Chapter 10

40.8K 3.6K 282
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya cintaaa

***

Di siang hari ini, Jakarta terasa sangat-sangat panas. Ruangan kelas ber-AC setidaknya membantu para mahasiswa agar tidak kepanasan guna bisa fokus memperhatikan pemaparan materi kuliah dari dosen.

Sayangnya, suasana seperti itu membuat mahasiswa terlena, ada yang tidur, ada yang berbincang sambil berbisik, dan ada juga yang bermain hp. Tapi tidak dengan Lalak, fokusnya tertuju pada layar sedangkan tangannya dengan tekun mencatat semua poin penting tanpa terlewat.

Getaran ponselnya pun tak dihiraukan karena dia tahu pesan dari siapa yang ia dapat.

"Lak, nanti pinjem catetan buat gue fotokopi. Bangunin gue kalau kelasnya udah kelar."

"Hm."

Lalak membiarkan Aldan tidur disebelahnya. Sebelum tidur ia memasukkan semua peralatan tulis menulis ke dalam tasnya lalu menelungkupkan wajah di atas meja. Sejujurnya Lalak kasihan pada Aldan karena temannya itu pasti sangat lelah. Sudah dua hari semenjak aksi demo tersebut dan ia harus pergi kesana kemari untuk berbicara dengan anggota DPR, Presiden, hingga datang untuk melakukan diskusi terbuka terkait aksi mereka di sebuah stasiun televisi.

Banyak pro-kontra memang tapi Aldan tetap teguh dengan pendiriannya. Surat peringatan kemarin sudah ditarik kembali karena ternyata keesokan harinya para akademisi dan aktivis kampus yang diwakili oleh beberapa proffesor serta dewan guru besar menyetujui aksi tersebut. Berita bahagia tentunya bagi para mahasiswa yang menjadi koordinator lapangan seperti Lalak. Lalak sangat berterimakasih pada Aldan.

"Saya cukupkan kuliah siang ini. Selamat siang dan jangan lupa untuk mempersiapkan kuis minggu depan."

"Terima kasih, pak." Ucap para mahasiswa serempak membuat yang tertidur pun bangun layaknya mendengar sebuah alarm.

Setelah membangunkan Aldan, Lalak memeriksa puluhan pesanmasuk dari Mas Budi yang membuatnya menghembuskan napas lelah.

"Pasti lagi ada maunya ini."

Dari: Mas Budi
"

Dek, Jakarta panas ya?"
"Mas habis minum obat loo."
"Eyang barusan pulang ke rumah, diriku sendirian, takut, bosen, ngantuk..."
"Main tebak-tebakan yuk, ayo kamu coba tebak Mas udah bobok atau belum?"
"Kelasmu selesainya kapan sih?"
"Dek, nanti pulang titip beliin ikan ya, yang pasangan. Bosen di rumah sakit sendirian."
"Pokoknya yang warna oren kayak cabe sama terong!"
"Deeeekkk kangeeeennnn :("
"Tadikan dibawain Ayas buah, enak makan pisang atau apel atau mangga dulu?"
"Yaudah sih Mas bobok aja."

Dari: Lalak
"Ok."

Dari: Mas Budi
"Yeaaayyy, makasih dekkuuuuuuu..."

Lalak terkejut ketika mendapat balasan saat itu juga, ia pikir Budi telah tertidur karena pesan diterima terakhir adalah pada tiga puluh menit yang lalu. Gais itu menggeleng dan berdecak, jika ia tak mengenal pria itu pasti ia mengira sekarang ia sedang membaca pesan dari anak berumur lima tahun. 

"Lalak! Ayo pulang bareng!" Aldan menghadang Lalak berjalan dangadis itu hanya mengangkat alisnya tak suka.

"Gue udah motor sendiri kok, lagipula ini mau ke toko ikan dulu."

Siap 86! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang