26. Apartemen

14K 1K 122
                                    

'Cara terbaik untuk membayar momen yang indah adalah menikmatinya.'

🔹🔹🔹

[♡ H  A  P  P  Y  R  E  A  D  I  N  G ♡]

🔹🔹🔹

Aldan menatap Alena dan Alisa yang masih asik berpelukan, kedua gadis itu sepertinya enggan untuk berpisah.

"Alvaro." Panggilan dari bunda itupun berhasil membuat Aldan mengalihkan pandangannya.

"Iya bunda sayang, kenapa hm?" Tanya Aldan sambil memeluk bundanya.

"Mantu nya bunda di jaga yang bener ya! Susah loh itu dapetin nya, awas aja kalau sampai kenapa napa, bunda cubit ginjal kamu!"

"Iya bunda, Alvaro janji bakal jagain Ale terus."

"Kamu juga, jangan mentang mentang udah punya istri malah makin jarang main ke Bandung!"

Aldan terkekeh, lelaki tampan itupun berlatih mengecup pipi sang ibunda penuh sayang.

"Kalau bunda pengen cepet dapet cucu ya Alvaro nggak bisa kalau sering sering main ke Bandung."

"Alesan dasar! Buatin cucu buat bunda nya kan bisa juga di Bandung."

"Kalau di Bandung kan pasti bakal di ganggu sama bunda, nggak puas dong nanti."

"Anaknya siapa sih ini? Di kasih tau kok jawab mulu!" Dengan gemas bunda mencubit perut Aldan membuat lelaki itu melepaskan pelukannya dan sedikit menjaga jarak dengan sang ibunda.

"Kan, kan. Kalau jalan nggak liat kanan kiri." Ucap seseorang saat dirinya tertabrak Aldan yang menjauhkan tubuhnya tadi.

"Eh Professor, pagi prof." Sapa Aldan pada papa tirinya sambil bercanda, tidak lupa juga senyum nya mengembang lebar.

"Pagi juga, tuan muda Melviano." Balas Fatih yang juga membalas sapaan putranya dengan candaan.

"Hush! Nggak boleh manggil gitu tau pa," Jawab Aldan sambil menjawil lengan papa nya.

Panggilan tuan muda Melviano itu terdengar sangat berlebihan di telinga Aldan.

Ya walaupun faktanya memang seperti itu, tapi tetap saja, Aldan masih belum terbiasa dan tidak akan terbiasa jika di panggil dengan sebutan seperti tadi.

"Kenapa senyam senyum?" Tanya Aldan saat melihat papa nya yang tersenyum sambil menatap kearahnya.

"Naik 40% mau?"

"Enggak!" Tanpa perlu membuat otak pintarnya berpikir, Aldan langsung tau maksud dari perkataan papa nya itu, pun ia juga langsung menolaknya tanpa pikir panjang.

"Kenapa? Udah punya istri loh kamu, kan pengeluaran nya tambah banyak nanti."

"Tanpa papa tambahin jadi 40% pun masih cukup buat Al kok pa, serius deh, sampe papa punya cicit juga pasti masih sisa banyak."

"Yaudah kalau gitu 50%."

"YA ALLAH PA, TAK CUBIT YA JANTUNGNYA PAPA!" Aldan memekik gemas.

"Lagian kamu loh, anak cowok papa satu satunya tapi di kasih rejeki kok nggak mau."

"Bukan nggak mau pa, tapi yang sekarang itu udah banyak banget."

"Kamu baru pergi ke 67 negara kan? Masih ada 128 negara yang belum kamu datengin, pake dong uangnya."

"Udah ah, udah. Debat sama Professor nggak bakal ada ujungnya." Aldan mengangkat kedua tangannya tanda ia menyerah.

"Kenapa? Ditawari kebun sawit lagi kamu?" Tanya bunda, wanita itu sudah hafal dengan kebiasaan suaminya pada sang putra.

𝙴𝙽𝙴𝚁𝚅𝙰𝚃𝙴 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang