Ch. 9

16 0 0
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Tubuh Aurel menjadi sangat panas sejak kejadian itu. Ia menjadi sering mengigau dan mimpi buruk. Tak ada satupun yang bisa menenangkan Aurel selain Ryan. Beberapa hari Ryan menunggui Aurel di asrama hingga larut malam sebelum akhirnya kembali ke asramanya sendiri. Untung saja Pak Satpam tahu keadaan Aurel dan mempercayai Ryan.

Aurel sudah diperiksa dokter sekolah dan hanya butuh istirahat. Tapi Ryan sangat khawatir. Ryan ingin menelepon Ibunya, menanyakan apa yang seharusnya ia lakukan. Hanya saja ia tahu, ibunya sangat sibuk. Ia tidak ingin membuat ibunya cemas.

"Haruskah kita ke rumah sakit, Rel?" gumam Ryan malam itu, menggenggam tangan Aurel selagi perempuan itu tertidur.

Aurel mengigau, memanggil ibunya.

"Kamu ingin aku bagaimana?" desah Ryan.

"Yan." Suara di pintu kamar Aurel menyentakkan Ryan. Manda datang sambil membawa sepiring makanan dan teh. "Kamu pasti lapar. Dari tadi kamu nungguin Aurel, loh."

"Thanks, Man." Hanya saja ia tidak nafsu makan.

Manda menatap prihatin. "Demam Aurel sudah turun?"

Ryan menggeleng.

"Aku bukannya gimana-gimana, Yan. Tapi ini semua terjadi karena Natasha dan teman-temannya ngelabrak Aurel. Mungkin Aurel ketakutan gara-gara itu."

Kening Ryan mengernyit.

"Semua orang membicarakannya."

"..."

"Gue nggak tahu apa yang terjadi sama Aurel tapi gue merasa kasihan. Dia terlihat takut pada semua orang. Kalau Natasha bersikap seperti itu justru membuat dia semakin ketakutan. Lo harus bicara sama Natasha."

Ryan mengangguk. "Thanks, Man, infonya."

Setelah Manda pergi, Ryan kembali duduk di kursi dekat ranjang Aurel sambil merenung. Benarkah Natasha melabrak Aurel—kenapa? Gara-gara dirinya? Natasha bilang kalau semuanya oke kan? Ryan berpikir keras.

Manda benar, ia harus bicara pada Natasha.

Baru saja ia berpikir seperti itu tiba-tiba Aurel berteriak dalam tidurnya. Perempuan itu mimpi buruk lagi. Ryan mencoba membangunkan Aurel.

"MAMA! Ahh, Tolong! Aku sangat takut. Tolong! Pergi perggi..."

"Aurel, Aurel, bangun. Ini aku." Ryan mengguncang bahu Aurel hingga akhirnya perempuan itu membuka mata. Setelah menyadari kalau di depannya bukan orang jahat, Aurel langsung bangkit dan memeluk Ryan erat.

A Little Time Where stories live. Discover now