Buah Hati Kita🏐

272 14 3
                                    

Sebagai bentuk cinta kasih kita, berikan dengan tulus apapun selagi itu baik untuk anak kita_

🏐🏐🏐🏐🏐

Sejak nyidam bakpia pathok ke Yogyakarta langsung, saat itu juga Shafira tidak lagi menginginkan apa-apa. Bisa dikatakan kemarin adalah nyidam nya yang terakhir sebagai ibu hamil. Saking banyaknya juha bakpia yang di beli, semua tetangga satu kompleks saat itu mendapat satu kotak bakpia.

Keseharian Shafira pun mulai berubah. Ia tidak lagi banyak melakukan aktivitas berat. Setiap pagi akan jalan kaki keliling kompleks ditemani Asnawi dan lebih sering membeli bubur ayam yang kini menjadi menu wajib pagi harinya.

Sama dengan Asnawi yang mulai mengurangi beberapa pekerjaan dengan memlercepat pesanan-pesanan yang dua minggu terakhir melejit drastis. Bahkan Asnawi menambah karyawan lagi karena merasa sangat kwalahan. Banyak endors juga yang tertarik dengan model kaos olahraga yang Asnawi kelola.

"Mas, pinggang Shafira sakit banget. Perutnya mulas kayak mau buang air besar" lirih Shafira yang sehabis sholat isya tadi langsung berbaring di kasur.

Asnawi yang masih mengaji langsung mengakhiri membaca al-Qur'an nya. Melipat rapi sajadah dan menghampiri istrinya yang merintih kesakitan di perutnya.

"Kata dokter kemarin hpl nya gimana, Dek?"

"Masih dua minggu lagi, Mas. Tapi perut Shafira sakit banget"

"Bentar ya kita ke rumah sakit aja. Biar ditangani sama dokter"

Sigap Asnawi membopong tubuh Shafira menuju mobil untuk segera ke rumah sakit. Asnawi juga memanggil si mbok untuk membawakan barang-barang persalinan yang sudah disiapkan olehnya dan Shafira kemarin.

Pak sopir dengan tenang mengendarai mobil menuju rumah sakit tempat dimana Shafira biasa kontrol kandungan. Untung saja jalanan tidak terlalu macet. Asnawi selalu mengajak Shafira membaca istighfar karena masih merintih kesakitan.

Sampai di rumah sakit, Shafira langsung dibawa ke ruang bersalin. Asnawi menunggu di luar ruangan. Ia menghubungi ayah mertuanya agar datang ke rumah sakit dan mengabari orangtua nya jika Shafira malam ini akan lahiran, sesuai dengan instruksi dokter saat baru sampai di rumah sakit, jika istrinya sudah pembukaan tiga

Ditemani dengan pak sopir dan si mbok yang memang ikut mengantar, Asnawi tidak berhenti berdoa agar persalinan istrinya diberi kelancaran dan anaknya lahir dalam keadaan sehat. Ini pertama kali dalam hidup Asnawi melihat bagaimana tadi istrinya kesakitan di perjalanan.

🏐🏐🏐🏐🏐

Pukul sebelas malam lebih lima belas menit, buah hati Asnawi dan Shafira berhasil lahir dengan selamat. Berjenis kelamin laki-laki yang wajahnya sangat mirip dengannya. Namun matanya sangat mirip dengan Shafira.

"Silakan di adzani dulu, Pak" kata sang dokter saat anaknya sudah di bersihkan dan diberikan kepadanya.

Asnawi menatap haru bayi kecil dengan kulit yang masih merah itu dalam gendongannya. Mendekap pelan dan melantunkan adzan untuk anaknya.

Asnawi kembali memberikan anaknya ke dokter. Anaknya diberikan kepada Shafira yang juga menatap haru anaknya. Ia benar-benar tidak menyangka menjadi ibu di usianya yang masih muda.

"Anak kita, Mas. Mirip banget sama kamu" ucap Shafira bahagia.

Menimang pelan putranya, Shafira mulai dibantu membersihkan diri di bantu dokter. Putranya di letakkan di box bayi yang ada di dekatnya berbaring.

"Ayah sudah datang, Mas? Bunda sudah dikabari?" Tanya Shafira pelan.

"Ayah nunggu di luar sama pak sopir dan si mbok. Bunda sudah mas kabari tadi, insya allah besok mau datang ke Surabaya berangkat jam delapan malam dari Makasar"

"Panggilkan ayah ya Mas habis ini"

Asnawi mengangguk, mengecup pelan kening Shafira dan keluar dari ruangan. Setelah menunggu beberapa menit, dokter yang membantu melahirkan Shafira keluar ruangan. Shafira akan dipindahkan ke ruang rawat dan boleh pulang besok pagi. 

Ayah Shafira menatapnya haru. Putri kecilnya yang ia rawat kini sudah menjadi ibu.

"Jadi ibu yang baik ya, Nak. Beri kasih sayang yang cukup untuk anak kamu" ucap Ayah dengan suara sengau karena baru saja menangis.

"Bimbing Shafira juga ya, Yah. Bantu Shafira dan Mas Awi jadi orangtua yang baik untuk anak kami"

"Ayah akan tinggal sementara di rumah kamu sampai acara sepasaran cucu ayah selesai" kata ayah Shafira.

"Awi, sudah ada nama untuk cucu ayah?"

Asnawi menatap lembut Shafira. Istrinya itu masih belum memberi tahu akan memberikan nama yang bagaimana. Hanya saja satu minggu setelah pulang dari Yogyakarta Shafira pernah membahas perihal nama anaknya, entah laki-laki atau perempuan.

"Sudah ada, Ayah. Tapi masih mau rembukan lagi nanti sama Mas Awi" jawab Shafira.

"Siapapun nama anak kalian, ayah harap memiliki arti yang baik untuk kehidupan anak kalian"

"Iya, Yah" jawab Shafira dan Asnawi bersamaan.

🏐🏐🏐🏐🏐

Rumah sudah di kondisikan oleh si mbok. Ruang tamu menjadi kosongan karena meja dan shofa sudah di pindah oleh pak sopir semalam pulang dari rumah sakit ke ruang belakang. Sudah tertata rapi karpet-karpet sebagai alas lantai dan toples berisi jajan sebagai suguhan jika ada beberapa tetangga atau kerabat yang datang berkunjung.

Baju-baju milik Shafira juga hampir sepenuhnya sudah ada di kamar bawah. Memang sejak awal hamil Shafira sering tidur di sana. Jadi, pulang dari rumah sakit sambil menggendong putranya, Shafira berbaring bersender ke kepala kasur. Sudah waktunya menyusui putranya.

"Asinya lancar apa enggak, Dek?" Tanya Asnawi saat Shafira baru saja menyusui putranya.

"Lumayan lancar, Mas"

"Kalau nggak lancar cepat bilang ke mas ya. Nanti biar dibantu sama bunda kalau udah sampai disini gimana agar asi tetap lancar"

"Iya, Mas. Shafira juga tadi sudah tanya sama si mbok untuk masak menu untuk ibu yang baru melahirkan"

"Ya udah kamu sambil istirahat. Mas ke depan dulu nemani ayah"

Asnawi keluar dari kamar dan membiarkan istrinya menyusui sang putra serta istirahat. Sungguh hatinya merasa lega dan juga bahagia. Ia sudah menjadi ayah di umurnya yang sekarang. Bahkan semua persalinan berjalan lancar tanpa ada kendala apapun. Tak berhenti ia mengucap syukur atas semua yang Allah beri dalam rumah tangganya.

"Orang tua kamu datang kapan, Awi?" Tanya ayah Shafira.

"Insya allah besok berangkat dari Makasar ke Surabaya, Yah"

"Nanti kalau sudah datang semua, bisa dibicarakan mau bagaimana sepasaran anak kalian, langsung aqiqah atau bagaimana ayah kembalikan ke kamu dan Shafira"

"Iya, Ayah. Insya allah, langsung aqiqah karena alhamdulillah rezekinya cukup"

"Segera istirahat saja, ayah tidur di kamar lama ayah"

"Baik ayah, ayah juga istirahat. Terima kasih kemarin malam ayah sudah datang melihat putri ayah melahirkan"

Ayah Shafira tersenyum teduh. Terlihat sangat bahagia atas kelahiran cucu pertamanya. Perjuangan putrinya di umur dua puluhan sangat membuat dirinya sedih dan juga bahagia. Apapun ia akan mendoakan yang terbaik untuk pernikahan putri tercintanya.

Tbc

Alhamdulillah sudah lahir buah hati mereka
😃
Hehehe maaf ya kalau selama penulisan tidak ada visual tokohnya☺️

Bwi, 03 September 2023

Mas Awi (On Going) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang