Part. 28

956 30 0
                                    

Happy reding ^_^

-----------------------------

Valesca/Valerie's POV

"Sayang, kenapa Kamu pergi gak bilang-bilang sih? Kamu buat aku khawatir. Apalagi diluar hujannya deras sekali. Kamu bisa demam nanti, Val."Aku tersenyum melihat Sean yang hari demi hari semakin perhatian.

"Gak, Sean. Aku gak apa-apa kok. Kamu gak usah khawatir, ya." Sean menaikkan kedua alis mata nya.

"Kamu yakin, Val?" Aku mengangguk dengan mantap sebelum akhirnya aku berdiri dari kursi yang aku duduki dan pergi dari meja makan meninggalkan Sean.

Aku masuk ke dapur dan memeriksa sup yang kubuat. Apakah sudah mendidih atau belum? Dan ternyata masih belum mendidih. Aku lalu kembali ke ruang makan dan duduk di depan Sean yang sudah tampak bosan.

"Lama sekali supnya jadi. Aku bosan, Sayang." aku tersenyum lembut pada Sean dan berkata "tunggu sebentar lagi, ya. Udah mau jadi kok." Sean mengangguk dan memilih untuk menunggu sup yang kubuat siap untuk dihidangkan.

Setelah 5 menit berlalu, aku pun pergi ke dapur untuk memeriksa kembali sup buatan ku. Dan saat aku melihatnya ternyata sudah mendidih dan sudah berbau harum.

Aku lalu berjalan keluar dapur dan masuk ke ruang makan.

"Sean, supnya sudah siap." Sean langsung bangun dan menatapku dengan tatapan berbinar.

"Ayolah, aku sudah lapar." aku meletakkan supnya ke atasp meja dan menyuruh Sean untuk duduk dengan gerakan daguku.

Sean mengikuti perintahku untuk duduk dan aku langsung menuangkan sup ke atas mangkok yang sudah tersedia di depannya.

Baru saja Sean memulai suapan pertamanya, ia kembali mendongak ke arahku dan bertanya "Kamu gak makan?"

Aku menggeleng dan berkata "Gak, Sean. Tadi aku udah makan. Tadi aku sempat singgah ke sebuah cafe." Sean mengangguk dan melanjutkan acara makannya.

Aku melihatnya dengan senyuman yang terus saja merekah di wajahku. Entahlah aku sangat suka melihatnya. Wajahnya yang tampan, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah dan tubuhnya yang proposional. Itu benar-benar sempurna.

"Diam-diam terpesona padaku, hem?" Aku terkejut dan langsung memalingkan wajahku karena salah tingkah.

"T-tidak." aku menyangkal perkataan Sean dan langsung pergi dari ruang makan. Aku naik ke lantai atas dan masuk ke kamar.

Aku menutup pintu kamarku dan bersandar di pimtu itu. Ya Tuhan, aku malu. Sangat malu. Kenapa Kau terpesona padanya, Valesca? Kenapa?

Aku menepuk-nepuk wajahku berusaha menghilangkan rona merah di pipiku. Huhhh...

Aku berjalan perlahan ke arah lemari untuk mengambil baju. Lebih baik aku mandi, bukan? Aku membuka lemari itu perlahan dan mengambil gaun berwarna hitam yang ada di sana.

Sebenarnya aku tidak pernah memakai itu sama sekali. Baju itu sudah lama. Sudah dari 7 tahun lalu. Sejak aku usia 17 tahun. Aku tak pernah memakainya dan hari ini aku memutuskan untuk memakainya.

Aku mengambil gaun itu. Gaun itu terlipat di bawah-bawah tumpukan kaos lecek yang sudah lama. Padahal saat aku melihat gaun itu, gaun itu masih cantik dan sangat layak untuk dipakai.

Aku melihat setiap sisi gaun itu dan tiba-tiba saja kepalaku terasa sakit. Gaun apa ini? Kenapa ini semua terasa sangat tidak asing.

Gaun siapa ini sebenarnya? Apakah gaun ini berhubungan dengan masa lalu ku? Tapi apa? Kepalaku terasa semakin pusing dan rasa ini tak tertahankan.

Unrequited Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang