Ch. 18

6 0 0
                                    

Alden duduk di bangku yang sama dengan yang diduduki Aurel. Fero mengajaknya duduk bareng anak basket lain. Posisinya saat ini bahkan dekat dengan Aurel—Aurel tepat duduk di depannya. Saat ia duduk, Fero mengerling menggoda sedangkan Ryan menatapnya datar. Laki-laki itu terlihat tidak suka dengannya, tapi Alden mengakui kalau dia sangat berwibawa. Ia balas menatap Ryan.

Keheningan tercipta.

Alden mengamati Aurel yang menunduk. Perempuan itu memakan bakso dengan bihun. Cara makannya yang pelan dan sedikit-sedikit bahkan memotong baksonya menjadi kecil-kecil agar nyaman dikunyah membuat Alden tanpa sadar tersenyum tipis. What? Kenapa kamu memperhatikan orang yang kamu benci Alden?

Saat menyadari tatapan Alden, Aurel mendongak dan matanya menyipit.

Alden balas menatapnya kesal.

Aurel menghela nafas panjang.

"Kamu mau jus?" tanya Ryan kemudian, mengalihkan perhatian Aurel.

Aurel menggeleng. "Aku pengen air botol itu." Aurel menunjuk beberapa botol air mineral yang sengaja diletakkan di tengah meja. Ryan mengambil buat Aurel dan membukakan tutupnya dengan senyum simpul.

"Aku mau pesan makanan dulu."

Aurel mengangguk. Kesempatan itu Alden gunakan untuk berbicara sarkas pada Aurel.

"Pacar kamu perhatian. Itu sebabnya kamu menerimanya?"

Fero menoleh ke mereka, pun dengan beberapa anak yang lain yang tidak sengaja mendengar komentar Alden. Pertunjukan menarik akan segera dimulai.

Aurel menatap Alden kesal. "Kenapa kamu nggak coba cari pacar yang perhatian dan kamu akhirnya bisa menerimanya?"

"I do. A lots."

"As I expect. Jika melihat masa lalu kamu."

Alden terpancing. Ia kesal dengan komentar Aurel. "You don't know anything about me."

"Like I care—"

"Shit! Kenapa sih kamu nggak bisa bersikap baik sama aku?"

Mata Aurel berkilat, membesar. Sesaat kemudian ia menghela nafas panjang dan berkata, "Maaf, Al. Aku benar-benar selalu membuat kamu kesal, ya. Aku juga nggak ngerti kenapa."

Perubahan sikap Aurel yang mendadak membuat Alden speechless bahkan saat akhirnya Ryan kembali.

"Bagaimana seharusnya aku harus bersikap?" tanya Aurel kemudian, membuat Ryan menoleh ke arahnya dengan kening mengernyit.

Alden bingung. Namun kemudian ia menjawab. "Jangan menjadi baik ke aku. Karena seharusnya aku membenci kamu."

"Oh."

Fero menyenggol lengan Alden—merutuki kebodohan teman barunya itu.

"Terkabul. Karena aku orang yang memperlakukan orang lain seperti bagaimana orang lain memperlakukan aku." kata Aurel sambil tersenyum manis. Sial, dia bermaksud membuat Alden gila?

"Tapi seingatku, dulu aku bersikap baik ke kamu tapi kamu bersikap buruk ke aku."

"No no no. You are really bad, and I hate you with all my heart."

"So, tell me."

"Fakta bahwa kamu tidak tahu membuat aku semakin membenci kamu."

Alden menatap Ryan dan berkata. "Your girlfriend is so annoying." Jantungnya seperti ditusuk belati saat mengatakan your girlfriend.

Ryan menatap Alden sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Nggak kok. Aurel sangat manis."

Dan Alden merasa mual.

"Apa kamu menyukai Aurel?" tanya Ryan kemudian. "Kamu terlihat seperti seorang yang menyukainya tapi ditolak—"

Tubuh Alden menegak. Ia bersikap defensif—sial, apa dirinya terlihat seperti itu? Menyedihkan?

Alden melirik Aurel dan perempuan itu menyipitkan matanya. Ia tidak lagi peduli jika Aurel merasa panik atau bagaimana. Ia hanya tidak ingin terlihat menyedihkan. Harga dirinya dipertaruhkan—sehingga Alden berkata. Di depan semua orang yang mendengarkan pembicaraan mereka.

"Aku calon tunangannya."

Semua mata membelalak dan mulut mereka melongo. Bahkan bahu Ryan menegang.

"Aku calon tunangan Aurel—sampai akhirnya dia pergi ninggalin aku. Tanpa penjelasan, tanpa kepastian. Hilang begitu saja."

"..."

"..."

Alden menatap Aurel yang menatapnya datar dan defensif. "You see—bagaimana Aurel sangat kejam."

"..."

"I don't want a woman like you. Not anymore—you don't deserve me at all. I'm too good for you, and you're too bad for me. Thanks for open my eyes. And again—A woman like you not deserve anything good in this world."

****

A Little Time Where stories live. Discover now