Complete)Where stories live. Discover now