Ch. 13

7 0 0
                                    

Aurel membuka pintu asramanya. Manda sudah pergi duluan, entah kerasukan apa tuh anak berangkat pagi-pagi. Atau dirinya saja yang kesiangan? Aurel memandang jam tangannya—tidak.

Begitu tiba di depan gerbang asrama, Aurel melihat Ryan berdiri membelakanginya. Ryan menghampirinya? Aurel tersenyum. Saat ia melangkah mendekat, Ryan menoleh dan tersenyum manis.

"Morning, Sunshine."

Sunshine. Mulai hari ini ia menyukai panggilan itu. Apalagi cuaca pagi ini sangat indah dan sepoi-sepoi. Dan Ryan? Selalu kelihatan tampan. Sangat tampan.

"Morning." kata Aurel malu-malu. "Ada apa tiba-tiba di sini?"

"Nggak apa-apa. Pengen nungguin aja. Kebetulan aku bisa bangun lumayan pagi."

Aurel tertawa kecil. Bagi orang yang melihatnya mungkin jarang melihat Aurel tertawa, tapi bagi Ryan itu sudah biasa. Aurel banyak tertawa kalau bersamanya.

Mereka berjalan ke sekolah sambil mengobrol sepanjang jalan. Semua orang yang mereka lewatin memandang mereka berdua dengan tatapan iri, tapi Aurel dan Ryan tidak peduli—bagi mereka dunia hanya milik berdua. Saat tiba di depan kelas Aurel, Ryan berhenti dan tersenyum.

"Sampai ketemu nanti."

Aurel tersenyum. "Bye."

Ryan masih diam di tempat.

"What?"

Ryan menggeleng. "Lagi berpikir kalau kita nggak terlalu punya banyak waktu buat berdua."

Aurel mengangguk—membenarkan.

"Aku bakal lebih sering-sering ketemu kamu. Kamu baik-baik saja, kan?"

"I'm okay—"

"Good. Kalau ada masalah apapun, cerita ke aku ya."

"Oh iya, pasti."

Saat Ryan berjalan pergi, Aurel mengamatinya hingga Ryan menghilang. Aurel tersenyum tipis—berharap kehangatan ini tidak cepat berakhir. Tapi Aurel tidak ingin berpikir serius hari ini, jadi dia melangkah masuk kelas dan ternyata sudah banyak anak yang datang.

"Are you sick or something?" Tanya Aurel pada Manda—satu-satunya orang yang membuatnya nyaman bicara selain Ryan.

"What?" Manda mendongakkan kepala dari hapenya.

"Nggak biasanya kamu berangkat pagi."

Manda tertawa. "Listen," Manda berbisik pada Aurel. "Hari ini adalah anniversary aku dan Kaisar, jadi aku menyiapkan sesuatu di lokernya."

"Oh, congratulations."

"Thanks. Semoga kamu dan Ryan juga berkesempatan merayakan anniversary—or something. Semoga kalian langgeng."

Aurel melangkah ke mejanya sendiri sambil berpikir dalam. Apa ia dan Ryan punya tanggal tertentu buat merayakan anniv? Tidak. Oh iya, tentu saja tidak. Mereka bahkan tidak ada pernyataan pacaran. Apa mereka pacaran?

Aurel mengerutkan kening.

Tentu saja pacaran, Ryan yang mengatakannya.

"Eh ada anak baru." seseorang masuk kelas dengan heboh.

Temannya menanggapi dengan antusias. "Oh ya? Cowok apa cewek?"

"Cowok! Gila ganteng banget. Gue tadi lihat dia di parkiran. Sumpah mobilnya keren banget. Kelihatan banget anak orang kaya. Mana wajahnya juga ganteng banget—blasteran kayaknya deh."

"Nggak anak baru kali. Mungkin anak sekolah sebelah kunjungan—"

"Pakai seragam kita."

"Kira-kira dia masuk kelas mana ya?"

"Dih ganteng banget pokoknya. Semoga aja masuk kelas ini."

Aurel membuka tabletnya dan mulai membaca pelajaran pagi ini. Setelah sekitar 10 menit akhirnya seorang guru masuk dan memulai pelajaran. Orang yang tadi membicarakan anak baru masih berbisik-bisik, mendeskripsikan ketampanan si anak baru. Aurel tidak peduli, baginya hanya Ryan yang paling ganteng.

Tentu saja—

Guru mulai menjelaskan tentang biologi tumbuhan. Ia mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian sampai akhirnya seorang mengetuk pintu kelas. Semua pandangan mengarah ke pintu dan anak yang tadi terlihat hampir bersorak. Mereka pikir anak baru yang datang?

Aurel menyipitkan mata saat guru biologinya membuka pintu dan berbicara dengan siapapun yang berada di depan pintu.

Aurel menulis di tabletnya—menulis daftar pertanyaan seputar biologi yang ada di pikirannya. Tentu saja ia harus bertanya. Sejak dulu ia dilatih bertanya oleh tutor private ataupun guru di sekolah lamanya. Dan di sekolah lamanya—semua anak berbondong-bondong mengacungkan tangan karena keaktifan di kelas juga akan dinilai oleh guru. Semua anak ingin mendapatkan nilai bagus bahkan sempurna. Termasuk Renata—

Aurel menggelengkan kepala.

Jangan dipikirkan.

"Anak-anak ini ada anak baru yang akan masuk kelas ini."

Jadi beneran? Aurel mendongak. Menyadari kalau guru biologi sekarang sudah duduk di kursinya dan anak baru itu melangkah masuk. Sesaat Aurel merasa dirinya bermimpi melihat seseorang yang ia kenal di masa lalu. Apa karena ia baru saja memikirkan sekolah lamanya?

Tapi orang itu bahkan tidak sekolah yang sama dengannya—

Tunggu!

Ini nyata?

Laki-laki itu berdiri di depan kelas dengan penuh percaya diri. Ia memandang ke seluruh anak sampai akhirnya tatapannya mengarah pada Aurel—dan dia tersenyum lebar. Dia juga menghela nafas lega—seperti seseorang yang akhirnya mendapatkan kembali barangnya yang hilang.

"Hai. I'm Alden Atharrya Bramantya." katanya seperti hanya ditunjukkan pada Aurel saja.

*****

A Little Time Where stories live. Discover now