Part. 21

1K 39 0
                                    

Happy reading ^_^

-------------------

Jack's POV

"Huhh.... Ini benar-benar melelahkan." ucapku pada Valerie.

"Siapa suruh kamu tidak mau mendengar ku. Kan Aku sudah bilang, lebih baik kita istirahat sebentar. Kakiku saja sudah sepegal ini." Valerie mulai menceramahiku lagi. Yah, dari tadi dia terus saja menceramahiku. Belum jadi istri saja sudah secerewet ini, gimana kalau udah jadi istri.

Aku menertawakan pemikiran ku sendiri.

"Kenapa tertawa?" Tanya Valerie sambil memutar bola matanya.

"Tidak... Bukan hal yang penting. Kamu tidak perlu tahu kenapa aku tertawa." ucapku pada Valerie sambil terus berlari mengelilingi jalan di komplek tempat Valerie tinggal.

Yah, hari ini adalah hari yang menyenangkan. Hari minggu yang cerah ditemani oleh kekasih tersayang. Apalagi memiliki kekasih yang cantiknya bukan main. Itu merupakan sebuah bonus indah yang sangat indah melebihi indahnya seorang Selena Gomez yang sedang berpose seksi di depan rumahku.

Eh, sebentar. Memangnya Selena Gomez pernah berpose di depan rumahku. Mimpi kali, ya!

Aku mempercepat lariku hingga tanpa sadar, aku malah meninggal Valerie yang sedari tadi masih berdiri jauh di belakangku sambil menatap ke arah sepatunya. "Val!! Kamu ngapain disana?!"

"Val!!!" Aku menghela nafas dan berlari ke belakang saat melihat Valerie tidak berkutik di tempatnya, meski aku menjeritinya berkali-kali.

"Val, ada apa?" ucap ku ketika aku sudah berada di depan Valerie yang masih berdiri menatap ke arah sepatu sport nya yang kelihatan agak kumuh.

"Val, kamu baik-baik saja?" ucapku sambil menyentuh bahu Valerie sedikit.

Mendapatkan sentuhan dariku, akhirnya Valerie mendongakkan kepalanya dan menampilkan wajah cemberutnya.

"Kenapa wajahmu tampak seperti Itu? Kenapa kamu malah cemberut?" Valerie semakin mencemberutkan wajahnya di depanku.

"Kamu ini kenapa, sih? Kamu tidak mengerti, ya? Kamu benar-benar ya bikin kesel." Valerie menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Dia tampak menggemaskan.

"Hei, ayolah. Jangan berbelit-belit, Val. Kamu membuatku bingung." Aku mengacak-acak rambutku frustasi melihat Valerie yang masih saja cemberut tidak jelas padaku.

"Kamu ini!! Aku yakin tadi kamu sedang memikirkan wanita lain kan. Kamu tertawa sendirian. Dan saat aku tanya kamu, kamu malah bilang itu tidak penting. Kamu membuatku kesal. Aku tidak suka rahasia-rahasia, Jack." Aku menaikkan kedua alisku.
Yang benar saja! Bagaimana bisa Valerie kesal hanya karena aku mengatakan itu.

"Apa? Jadi kamu cemburu. Pantas saja mukamu cemberut" ucapku berusaha untuk menggodanya.

"A-apa maksudmu, ha? A-aku tidak cemburu! T-tidak!" pipi Valerie tampak memerah. Wajahnya bahkan tampak seperti badut sekarang.

"Benar? Kamu tidak cemburu? Kamu yakin?" Aku kembali menggodanya.

Valerie menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan ku tadi. Valerie tampak  terus mempertahankan jawabannya. Ia masih belum mau mengaku bahwa ia sebenarnya cemburu.

"Ah, sudahlah. Aku malas mencari masalah denganmu, Jack. Sudah kubilang bukan, kalau Aku itu tidak cemburu. Lebih baik Aku lari lagi, daripada meladenimu." Valerie melangkahkan kakinya. Ia berusaha menghindari ku karena ia merasa malu.

"Tidak usah malu-malu kucing seperti itu. Hei!! Valerie!!! Jangan tinggalkan aku, Val!"

Aku berlari mengejar Valerie yang sudah berada jauh diriku. Lumayan kencang juga ya larinya. Aku berlari melewati beberapa rumah petak yang sederhana. Ukuran rumahnya bahkan seperempat ukaran penthouseku.  Yah, sebenarnya komplek rumah Valerie bukanlah komplek perumahan orang-orang elit atau orang-orang berdompet super tebal.

Unrequited Love Where stories live. Discover now