✿✿✿(15)

42 37 1
                                    

Boleh minta vote sama komennya??

Happy reading sayang

✿✿✿✿

Hari nya telah tiba, mata yang lelah sebab tak bisa tertidur lelap.

Di temani cahaya rembulan yang menerangi gelapnya pagi buta itu.

Arghio tak bisa tidur sebab hal kemarin yang selalu terbayang di kepalanya.

Dia banyak membaca artikel artikel yang membuat nya overthingking.

Arghio menatap sekeliling dan berhenti di jam.

Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari, dia masih setia membuka matanya.

Arghio sedari tadi susah payah menutup matanya untuk menjemput mimpinya.

Hanya Kanama yang ada di pikirannya, Kanama, Kanama dan Kanama hanya Kanama.

Entah mengapa tapi tujuan itu hanya tertuju pada sosok lelaki itu.

" Aduhhh! Tidur dong kan nanti mau ketemu ka amiw " Arghio merebahkan dirinya di tengah kasur king size nya.

Menatap langit langit kamar yang berwarna hitam-biru, sangat adem.

Tak ada satu pun cahaya yang menerangi kamar itu.

Sang tuan masih berusaha menggapai nikmatnya.

Arghio yang frustasi beranjak ke dapur untuk menyelesaikan dahaganya.

Sangat sepi, pasti nanti jam 03.00 rumah ini sudah ramai.

Arghio mendudukan dirinya di ruang tengah yang biasa di pakai menonton bersama.

Tak lama kemudian dia di serang kantuk yang sangat dahsyat.

Gelap, mulai gelap dan tiba tiba ada setitik cahaya.

" AA! " Arghio terkejut, akibat suara itu Arghio terhantuk ke ujung meja.

" Naon sih dek! " Arghio memegangi kepalanya yang mulai pusing akibat tiba tiba membuka mata dan terduduk lemas.

" Keur naon ai aa? Jam sakieu, naha teu bobo di kamar? " Zahra mengoceh panjang lebar sembari mengambil cemilan untuk di bawa kedalam kamarnya.

Arghio memandangi adik nya yang memakai serba putih.

" Teu tiasa bobo " lalu Arghio pamit untuk pergi ke kamarnya melanjutkan tidur nya yang terganggu.

Pukul 07.25 mulai ramai dengan Bino yang bersiap untuk pergi menggarap rezeki, Malinah yang sibuk memasak dan beberes rumah Zahra sudah pergi sekolah sedari tadi.

Alarm bunyi sangat nyaring dan menggema di penjuru ruang kamar itu.

Arghio membuka matanya paksa, karena tiba tiba teringat janjinya hari ini.

" Bisa ayo bisa " Arghio bergegas mandi membersihkan diri, dan berpakaian yang pantas dan sopan.

Lama nya bersiap Arghio memutuskan untuk pergi sendiri saja.

" Mah aa berangkat heula nya " Malinah yang sedang menyirami tanamannya pun menolehkan lalu menghentikan kegiatannya.

Menghampiri si sulung kebanggaan semuanya.

" Bade kamana? " Arghio mencium punggung lengan Malinah.

" Kepooo " Arghio tersenyum mengecup pipi sang ibunda lalu pamit pergi.

Malinah hanya menggelengkan kepalanya lalu meneruskan kegiatan yang tertunda.

Di perjalanan Arghio hanya merenungkan nasib nya bagaimana sekarang.

Sangat kalut kecepatan jantung nya sangat cepat.

Sesampainya di rumah mewah nan megah itu, Arghio memantapkan dirinya.

Selalu sepi disana, hanya suara bising motor dan mobil di sebrang jalan, Arghio berjalan menuju pintu utama.

Di tekan bel itu dan terdengar suara derap kaki.

" KA AMIW! " Arghio memeluk tubuh Kanama dengan erat, jujur saja dia rindu kekasihnya itu yang sekarang sangat sangat sibuk.

" Kenapa ga telfon saya? " Kanama membalas pelukan itu lalu membawa tubuh Arghio masuk kedalam.

" Hmm? Kenapa ga telfon saya " Kanama menangkup pipi Arghio sampai bibir mungil itu mengkerut.

" Gamau " Arghio menggelengkan kepalanya lalu menyembunyikan di dada bidang Kanama.

" Kenapa sayang? " Kanama rasa ada yang tidak benar, dia inisiatif membawa pemuda itu untuk duduk dan menatapnya.

Arghio melepaskan pelukannya lalu menarik nafas perlahan.

" Aku mau ketemu ibu sama ayah Kaka, kan selama ini Kaka udah ketemu sama mamah aku juga mau ka " Kanama entah akan menjawab apa, dia juga bingung kenapa tiba tiba?.

Akankah ini waktu yang tepat untuk membicarakan soal ini?.

Kanama mengusap lembut pipi gembul itu lalu beralih mengusap kepalanya.

" Gio, saya bukannya ga mau kenalin kamu sama ibu tapi " Kanama di serang memori memori saat dia bersama sang ibunda, tersenyum lebar sembari menggandeng lengan ibunda tercinta.

Kanama hampir meneteskan air matanya, tapi jangan sekarang disini ada Arghio dia tak mau di pandang lemah.

" Tapi? Tapi apa ka? " Arghio menundukkan kepalanya untuk menyamai wajah Kanama.

" Tapi ibu udah gaada " Arghio menutup mulutnya dengan ke 2 telapak tangannya, seharusnya dia tak menanyakan hal yang sangat sensitif ini.

" Ka maaf, aku ga maksud, aku- " Kanama tersenyum memandang Arghio yang sudah menggenang air matanya.

" Mungkin ini waktunya buat ceritain ke kamu gio " Kanama merentangkan lengannya untuk menyambut tubuh mungil itu.

Arghio hanya diam membisu, dia tak sanggup mengucapkan sepatah kata.

" 14 tahun yang lalu, ibu sama ayah cerai terus ayah kirim pesan buat ibu, saya sempat membaca sedikit, isi pesan tersebut, ayah menyuruh ibu buat ketemuan, buat mengurus surat cerai itu " Kanama mengusap lembut punggung Arghio.

" Ibu bohong sama saya, beliau hanya berucap hanya pergi sebentar, saya percaya saja karena dulu saya masih tak tau apa apa, 5 jam lamanya beliau pergi, tiba tiba, Paman datang dengan wajah yang sangat risau, saya disitu lagi main sama ka Arjova, paman gendong saya dan di bawa kerumah sakit, disana beliau sudah di tutupi oleh kafan dan penuh bercak darah dimana mana, mereka tewas di tempat akibat kecelakaan hebat, dua dua nya di takdirkan hidup dan mati, hanya kematian yang memisahkan mereka, saya nangis sejadi jadinya, ternyata beliau pergi untuk selamanya bukan sebentar, sampai sekarang saya masih teringat kejadian yang benar benar buruk " Arghio mengusap air mata Kanama yang mengalir begitu saja, Arghio menarik sudut bibir Kanama, hal yang biasa Kanama lakukan jika Arghio sedang marah.

Bibir Kanama bergetar kecil, dia menahan agar air matanya tak tumpah ruah.

Jika Kanama boleh menyuarakan hati nya, dia hanya akan berkata, saya sangat beruntung di pertemukan oleh sesosok lelaki manis bernama Arghio pataraman.

Tak semua bisa mendapatkan hati seorang Arghio, dan hati seorang Kanama.

Dua dua nya memang ditakdirkan untuk saling berjumpa dan mencurahkan hati masing masing.

Kanama memegang lengan mungil itu yang sedang mengusap air matanya, di kecup lalu beralih ke kening Arghio.

" I love you gio " Kanama mengecup beberapa kali kening Arghio.

Arghio menganggukkan kepalanya, dia tak sanggup melihat Kanama berderai air mata.

Dan hari itu adalah hari yang membuat luka lama terbuka kembali.

Tak apa, mereka masih bisa menyembuhkannya dengan senyuman bahagianya.

TBC

gimna²?? Kece ga chapter ini?

Sweetness | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang