Kasih Sayang 🏐

553 33 0
                                    

"Bahwa, setiap yang terjadi maka Tuhan sudah mempercayai"

🏐🏐🏐🏐🏐

Mengetahui jika sebentar lagi ia akan menjadi ayah, Asnawi selalu memantau setiap kegiatan yang dilakukan Shafira. Setidaknya sampai waktu cutinya habis, ia bisa menjadi suami yang baik sebelum ia harus berangkat ke Korea untuk menyelesaikan masa kontraknya.

"Jangan ngerjain hal yang berat-berat, dek"

"Iya, Shafira ngerti kok mas. Kalau diam aja kan juga tambah lemes tubuhnya"

Shafira kembali menyirami bunga-bunganya yang terlihat sudah mulai bermekaran. Asnawi mengawasi sambil duduk di teras rumah. Barangkali banyak yang menganggap jika keduanya tinggal di rumah mertua, jawabannya adalah tidak. Asnawi menyewa kontrakan yang sekiranya baik ditempati dan tidak jauh dari pasar ataupun toko.

Kontrakannya juga tidak berjauhan dengan rumah ayah Shafira. Hanya berbeda kompleks saja. Jika Shafira memilih kuliah di Makassar, maka ia tak perlu mencari tempat tinggal. Alasannya bukan karena membedakan, tapi karena Shafira juga masih orang baru. Pastinya akan lebih baik jika tinggal dengan bundanya.

"Mas buatin susu ibu hamilnya yang kemarin dibeli, ya? tawar Asnawi saat Shafira sudah selesai menyirami bunga dan duduk dikursi sebelahnya.

"Jangan manis-manis loh, mas"

"Kan sesuai aturan takar juga bubuknya"

"Airnya dibanyakin dikit. Shafira mual kalau kemanisan, kayak semalam"

Malam kemarin memang Asnawi membuatkan segelas susu ibu hamil dan Shafira langsung muntah karena kemanisan. Usai dari klinik, keduanya langsung ke apotik mengambil obat dan sekalian membeli susu.

Pagi tadi pun Shafira juga merengek meminta dibuatkan bubur ayam. Padahal sudah jelas kalau Shafira tidak menyukai bubur bagaimanapun keadaannya. Aneh memang. Tapi ya memang begitulah yang terjadi oleh beberapa ibu hamil. Apalagi ini yang pertama juga buat Shafira.

🏐🏐🏐🏐🏐

Sore ini Shafira menemani Asnawi ke bandara. Mengecek tiket keberangkatan dua minggu lagi. Sebenarnya satu minggu lagi, tapi Asnawi meminta perpanjangan waktu.

"Beli buku sekalian ya, buat dek Shafira belajar. Sebulan lagi kan tes masuk kuliah "

Iya, Shafira melanjutkan sekolahnya. Lagi pula berita ia menikah juga semua teman seangkatannya sudah tahu. Jadi, Shafira tidak perlu takut jika kuliah dengan status mahasiswa barunya dengan keadaan hamil. Malahan ia senang dan lebih bersemangat untuk bisa masuk kedalam jurusan yang diinginkannya.

"Novel sekalian boleh, ya?" pinta Shafira saat sudah memasukkan beberapa buku panduan tes kedalam keranjang buku.

"Boleh ambil yang ba..."

"Tiga, gapapa kan?" ucap Shafira saat Asnawi belum selesai mengucapkan kalimatnya.

"Dua aja dulu. Nanti juga yang dibaca buku panduan tesnya" saran Asnawi.

"Pingen tiga loh mas...bagus-bagus novelnya"

Shafira mentapa Asnawi, yang siapapun orang melihat sudah pasti tidak akan tega. Ditambah tangan kecil Shafira menggoyang pelan tangan Asnawi agar menuruti kemauannya.

"Iya, ambil tiga. Tapi sampai rumah jangan dibaca. Belajar dulu"

"Yeay!!!"

Shafira langsung bersemangat menuju ke rak yang berisi novel-novel terbaru. Bahkan Asnawi hanya bisa tersenyum meringis melihat istrinya itu seperti anak kecil yang dibelikan permen. Tidak menyadari bahwa sebentar lagi akan menjadi ibu.

Mas Awi (On Going) SELESAIWhere stories live. Discover now