Pengantin Baru 🏐

1K 55 0
                                    

Dari banyaknya buku atau novel yang dibaca Shafira, malamnya pengantin baru adalah yang paling berkesan. Tapi semua itu hanya wacana untuk Shafira. Buktinya, semalam ia dan Asnawi tidur dengan tenang. Sudah diniati untuk istirahat setelah seharian duduk dan berdiri di pelaminan. Bahkan Shafira melihat suaminya itu masih bergelut dalam selimut.

Pukul setengah empat pagi. Bisa dihitung bahwa Shafira tidur hanya dua jam setengah. Semalam tanpa diduga teman-teman suaminya itu datang dan membuat perbincangan malam yang lama.

"Mas Awi, sudah pukul setengah empat" ujar Shafira pelan seraya menggoyangkan bahu suaminya itu.

"Dek Shafira dulu aja ya. Mas masih ngantuk banget. Nanti jam empat bangunin lagi"

Bilang sama Shafira kalau ia lagi bermimpi! Asnawi memanggilnya dengan panggilan yang sungguh membuat wajahnya terasa panas. Ia segera beranjak dari ranjang dan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Adzan subuh berkumandang dengan kedua pasangan baru yang sudah siap untuk mengawali hari ini dengan sholat berjamaah berdua. Asnawi tak bosan memandangi wajah mungil Shafira yang menggemaskan.

"Kok ngeliatin aku terus sih, Mas Awi" ucap Shafira.

"Nggak apapa, Allah baik banget hingga menjodohkan aku dengan kamu, dek."

Shafira tersipu dan menutup wajahnya dengan sajadah yang masih terlipat. Setelah itu Asnawi segera mengajak sholat. Ini pertama kali bagi Shafira yang mana sholat dengan laki-laki lain selain ayahnya. Bahkan sekarang laki-laki yang mengimaminya adalah suaminya sendiri. Dalam hati Shafira tak berhenti mengucap syukur sebagai bentuk terimakasih atas segala pemberian Allah.

🏐🏐🏐🏐🏐

Keluarga besar Shafira dan Asnawi sudah berkumpul di ruang makan untuk sarapan pagi. Menunggu sepasang pengantin baru yang bergandengan tangan menuruni tangga. Bahkan bukan seperti suami istri, pengantin baru yang pastinya orang menganggap adalah kakak dan adik.

"Ayo segera duduk dan sarapan bersama" ujar Ayah Shafira yang sudah menyeruput sedikit teh hangat.

"Mas Awi mau makan sama lauk apa? Nasinya banyakan apa dikit?" tanya Shafira ketika melihat bunda Asnawi yang mengambilkan makanan untuk ayah Asnawi.

"Nasinya sedang aja, dek. Lauknya sop sama daging ayam" jawab Asnawi yang diangguki oleh Shafira.

"Abah, Naura selesai SMA pingen nikah kaya Mbak Shafira, ya?" Celetuk Naura, sepupu Shafira yang kemarin ngebet untuk nikah. Padahal Naura baru saja masuk SMA. Shafira yang baru menyuapkan nasi sedikit tersedak dan langsung meminum air putih yang diberi oleh Asnawi.

"Pelan-pelan kalau makan" ucap Asnawi

"Naura kalau ngomong sembarangan banget deh. Pak de jangan dinikahin dulu Nauranya" Shafira dengan tenggorokan yang sedikit sakit berbicara untuk menolak keinginan sepupunya itu.

Semua yang ada di ruang makan pun tertawa renyah melihat kelakuan Naura yang hobi banget bikin orang senyum pagi-pagi.

"Kalau Nau sih tinggal pilih, ya kan Bah. Santrinya abah kan banyak, apalagi anaknya kyai atau temennya abah juga lebih banyak. Jodohin Naura ya, abah. Biar sama kayak Mbak Shafira. Nantinya jadi couple goals" ujar Naura dengan senyum-senyum sendiri.

Memang keluarga Naura berasal dari pesantren. Itupun dari Ummi nya dan dikembangkan oleh Abahnya Naura. Naura anak paling terakhir, sifatnya sedikit manja tapi juga bisa dalam segala bidang.

Meski Shafira dulu pernah menginginkan jodoh dari kalangan pesantren. Untuk kali ini Shafira sangat terimakasih karena sudah dijodohkan dengan laki-laki yang selalu mengutamakan Allah.

Shafira pecinta romance dan penikmat kata-kata. Setiap ada videk yang kata-katanya pas banget maka ia akan menyimpannya untuk dijadikan tontonan sehari-hari. Salah satunya adalah dimana ada laki-laki yang dalam situasi apapun entah kerja atau apa selalu mengutamakan Allah. Shafira mendapati itu dari dalam diri Asnawi, suaminya.

🏐🏐🏐🏐🏐

"Berhenti dulu ya, mas. Shafira haus, pengin beli minum di seberang sana"

Tangan kanan Shafira menunjuk ke arah kedai penjual es buah yang banyak pembelinya.

"Nggak sekalian cari makan juga?" tambah Asnawi sebelum memakirkan mobilnya.

"Beli jajan di pinggiran sana aja, boleh kan?"

Asnawi mengangguk dan mengikuti keinginan istrinya. Keduanya baru saja membeli tiket keberangkatan ke Makassar. Berhubung keluarga Asnawi sudah pulang dahulu, maka ia beserta keluarga Shafira akan berangkat nanti malam.

Asnawi memesan dua cup es buah. Sedangkan Shafira sudah menyusuri beberapa pedagang kaki lima seperti anak kecil. Yang pasti Asnawi tetap mengawasinya.

"Berapa, pak?"

"15 ribu, mas"

Selesai membayar, Asnawi menuju ke tempat Shafira yang sedang mengantri membeli sempol. Sedangkan tangan Shafira sendiri sudah membawa beberapa kantung kresek yang berisi jajanan pedagang kaki lima.

"Mas Awi mau beli apa? Mumpung disini banyak penjual makanan " tawar Shafira.

"Makanan kamu aja itu udah banyak, dek"

"Ini pesanannya Naura" jawab Shafira jujur seraya mengangkat kresek yang dipegang.

"Ya udah kita beli kebab aja dua dimakan dimobil ya. Itu nanti sempolnya bisa kamu makan dirumah"

Shafira mengangguk dan tersenyum kecil. Beberapa orang memperhatikan keduanya. Apalagi ada yang bicara secara terang bahwa Asnawi dan Shafira adalah pasangan serasi.




Syukron ya buat kalian yang sudah mampir ke ceritaku. Kepada yang sudah baca terimakasih banyak juga. Jangan lupa kasih bintang dan komen ya😊

Bwi, 03 Januari 2022

Ini adalah tulisan pertama hasil pemikiran saya sendiri😁

Mas Awi (On Going) SELESAIWhere stories live. Discover now