Ch. 4

13 0 0
                                    

Aurel flu berat sejak hujan-hujan bersama Ryan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aurel flu berat sejak hujan-hujan bersama Ryan. Tubuhnya demam dan hidungnya pilek hingga ia tidak bisa bangun dari tempat tidur. Mamanya sangat khawatir tapi Aurel mengatakan bahwa dia sangat bahagia sekalipun sedang sakit. Ia tidak pernah sebahagia ini setelah hujan-hujan.

Selama dua hari ini memang hujan terus-menerus mengguyur. Dan sambil berbaring Aurel memandangi hujan itu. Kali ini ia lebih suka jendela kamarnya terbuka dan memandangi hujan. Sekalipun Mamanya terlihat khawatir karena suhu badan Aurel tidak turun-turun tapi beliau juga terlihat lega dengan perubahan Aurel. Beliau meminta Dokter Tomy datang, memastikan kalau sakitnya Aurel ini bukan karena infeksi di hatinya yang semakin parah.

Aurel masih berselimut ketika ia mendengar suara Ryan bertamu di rumahnya. Ia juga mendengar Mamanya membukakan pintu dan menanyakan kabar Ryan. Aurel ingin pura-pura tidur seperti yang biasanya ia lakukan jika ada tamu, tapi entah mengapa kedatangan Ryan membuatnya sumringah.

Dan sebenarnya nama itu yang mengisi hari-harinya selama ia berbaring di ranjang.

"Hai." sapa Ryan begitu memasuki kamarnya—dipersilahkan oleh Mamanya. Mamanya sendiri langsung kembali ke dapur, membiarkan mereka berdua mengobrol.

"Hai..." sapa Aurel.

"Kudengar kamu sakit."

Aurel mengangguk. "Kamu?"

"Kemarin aku flu juga, tapi sekarang sudah baikan." kata Ryan sambil tertawa renyah. Kemudian dia menatap raut pucat Aurel dengan prihatin. "Masih demam?"

"Sudah agak turun panasnya."

"Maafkan aku."

"Maaf untuk?"

"Membuat kamu hujan-hujanan dan sakit."

"Itu mauku sendiri kok."

Ryan mengangguk-angguk sambil meletakkan sebungkus plastik di laci kamarnya. "Aku bawa buah. Semoga kamu suka."

Aurel mengangguk. "Thanks, ya."

Ryan mengangguk. Suasana menjadi agak hening setelahnya. Akhirnya Aurel berkata, "Aku ingin naik sepeda."

"Huh?"

"Aku melihat anak-anak naik sepeda, aku jadi ingin tahu rasanya naik sepeda."

"Aku ada sepeda di rumah—" pinta Aurel.

"Tidak sekarang, kamu masih sakit."

Sesaat Aurel cemberut. "Besok. Besok pagi aku sudah sembuh."

A Little Time Where stories live. Discover now